Burong Sebuah Kepercayaan Masyarakat Aceh

in buat •  7 years ago 

Pocong-dan-Kuntilanak-Mana-yang-Ada-Lebih-Dulu.jpg

Burong merupakan kepercayaan masyarakat Aceh secara turun temurun menjadi warisan antar generasi. Burong sangat diakui keberadaannya oleh masyarakat Aceh baik penduduk kota terlebih penduduk desa. Tidak ada literatur khusus tentang sejarah burong namun kepercayaan ini sudah ada sebelum Islam hadir dan merubah agama, budaya dan adat istiadat masyarakat Aceh. Namun diperkirakan kepercayaan terhadap burong merupakan warisan dari Animisme yang dianut oleh nenek moyang sebelum kedatangan Islam.

Animisme merupakan kepercayaan terhadap makhluk gaib dan mempunyai kekuatan. Makhluk gaib dipercaya menghuni pohon kayu besar, rawa-rawa, kuburan dan tempat-tempat yang dianggap keramat. Terkadang sampai sekarang kepercayaan seperti ini masih diyakini oleh masyarakat Aceh dibuktikan dengan masih eksisnya tukang rajah, dukun dan ahli pengobatan tradisional lainnya. Di beberapa tempat masih menaruh sesajen di pohon kayu besar, rawa dan tempat keramat. Seseorang yang sakit kakinya ketika pergi ke tukang rajah maka dapat dipastikan setelah merapal kata-kata suci penyebab sakit karena meurampoet (dipegang kakinya oleh makhluk gaib). Tukang rajah sudah tahu dimana terkena dan ditempat tersebut obat untuk sakit kaki diambil, bisa berbentuk daun-daunan maupun lainnya.

Burong diyakini berasal dari wanita mati madeung (melahirkan), mati dibunuh atau penyebab kematian yang kurang wajar lainnya. Arwah-arwah yang telah menjadi burong akan mencari mangsa dari jenis wanita untuk dijadikan burong selanjutnya. Oleh sebab itu burong hanya berjenis kelamin wanita. Keluarga burong yang masih hidup akan menanggung malu di dalam masyarakat. Dari fenomena tersebut, jika ada anggota keluarga yang wanita meninggal dunia, sewaktu dikafani terkadang diselipkan jarum, benang dan secarik kain sambil berpesan "bek kajak saho ka duk hino ka ceumeucop" (jangan kemana-mana tinggallah di sini sambil menjahit). Bila terlanjur menjadi burong maka yang dilakukan adalah menukar batu nisan kuburan burong dengan ritual yang dipandu oleh seorang dukun.

Ketakutan terhadap makhluk gaib burong karena masyarakat mempercayai efek dari kekuatan burong dapat menyebabkan sakit bahkan sampai kepada kematian. Terutama kaum wanita, mereka sangat takut kepada burong dan kaum wanita lebih sering kesurupan karena tubuhnya dirasuki burong. Saat kerasukan korban biasanya meracau, sambil meminta sesuatu persis seperti kesukaan burong ketika masih menjadi manusia, biasanya dalam bentuk makanan dan minuman. Ketika dirajah oleh dukun, korban memperkenalkan dirinya sambil berteriak dan mengatakan indentitasnya sebagai manusia serta penyebab kematian. Jika kekuatan dukun lemah dibandingkan kekuatan burong, dukun tersebut menjadi sangat malu karena dihina dan dicaci maki oleh burong serta menyuruh sang dukun untuk pulang. Bila dukun lebih kuat, sambil menjerit-jerit burong akan keluar dari tubuh korban kesurupan. Terkadang korban kerasukan berulang-ulang akan dibuat tangkai (penangkal) sejenis benda sakti dan bertuah berfungsi sebagai penangkal burong.

Wanita hamil dan yang baru melahirkan sangat takut dan merasa khawatir jika sewaktu-waktu didatangi burong. Terlebih wanita yang sedang hamil tua, merasa was-was jika bayi yang sedang dikandungnya diganggu oleh burong dan menyebabkan bayinya meninggal dunia. Pantang berada di luar rumah ketika hari menjelang senja kecuali ada keperluan mendesak dan dalam perjalanan. Rumah dan jendela akan ditutup rapat-rapat bila senja sudah datang, hal ini untuk menghindari masuknya burong ke dalam rumah. Jika salah satu anggota keluarga terpaksa pulang malam, sebelum memasuki rumah diharuskan untuk menunggu sebentar dan memutar langkahnya sebanyak tujuh langkah, perbuatan tersebut untuk menghindari burong mengikutinya masuk ke rumah dan membuat burong tersesat.

Burong hanya memilih wanita yang sedang hamil, melahirkan dan bayi sebagai sasaran kemarahannya. Bila laki-laki biasanya dikejutkan hingga jatuh sakit dan meninggal dunia. Sebagai tanda, rumah yang ada wanita melahirkan biasanya akan dinyalakan lampu minyak di depan rumah. Hal tersebut untuk menangkal burong datang dan mengganggu bayi serta sebagai tanda jika ada orang yang berkunjung pada malam hari. Bila burong berhasil masuk, sebelum dukun datang untuk mengusirnya, korban dioleskan bawang putih di jempol kakinya. Selain bawang putih juga bisa dioleskan air perasan daun sirsak dan membuat burong kesakitan serta menjerit-jerit. Anggota keluarga juga akan membantu dengan cara membaca Al-Qur'an terutama surat Albaqarah ayat 255 atau sering disebut ayat kursi diteruskan dengan surat At Taubah ayat 128-129.

Demikian takutnya masyarakat Aceh terhadap burong, bahkan dijaman modern serba digital kepercayaan ini masih ada dan korban kesurupan burong juga masih ada terutama pada anak perempuan usia remaja. Tidak diketahui penyebab pasti menurut penelitian ilmiah, namun menurut kepercayaan masyarakat Aceh hal tersebut disebabkan oleh burong.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!