Komentar
Baca artikel lebih nyaman dan mudah melalui aplikasi Kompas.com
DAPATKAN
Home Money Whats New
Cerita BI: Seramnya Disrupsi Libra hingga Bitcoin, Bikin Bank Sentral Punya Pesaing
Sabtu, 17 Juli 2021 | 15:14 WIB
Komentar
Komentar Lihat Foto
Dok. Pixabay/Michaelwuensch
Ilustras bitcoin
Penulis: Fika Nurul Ulya | Editor: Erlangga Djumena
JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mengatakan, disrupsi teknologi semakin menjadi-jadi. Saat ini, disrupsi sudah menyasar pada segala aspek kehidupan, termasuk ekonomi.
Erwin lantas mengungkapkan disrupsi ini mempengaruhi kebijakan bank sentral. Dia menceritakan seramnya disrupsi ekonomi digital bila bank sentral tidak jeli melihat perubahan yang terjadi dan memainkan perannya dengan naik.
"Disrupsi ini nyata bahkan untuk bank sentral yang (kelihatannya) seperti menara gading yang tidak akan roboh. Kasus Libra, bitcoin itu secara langsung akan mempengaruhi semua hal (termasuk) efektifitas dari bank sentral," kata Erwin dalam webinar Leadership in Digital Era, Sabtu (17/7/2021).
Baca juga: Ini Alasan BI Naikkan Batas Maksimal Tarik Tunai di ATM
Erwin menuturkan, bank sentral harus agile dan melihat segala perubahan yang ada. Penting bagi bank sentral melihat peluang dan tantangan dari adanya model bisnis baru (new business model), dengan munculnya berbagai alat pembayaran.
Baru-baru ini, perusahaan bernilai di dunia termasuk pabrikan mobil listrik Tesla, sudah menerima bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah. Meski pemimpin Tesla, Elon Musk, akhirnya mendepak bitcoin sebagai alat pembayaran ketika harganya terjun bebas.
Begitu juga dengan Facebook yang berencana menciptakan sebuah alat pembayaran lintas negara, bernama Libra.
"(Bitcoin dan Libra) bukan hanya pemain baru di dunia bisnis, bahkan pesaing (bagi) bank sentral. Siapa yang berpikir bahwa bank sentral punya pesaing dari (kalangan) sosial media (Facebook)? Enggak Ada. Jadi disrupsi nyata bahkan untuk bank sentral," ucap Erwin.
Erwin menjelaskan, kejelian memungkinkan bank sentral membuat kebijakan yang relevan untuk menangani segala tantangan yang tercipta akibat diarupai. Membuat kebijakan yang tepat itu memerlukan pemimpin (er).
Pemimpin, kata Erwin, harus tahu konteks bisnis bank sentral, mulai dari perencanaan, cara menjaga stabilitas mata uang meski ada bitcoin hingga Libra, serta menyiapkan aturannya mengingat bank sentral adalah policy maker.
"Persoalan rupiah harus dijaga kestabilannya dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak sepenuhnya dalam kontrol BI. Kemudian dia (er) harus memahami kontrol tadi dengan menciptakan sebuah sistem, sebuah framework, sedemikian rupa, sehingga kestabilan terjaga," ucap Erwin