True Story: Cerita anak Rantau yang Beng-beng banget

in busy •  7 years ago 

20180208_114102.jpg


Sewaktu saya sampai di kosan, kemarin, langit Jakarta memang sedang dilema. Menangis siang dan malam. Termasuk sore itu. Meskipun hujan. Tak masalah bagi saya ini. Tak ada yang bertanya kapan saya pulang, dan menyediakan handuk jika saya basah. Tak ada pula yang menyediakan kopi panas saat sampai di sana. Intinya. Saya sendiri. Sigle fighter. Anak rantau yang tabah dan sabar menghapal setiap perjalan. 💪💪💪

Bagi saya, tak masalah juga dengan hujan. Malah saya bersyukur dengan rahmat itu, berkah bagi alam, meski banyak mulut nyinyir di luar sering berkata, kok hujan sih? Padahal mau pergi. Di lain waktu bicara yang lain lagi, kok panas sih? Kenapa ga hujan aja?

Duh! Kasep. Sabar! 👨👨👨

Tapi, begitulah hidup. Dapat dimaknai sesuka hati kita. Lempang dan juga berliku. Banyak warna ataupun gelap. Ya nikmati saja. Tak perlu mengeluh. Karena keluh bukan mendatangkan solusi. Yang kita butuh adalah bersyukur, puncak dari segala peradaban hidup. Ya, begitu? Kalau iya. Resteem, ya?

Hahahaha, canda kali, bro! 👨‍🏫👨‍🏫👨‍🏫

Tulisan di atas sebenarnya bukan inti dari apa yang ingin saya sampaikan. Jadi. Begini. Sore itu, saya masih bingung dengan cara membeli Steem Power (SP). Akhirnya, tanpa rasa malu, saya mengirimkan sebuah pesan Whatsapp ke @gethachan. Setelah tanya jawab hampir satu jam lebih. Akhirnya jurus pematuk itu kelar juga saya selesaikan. 🤡🤡🤡

Setelah itu. Kami mengobrol hal biasa, tanya jawab terkait persiapan Acara 1st KSI National Meet yang akan dilaksanakan di Bandung. Kata @gethachan, persiapan berjalan baik, dengan harapan tak terkendala sesuatu pun. Baiklah. Pikir saya. 👼👼👼

Kehabisan bahan. Saya iseng menanyakan kegiatan @gethachan. Apakah dia lagi bekerja, atau lagi melukis pesanan orang. Soalnya? Dia jago lukis, bro! Tapi. Jawaban yang saya dapat adalah upload-tan sebuah foto. Di bawah, ada pula note: lagi makan beng-beng, tulis dia. 🙆‍♂️🙆‍♂️🙆‍♂️


IMG-20180207-WA0014.jpg


Saat gambar beng-beng terlihat oleh saya, pikiran saya terbang begitu jauh ke tahun 2015, ke lantai 3 Graha BPI jalan Gatot Subroto. Saat itu saya berkantor di sana. Menjadi seorang telemarkering asuransi dibawah naungan PT. BNA Live Angsuran. Kenapa pula beng-beng? Karena ada cerita di dalamnya, yang sebenarnya membuat saya benci dengan makanan itu.

Jadi begini. Bagi kami orang telemarkering, tidak mampu menarik seorang nasabah untuk membeli produk yang kami tawarkan adalah musibah besar. Kami bersaing untuk mendapatkan nasabah, yang disebut closing. Jika closing, kami akan mendapatkan pelukan dan tepuk tangan dari semua tim, termasuk dari supervisor. Tak saja pelukan. Supervisor juga akan memuji-muji kami hingga puluhan kali tanpa henti, hampir mirip seperti penjilat.

Sambil berdiri di belakang kursi, supervisor kami itu akan mengatakan kepada semua telemarkering yang dibawahinya dengan kata-kata yang paling baik dan lembut, seperti, "nih, lihat Irfan, sudah closing dua. Kalian belum satu pun. Belajarlah dari Irfan biar kalian bisa kayak dia. Jangan gabut. Hasilin nasabah, dong!" kata dia, sambil menepuk-nepuk pundak kami, tapi membakar kuping teman-teman yang lain.


IMG-20180207-WA0014.jpg


Itu jika closing. Tapi jika tidak? Akan ada sanksi. Semua yang tidak mendapatkan nasabah akan berkumpul di sebuah ruang. Di kalangan telemarkering, kejadian ini disebut dengan nama Pengajian, sebuah istilah paling angker di kalangan telemarkering. Istilah ini hanya berlaku bagi telemarkering yang hari itu tak mendapatkan mendapatkan nasabah. Dipengajian ini pula kami dihisap, dengan pertanyaan kenapa tidak closing? Apa masalahmu? Kau tidak closing karena pikiranmu buruk! Kau ini dan banyak lagi kau-kau yang lainnya.

Selama satu jam itu, otomatis kami tak dapat mengingat di mana pintu lift.

Diakhir Pengajian, nama kami akan di catat. Siapapun yang tidak closing hari ini, wajib membuat surat pernyatan bahwa besok akan berusaha untuk mendapatkan nasabah. Tapi, akhirnya banyak pula yang tak sanggup menepati janjinya dengan alasan, belum rezeki. Nasabahnya tidak ada yang mau. Nomor hp nasabah tidak aktif dan sebagainya dan sebagainya.

Jika sudah begitu. Berarti akan ada tiga nama kami dalam daftar buku merah. Maka, pada hari ketiga, ketika lagi-lagi kami tidak medapatkan nasabah. Maka keesokan paginya kami wajib membawa satu dus beng-beng. Tidak boleh tidak. Jika tak bawa juga dan membandel. Dus beng-beng akan bertambah seperti bunga kredit, naik 10 persen. Satu hari satu beng-beng. Dua hari, dua beng-beng dan seterusnya.

Kejadian itu tentu bikin pusing. Kenapa? Karena selepas kita pulang, banyak warung pinggiran di kosan saya yang jarang menjual itu, kecuali di Pasar Tegal Parang. Jika beruntung. Kita akan membawa pulang beng-beng ke kosan dan membawanya ke kantor esok pagi. Jika sudah tutup, ya belinya pas pagi, itu pun kalau ga telat bangun.

Suatu kali, saya pernah datang ke kantor tanpa membawa beng-beng karena lupa. Sanksinya, saya harus membawa beng-beng dua dus keesokan harinya. Dan itu membuat saya begitu terkenang dengan beng-beng ini. Semoga produsen beng-beng bisa mendengar jeritan hati saya ya? 👨‍🏭👨‍🏭👨‍🏭

Adek, kuat? Jangan, dek. Biar abang saja. ☻☻☻☻☻☻☻☻☻☻☻☻

namanya saya samarkan dan saya parodikan biar tidak terjadi pencemaran nama baik, kecuali nama beng-beng. Mana tahu jadi artis beng-beng 😹😹😹

20180127_220904.png


Jangan lupa vote and follow. Selow. Siapa yang vote and komen. Saya akan mendatangi kalian! @apilopoly


IMG-20180206-WA0008.jpg


Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

hahaha... ternyata beng-beng juga ada pahit-pahitnya ya...

Iya betul bro. Dan ini true story. Begitu mendebarkan sekaligus menakutkan. Hahahahha. Tapi ga apa. Namanya juga pengalaman. Nikmati saja, bro! 😹

bengbengnya bagi dong bro hahahaha

Boleh bro. Hahahha. Nanti pas kita nongkrong-nongkrong ya.

Hahahahaha emang jagonya

Iya bro @andrianhabibi. Ini pengalaman hahahaha. Mengerikan.

Hahahaha.... Ternyata beng-beng pernah bikin bang @apilopoly badmood. Mau bawa Beng-beng ahhh 😁😁😁

Hahaha asyem. Kalau sekarang dibawanya ya ga marah lagi. Kejadian lama. Harus saling memaafkan. Hahahahah

Wah maafkan aku ka. Karena mengingatkanmu akan masa lalu.

Haha. Hai @gethacha. Makasih banyak udah ngingetin. Dan itu sesuatu banget. Momen yang kutunggu untuk nulis ini baru kesampaian sekarang. Hahahahaha

Iya ya pas banget momentnya hehe

Kerasa beng bengnya

Hahaha bengbeng banget

No komen. Lagi malas ngomen. 😜

Ini komen namanya Ida

wkwkwkwkwkkwkw
bengbeng oh bengbeng

Eh? 😂😂😂😂

  ·  7 years ago (edited)

menarik ceritanya..
Beng-beng dapat dijadikan sebagai pengingat untuk terus memotivasi dan bekerja keras.
Untung nggak disuruh beli yang lebih mahal ya..

Hahah iya bang. Mengerikan memang ya. Tapi ga apa sebagai pengalaman ahahaha