Mapag Sri adalah adat atau budaya masyarakat di wilayah pantai utara khususnya Indramayu. Dalam bahasa jawa halus “mapag” berarti menjemput sedangkan “sri” sebagai padi, maksud dari menjemput padi adalah panen. Mapag sri diadakan untuk menyambut datangnya panen raya sebagai wujud rasa syukur para petani kepada sang pencipta Tuhan yang Maha Esa karena panen yang telah tiba dengan hasil yang memuaskan.
Walaupun panen padi berlangsung setiap tahun, Mapag Sri sendiri tidak dilaksanakan setiap tahunnya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan upacara ini tidak bisa selalu dilaksanakan setiap tahunnya. Faktor tersebut adalah keamanan dan buruknya hasil panen sehingga upacara tidak bisa dilaksanakan.
Asal usul upacara ini sendiri berasal dari mitos Dewi Sri yang dianggap sebagai Dewi Padi. Bagi masyarakat tradisional khususnya di wilayah pesisir pantura. Dewi Sri adalah dewi pemberi kehidupan. Oleh karena itu jikalau orang akan memanen padi yang telah menguning sebelumnya beberapa bulir padi dipungut dan dibentuk dua orang (lambang sepasang pengantin) yang dipertemukan dan diarak pulang, dengan harapan bahwa padi mendatangkan hidup yang bermanfaat bagi yang memilikinya.
Upacara ini diawali dengan mengarak “pengantin padi” keliling desa diiringi dengan atraksi kesenian lokal dan doa bersama sambal menikmati hidangan khas daerah pantai utara. Selanjutnya menggelar pertunjukkan wayang kulit purwa dengan lakon sulanjana yang bercerita tentang asal usul padi. Tradisi ini sudah dilakukan selama ratusan tahun. Dalam upacara ini para petani berdoa pada Yang Maha Kuasa agar mendapatkan panen yang berlimpah dan pada musim tanam berikutnya terhindar dari serangan hama.
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://www.tosupedia.com/2014/11/mapag-sri-ritual-menyambut-datangnya.html
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit