Merunut Sejarah PKI
Taufiq tidak merasa malu atau minder. Sebab ia punya alasan kuat dan merasa yang disampaikannya adalah fakta yang tidak dibelokkan atau ditutup-tutupi.
Sikap anti-PKI Taufiq bermula saat ia membaca semacam buku 'pedoman' bagi internal PKI, yang digagas oleh Vadim Valentinovich Zagladin, politikus Soviet yang menulis World Communist Movement. Dalam buku itu, Taufiq bercerita, disebutkan ada 17 langkah bagi partai komunis untuk merebut kekuasaan. "Nomor satu sekali berdusta. Yang lain seperti memalsukan dokumen. Nomor 17, membunuh atau membantai," ujarnya.
MUSSO PKI
Taufiq pun merasakan tanda-tandanya. Partai-partai Islam dibubarkan, media dibreidel. Manifesto Kebudayaan di mana ia ikut tanda tangan, diperlakukan bak musuh negara. Taufiq pernah digagalkan menerima beasiswa ke Amerika dan dipecat lantaran terlibat Manifesto Kebudayaan itu.
Dirunut-runut ke belakang, Taufiq semakin mempelajari bahwa PKI sudah ingin merebut kekuasaan dengan cara kekerasan sejak lama, jauh sebelum peristiwa 1965.
PKI lewat salah satu petingginya, Musso, sudah pernah memproklamirkan Republik Soviet Indonesia di Madiun pada 1948. Taufiq bercerita, anggota PKI membantai umat Muslim di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Percobaan perebutan kekuasaan itu ternyata gagal.
Era 1965 kemudian dianggap cukup matang. Apalagi PKI sudah punya rencana yang digagas DN Aidit dan Njoto. Mereka menyusupkan anggota PKI ke tentara, Letkol. Untung. Ia kemudian disebut sebagai dalang upaya pembunuhan tujuh jenderal.
"Tapi di belakang itu sebenarnya PKI. Begitu mendengar itu, umat Islam di Jawa Tengah dan Jawa Timur marah, karena sebelumnya ada tragedi 1948. Penyembelihan kyai-kyai di kolam sekitar 6x7 meter itu teringat terus karena tidak pernah diadili," ujar Taufiq menjelaskan.
Ketika 17 tahun kemudian PKI kembali 'berulah,' orang-orang Jawa Tengah dan Jawa Timur berpikir, lebih baik mereka membantai PKI lebih dahulu sebelum kembali dibantai PKI.
"Orang-orang PKI dijagal umat Islam, betul itu terjadi. Tapi itu tidak ujug-ujug. Peristiwa 1965 katanya harus masuk Mahkamah Internasional, melanggar HAM. Tapi peristiwa 1948 tidak pernah disebut," tutur Taufiq lagi. Angka pembunuhan partai komunis di dunia yang disebut Taufiq dalam puisinya, termasuk beberapa kali pembantaian di Indonesia.
"Partai komunis dalam sejarahnya melakuan perebutan kekuasaan di 76 negara, berhasil di 28 negara. Di Indonesia tiga kali: 1926, 1948, dan 1965. Ketiganya gagal," lanjutnya.
Belakangan, komunisme tidak lagi menjadi ideologi yang 'laku.' Uni Soviet pun bubar.
Tapi di Indonesia, Taufiq merasa ada komunis gaya baru. Kata Taufiq, mereka berjingkrak saat reformasi bergulir dan kembali menerbitkan buku-buku dengan ideologi lama yang dahulu dilarang. Taufiq pro-pemerintah yang menyita buku-buku itu belakangan.
"Anak-anak muda yang membacanya percaya. Mereka harus baca sejarah. Sekarang semua berlindung di belakang HAM. Kalau HAM mau ditegakkan, tegakkan dulu untuk orang yang dibantai di 24 kota dan desa di Madiun tahun 1948," ujar Taufiq menggebu-gebu.. berikut puisinya yang mendapat cemoohan dari kader² PKI era ini
Ini isi dari puisi yang dibacakan oleh penyair Taufiq Ismail
Dua orang cucuku bertanya tentang angka-angka
Datuk-datuk , aku mau bertanya tentang angka-angka
Kata Aidan, cucuku laki-laki
Aku juga, aku juga, kata riani cucuku yang perempuan
Aku juga mau bertanya tentang angka-angka
Rupanya mereka pernah membaca bukuku tentang angka-angka dan ini aga mengherankan
Karena mestinya mereka bertanya tentang puisi
Tetapi baiklah,
Rupanya mereka di sekolahnya di SMA ada tugas menulis makalah
Mengenai puisi, dia sudah banyak bertanya ini itu, sering berdiskusi
Sekarang Aidan dan Raina datang dengan ide mereka
Menulis makalah dengan angka-angka
Begini datuk,
Katanya ada partai di dunia itu membantai 120 juta orang, selama 74 tahun di 75 negara
Kemudian kata Aidan dan Raina, ya..ya.. 120 juta orang yang dibantai
Setiap hari mereka membantai 4500 orang selama 74 tahun di 75 negara
Kemudian cucuku bertanya
Datuk-datuk, ko ada orang begitu ganas?
Kemudian dia bertanya lagi,
Kenapa itu datuk? Mengapa begitu banyak?
Mereka melakukan kerja paksa, merebut kekuasaan di suatu negara
Kerja paksa
Kemudian orang-orang di bangsanya sendiri berjatuhan mati
Kerja paksa
Kemudian yang kedua
Sesudah kerja paksa,
Program ekonomi di seluruh negara komunis tidak ada satupun yang berhasil
Mati kelaparan, bergelimpangan di jalan-jalan
Kemudian yang ketiga,
Sebab jatuhnya puisi ini
Sebabnya adalah mereka membantai bangsanya sendiri,
Mereka membantai bangsanya sendiri
Di Indonesia
Pertamakali dibawa oleh Musso, dibawa Musso.
Di Madiun mereka mendengarkan pembantaian...
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://www.nahimunkar.org/ini-alasan-budayawan-taufiq-ismail-sangat-anti-dengan-pki/
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit