My Jobs is My Adventure : Meuarah Jernang - Atu Lintang
Rasanya tidak berlebihan dengan judul diatas bagi pekerja yang bertugas di lapangan untuk suatu program yang menjadi bagian pekerjaan. Dalam beberapa tahun kebelakang, saya banyak menghabiskan waktu bekerja disuatu daerah dan jauh dari keluarga.
Awal tahun 2016, mendapat Surat Perintah Tugas (SPT) Pendamping Desa Pemberdayaan ditempatkan di Kecamatan Atu Lintang Kabupaten Aceh Tengah oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh dalam Program Kementerian Desa, Transmigrasi dan Daerah Tertinggal melalui Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD). Daerah yang mana dari segi kulture dan budaya serta bahasa yang asing dari lingkungan saya selama ini dan di tambah lagi oleh iklim yang sangat berbeda yaitu daerah pegunungan yang suhunya dingin. Jaket, sarung tangan, topi dan sepatu menjadi pakaian resmi baik malam dan siang hari.
Dalam menunaikan tugas semua itu tidak menjadi hambatan bagi saya dikarenakan panggilan jiwa untuk pekerjaan yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat. Ada kenikmatan tertentu yang tidak ada ukuran nominal rupiah ketika berinteraksi dengan komunitas masyarakat.
Suatu waktu saya bersama dengan rekan kerja melakukan survey untuk pembangunan jalan lintas pemukiman dan akses ke kebun yang ada di puncak gunung, Meurah Jernang nama kampungnya yang menjadi tujuan kami. Dari keterangan penduduk kampung mereka yang paling tertinggi diantara kampung-kampung yang lainnya di Kecamatan Atu Lintang dan sering muncul kabut tebal dipagi, siang dan malam pada waktu yang tak tentu sehingga menghambat aktifitas mereka.
Dengan aplikasi Elevator di Android tertera angka 1.903 mdpl yang artinya hampir mencapai 2.000 meter dari permukaan laut diposisi saya berdiri saat itu. Wajar kala itu masyarakat sering mengingatkan kami untuk tidak berlama-lama dilokasi bila ada rencana pulang ke kota Takengon.
Dari pagi beraktifitas diatas gunung dan harus berhenti tengah hari, keadaan cuaca sudah berubah yang tadinya cerah kini awan mendung menggantung dikepala kami, atas instruksi Reje (Kepala Kampung) untuk segera turun ke pemukiman sebelum hujan. Kendala yang dihadapi berupa tanah yang licin dan kabut yang menghalangi pandangan, sehingga beresiko terjatuh ke dalam jurang.
Setelah pamitan, bergegas turun ke ibu kota kecamatan berharap hujan tidak menghadang perjalanan karena kami akan pulang ke ibu kota Kabupaten. Jalan lintas kecamatan ke kabupaten sudah beraspal namun harus juga berhati-hati karena tikungan dan turunan yang curam disamping waspada di beberapa titik sering terjadi longsor.
Alhamdulillah kami bisa tiba di Takengon dengan selamat tanpa kurang suatu apapun dan kendala lainnya selain kabut tebal membatasi pandangan dan laju kenderaan.
Tonton disini My Jobs is My Adventure
Terima Kasih Kunjungannya
Peusangan, 6 Februari 2018
Murizal Pangeran
=================