Sekiranya kau adalah intan tanpa pemilik, sejak lama aku menantang badai menemuimu. Kau mengabarkan isak tangis pada pesta tahajjudmu semalam, dari kendaraan pinta, duka telah menggumpal di keramaian bibir yang basah.
Kiblatku adalah wajahmu, kutitiskan degupku pada rapalan amor yang rekah, bunga layu sebelum ditanami oleh ujub, kintamani kau masih sedih bukan?
Dera melimpah di ujung sepiku, meski telaga air mata selalu menemukan jalannya. Aku ingin lebih dekat dibanding bayangmu.
Namamu kintamani, di dadaku ada penanda bahwa engkau dibawah lari jam tiga subuh menanggalkan janji, seberangi selat, menemui perut kera yang masih menyusun usianya.
Di atas beranda, mata basah itu memungut ingatan padaku, lelaki dungu mencintai anak dara. Aku ini siapa? Janji kita hanya sekadar janji, ingkar bukan jadi soal khianat, tapi perilaku cinta yang masih belum ngerti.
Oh luka, kau harus bisa beranjak sebelum dadaku lebih bara dibanding api. Kau harus bisa beranjak sebelum air mataku lebih garam dibanding lautan.
Jeneponto, Agustus 2018
Beautiful pic and me pic up vote and comment for u
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Thanks.. terima kasih telah berkunjung.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit