Buku pertama Raditya Dika yang saya baca berjudul Koala Kumal. Seperti kata orang, sama seperti buku-buku Radit lainnya, Koala Kumal buku yang lucu. Berisi kisah-kisah Raditya Dika dari yang lucu sampai inspiratif—menurut saya. Setelah membaca Koala Kumal, saya jadi keranjingan stalking all about Radit, dari mulai follow twitter, instagram, dan nonton chanel youtube-nya. Tetapi itu cuma berlangsung beberapa bulan, setelah itu saya enggak suka sama Radit. Alasannya karena dia suka kucing. Ditambah lagi dia pernah bilang kalau dia enggak suka cewek yang enggak suka sama kucing. Hehehe…
Sejak itu saya jadi biasa-biasa aja ke Bang Radit. Nonton filmnya juga nggak nafsu, tetapi entah kenapa waktu saya lihat buku Ubur-Ubur Lembur saya jadi tertarik. Meskipun saya enggak segila dulu sama Bang Radit, saya tetap yakin bukunya pasti koplak. Jadilah saya beli buku ini dengan harapan buku ini dapat membebaskan saya dari hal-hal yang dapat membuat mood saya galau. Hohohoho…
Setelah vakum 2 tahun akhirnya awal tahun 2018 Radit mengeluarkan buku terbaru yang berjudul Ubur-Ubur Lembur. Buku ini karya Radit yang ke tujuh dan gilanya, sudah cetakan kedua lho. No wonder sih sebenernya. Uniknya Radit ini, dia membawakan komedi tidak dengan membully orang lain atau nyindir-nyindir. Radit selalu berkomedi dengan membully dirinya sendiri. Ini yang lucu.
Ada 14 Bab yang kesemuanya menceritakan kesengsaraan Radit—as always, cerita sederhana tapi lucu banget. Berulang kali saya nanya, gimana ya ekspresi Bang Radit waktu nulis setiap Bab di buku ini?
Bab favorit saya yang berjudul Ubur-Ubur Lembur. Di sana Radit menceritakan bagaimana pengalamannya sebelum seperti sekarang. Ia bekerja di kantoran sebagai ‘budak’ sang bos yang perintahnya macem-macem sampai akhirnya ia bisa menerbitkan buku pertamanya. Radit memilih resign dan fokus menulis. Dilema Radit tentang profesi menulis yang sering dipandang sebelah mata pun menyentil saya. Sebagai penulis saya mengerti perasaanmu, Bang. Tetapi ada yang saya enggak setuju sih di Bab ini. Doi menjelaskan kalau menjadi seorang penulis bisa dapetin royalti 8 digit perbulan. Kalau penulisnya sekelas elu Bang gue sih setuju dan yakin. Lah kalo penulisnya sepantaran saya apa kabar bang? Boro-boro delapan digit, dapet 6 digit aja kita udah seneng kok Bang. Saya takut banyak manusia-manusia yang awam sama dunia buku jadi tergiur buat jadi penulis dan banyak hal yang mereka korbankan. Tapi balik lagi, itu tergantung pilihan masing-masing sih.
Ada lagi Bab Percakapan Seorang Artis yang bikin saya makin kasihan sama Bang Radit. Gimana bang rasanya jadi artis yang enggak dianggep? Hehehe…
Ya udah segitu dulu review saya. Kalau kebanyakan takut spoiler banget. Kalau penasaran langsung aja ke toko buku guys.
bisa di bedah ni buku, klaw kita tim KSI Chapter Jakarta nongrong nantinya, bisa di jadwalkan bukan begitu bg @pilopoly
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Bisa kalau setuju hahaha
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
gak sabar pengen baca bukunya
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Eh, Ca. Kalau aku sih belum pernah baca buku Raditya Dika. Biasanya sih diceritain kayak begini. Cuma ini kenapa jadi penasaran. Hahaha
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Semangat nulis ya Cung. Oh ya. Malam rabu besok abis magrib nongkrong ya di gerbang TIM. Kita ngobrol-ngobrol steemit.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
udah lama gak baca buku... padahal udah banyak yang dibeli tapi belom disentuh...
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Sini sumbangin ke aku aja mbak hehehe
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit