Sampailah kita pada suatu keadaan sejarah dimana orang benar bermusuhan dengan orang benar. Orang mempertahankan kebenarannnya berbenturan dengan orang yang juga mempertahankan kebenarannya. Orang ini bisa kelompok, bisa Parpol, front, bisa apa pun. Pertentangan antara orang yang sama-sama yakin terhadap kebenarannya ini kan harus kita cari, kenapa kebenaran bisa mempertengkarkan manusia?
Saya melihat semua yang terjadi di Indonesia ini akhirnya menemukan, mungkin saya salah, tapi kebenaran tidak untuk dibawa keluar dari diri kita. Begitu kita keluar dari diri , yang kita bawa bukan kebenaran. Yang kita bawa adalah kebaikan, keindahan, kemuliaan, upaya-upaya untuk supaya nyaman satu sama lain (kita dengan semua orang di sekitar kita), kebijaksanaan, kearifan.
Jadi bukan kebenaran yg kita bawa keluar. Ibarat sebuah warung, kebenaran itu letaknya di dapur warung itu. Sekarang ini dapur-dapur warung itu dijadikan display utama. Dan masing-masing merasa benar.
Kita tidak akan pernah bisa selesai dengan pertengkaran, permusuhan, kebencian, dendam dan seterusnya, kalau kita saling menyombongkan kebenaran kita masing-masing.
Teori universalnya kebenaran itu ada 3 : benarnya diri sendiri, benarnya orang banyak dan benar yang sejati. Benarnya sendiri, kebenaran subyektif masing-masing orang atau kelompok. Benarnya orang banyak, ini kita elaborasi, kita cari, sampai akhirnya menemukan demokrasi, kesepakatan nasional, dan seterusnya. Tapi benarnya orang banyak tidak sama dengan benar yang sejati. Benar yang sejati ini sesuatu yang bersifat cakrawala yang harus kita tempuh berjalan ke sana terus-menerus yang mungkin ada hubungannya dengan Allah.
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://robbigandamana.blogspot.com/2017/05/cak-nun-jangan-sombongkan-kebenaranmu.html
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit