Bollywood merupakan industri film terbesar di dunia setelah Hollywood. Pertahunnya, Bollywood menghasilkan ribuan film dengan pendanaan yang tidak kecil. Sebut saja film Padmavaat yang baru-baru ini menjadi kontroversi karena ditentang habis oleh kaum Rajput. Disinyalir film tersebut merusak citra Ratu mereka. Dampaknya pun menjadi sangat ekstream. Kaum yang menentang perilisan film tersebut sampai menebar teror dan mengancam akan membunuh Deepika Padukone (pemeran Padmavati) dan keluarganya. Setelah melewati proses hukum (meski masih ditentang habis-habisan) Padmavati pun rilis dan mengumpulkan keuntungan triliyunan.
Tetapi inti dari tulisan saya ini bukan untuk promo dan membanggakan industri film yang menemani masa kecil saya ini. Tulisan ini merupakan curhat colongan saya tentang suka duka bekerja di Majalah Bollywood Inside Indonesia setahun lamanya.
Cerita ini berawal ketika saya berhasil menahan iming-iming Mom yang menggiurkan agar saya tak pergi ke Jakarta. Biasalah, emak-emak ye. Mana ada emak-emak yang rela dan ikhlas melepaskan anak gadis semata wayangnya pergi ke ibukota yang katanya lebih kejam dari ibu tiri ini. Tetapi kekeraskepalaan saya berhasil membuat Mom yakin kalau saya bisa sendirian di Jakarta. Modal saya cuma dua, ‘nekat’ dan ‘banyak teman’.
Cerita pun berlanjut pada perjuangan saya mencari pekerjaan tetap sehingga saya enggak harus diteror sama Mom dan disuruh pulang kampung. Sebelum melanglang buana mencari pekerjaan, saya menulis skenario komedi ‘Bro n Bray’ di Trans TV bersama teman lainnya. Karena satu dan lain alasan, honor yang saya terima pun tidak bisa terlalu diandalkan. Sama seperti menerima royalti novel, honor menulis skenario ini pun hanya bisa dijadikan tabungan saja.
Selain mondar-mandir ke Trans TV untuk brainstorming, kerjaan saya cuma jalan-jalan ke lapangan cricket, hunting buku murah dari toko buku satu ke toko buku lainnya. Sampai suatu ketika, saya menemukan majalah Bollywood Inside Indonesia di salah satu toko buku di Blok M. Sebelumnya saya sudah tahu majalah itu dari Komunitas Bollywood yang saya ikuti, kemudian keisengan saya berakhir sampai mencatat email dan mengirimkan lamaran untuk menjadi penulis di sana.
Awalnya, email saya dibalas dan secara halus lamaran saya ditolak. Karena saya cuma iseng, saya pun tidak terlalu sakit hati menerimanya sampai dua minggu kemudian saya dikontak salah satu reporter majalah BII dan diminta datang ke kantor mereka di bilangan Sudirman.
Senangnya bukan main, karena bekerja di majalah memang cita-cita yang saya bawa dari rumah. Enggak peduli mau di majalah apaan. Singkat cerita saya pun di terima di majalah tersebut setelah melewati masa freelance satu bulan. Kini sudah berjalan satu tahun lebih dua bulan saya menjadi penulis sekaligus reporter di Majalah Bollywood Inside Indonesia.
Bekerja di media yang tematik ini tidak semudah seperti yang saya bayangkan dulu. Kesulitan selalu ada, keinginan untuk menyerah pun pernah terpikir dibenak saya. Saya termasuk penulis yang mengandalkan mood ketika menulis sehingga setiap hari saya harus bergaduh dengan mood itu agar tetap bisa menulis. Nggak jarang saya baru bisa menulis ketika rekan-rekan kantor sudah pulang. Terkadang saya juga membawa tulisan itu di rumah. Mood is God for me.
Selain perihal mood, jadwal liputan yang selalu mengganggu waktu libur ini pun kadang membuat kesal. Belum lagi ketika menghadapi narasumber yang nggak kooperatif, rasanya pengin terjun bebas tanpa parasut. Pernah suatu ketika saya merasa sangat frustasi sekali, ngerasa enggak becus menjadi reporter, merasa pertanyaan-pertanyaan saya ini bodoh sekali, dan di sana saya berpikir bahwa menjadi reporter bukan saya banget. Terlebih, kartu pers nya enggak bisa dijadiin alat buat mengelabui polisi. Hahaha...
Tetapi makin ke sini saya belajar untuk mengerti bahwa pekerjaan saya ini enggak seberapa dengan reporter di media lain yang harus mengejar 7-8 berita berita perhari. Narasumber saya pun masih dibilang ‘enak’ dibanding narasumber yang dihadapi teman-teman reporter yang berada di media lain. Beruntungnya, Redaktur Pelaksana saya tidak pernah berhenti memberitahu bahwa saya harus tetap belajar dan belajar dan secara tidak langsung memberi saya semangat lah.
Hal positif yang saya dapatkan selama bekerja di Majalah BII, banyak hal yang saya dapatkan termasuk pelajaran dan pengalaman menarik dan mengesalkan. Bertemu dengan orang-orang baru dan menemukan hal baru. Salah satunya bertemu dengan para artis-artis India yang digilai orang kampung saya. Hahaha…
Tetapi hal yang paling berharga buat saya ialah pelajaran menjadi seorang reporter. Saya tidak tahu apa-apa tentang dunia jurnalistik, tetapi setelah saya digembleng menjadi seorang reporter saya pun mengerti dan ini pengalaman yang mengasyikan. Saya yang tidak suka bicara dituntut untuk selalu banyak omong, dan perlahan-lahan saya yakin saya pun bisa meninggalkan imej saya yang talkless ini. Sekarang, kemampuan saya sebagai seorang reporter memang masih belum memenuhi standar sih, tetapi semangat terus belajar dan selalu ingin menjadi lebih baik yang akhirnya membuat saya bertahan sampai hari ini.
Hal lain yang saya dapatkan dengan 'mendadak jadi reporter ini adalah pengalaman, keluarga, dan lebih terbuka lagi dengan banyak karakter manusia.
Terima kasih sudah membaca.
Oh begitu ya. Tulisan yang asyik dan informatif.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Pasti enak nih jadi reporter BII. Kalau ada konser Shah Rukh Khan pasti dapat free pass atau diundang ke premier film India. Bener ga kak? :D
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Bener banget. Baru-baru ini jadi sering nonton film India gratis. Fanbase artis besar seperti Shah Rukh Khan, Salman Khan pernah ngundang kita dan tiketnya dituker pake liputan. Seru banget. Belum lagi ketemu orang-orang tak terduga. Hehehe
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Tuh kan bener. hahaha...
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Widih keren nih, berarti kalau anak2 KSI Jakarta mau tanya tentang bollywood udah tau sama siapa harus menghadap hahaha.. Menarik kak
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Siap! Bila perlu ikut berlangganan saja kakak heheheh
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit