Terancam 'Dibunuh', Kripto Bangkit & Binance Coin Nyaris 12%

in cbncindonesia •  3 years ago 

Jakarta, crypto update - Harga mata uang kripto (cryptocurrency) berkapitalisasi pasar terbesar kembali bangkit pada perdagangan Kamis (30/9/2021) pagi waktu Indonesia, setelah sempat volatil dalam beberapa hari sebelumnya.
Berdasarkan data dari CoinMarketCap pukul 09:05 WIB, kedelapan kripto berkapitalisasi terbesar non-stablecoin kembali diperdagangkan di zona hijau pada pagi hari ini.

Bitcoin melesat 3,48% ke level harga US$ 43.032,64/koin atau setara dengan Rp 615.797.078/koin (asumsi kurs hari ini Rp 14.310/US$), ethereum melonjak 3,86% ke level US$ 2.965,72/koin atau Rp 42.439.453/koin, cardano bertambah 2,92% ke US$ 2,11/koin (Rp 30.194/koin).

Mayoritas kripto kembali bangkit dan diperdagangkan di zona hijau pada pagi hari ini, setelah kabar positif dari Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (AS), Gary Gensler yang kembali mendukung produk exchange traded funds (ETF) di bursa bitcoin berjangka (futures) yang akan diinvestasikan dalam kontrak berjangka.

Namun, investor belum begitu bersemangat untuk mencoba produk terkait bitcoin berjangka. Satu reksa dana berjangka bitcoin hanya mengumpulkan aset sebesar US$ 15 juta selama dua bulan setelah diluncurkan.

Koin digital dengan kapitalisasi pasar paling besar yakni bitcoin diperdagangkan dalam kisaran level yang ketat karena pembeli terus bertahan di level support di atas US$ 40.000.

Sementara itu selama beberapa bulan terakhir, korelasi antara bitcoin dengan indeks saham AS S&P 500 telah meningkat. Aksi jual terbaru di seluruh ekuitas dan cryptocurrency mendorong beberapa trader untuk mengurangi eksposur mereka di kedua aset berisiko tersebut.

Beberapa analis juga khawatir tentang kenaikan inflasi yang dapat menghambat pemulihan ekonomi dari resesi akibat pandemi virus corona (Covid-19). Misalnya, kenaikan harga energi, yang dianggap fluktuatif membuat beberapa analis khawatir tentang ketidakstabilan harga.

Pertumbuhan yang melambat dapat menjadi hambatan bagi pasar saham dan cryptocurrency karena investor memposisikan diri mereka karena adanya volatilitas yang lebih besar dan pengurangan stimulus moneter.

"Pasar sepertinya semakin nyaman dengan pengurangan pembelian obligasi atau tapering oleh bank sentral AS, yang mengarah ke titik terendah di imbal hasil obligasi," kata tim strategi ekuitas JPMorgan dalam laporan risetnya Senin (27/9/2021), dikutip dari CoinDesk.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  
Loading...