Kisah ini dimulai dari keluhan seorang pengembala. Ia hidup seorang diri bersama para dombanya. Hanya sekali-kali ia pulang kerumah untuk bertemu istri dan anak-anaknya.
Jika kalian ingin mencarinya, carilah di savanah di pinggiran kampung tersebut. Tirukan suara domba, "mbek...mbek... ", Sambil mengelilingi padang rumput. Mudahan kalian akan segera menemukannya.
Sebab, ia-lah satu-satunya pengembala dikampung tersebut. Sedangkan warga lainnya hanya memelihara beberapa ekor saja dan mengurungnya dibelakang rumah mereka.
Hingga suatu hari, dibawah panas matahri yang terik, ia sedang berleha-leha dibawah pohon sambil menghitung jumlah dombanya.
"Satu, dua, tiga, ... Ah bosan. Tidak bertambah juga jumlah dombaku...", Ucapnya sendirian. Dilihatnya, di ujung padang rumput, beberapa peladang dari kampung berjalan menuju desa.
"Oo..iii... ada kalian lihat dombaku tersesat disana?", Teriaknya memecah padang.
"Tidak toke.... Kami baru pulang dari ladang...", balas satu suara peladang tanpa menghentikan langkah.
Toke diam, sambil memandang dan berkacak pinggang. "Ah, bagusnya aku kerjain mereka...", pikirnya.
Langsung ia teriak, "Harimau... harimau... Domba ku... Tolong...tolong....", Ia berlarian mengelilingi dombanya. Suasana terlihat panik dari kejauhan.
Para peladang yang hanya tinggal beberapa langkah dari gerbang desa langsung berlarian. "Harimau...mana...mana...", Balas mereka sambil menghunus parang dan tombak.
"Ha...ha...ha...kalian tertipu... Harimau digunung, domba di padang. Aku hanya main2, agar hati selalu riang. Hahahahahha... Maaf, maaf, aku hanya bermain", ujarnya tanpa merasa bersalah.
"Bercanda dengan bahaya, harimau datang terkam domba. Bukan kami tak ingin main, janganlah bercanda dalam tipu daya...", Balas peladang sambil berwajah masam. Mereka kembali lagi melangkah masuk ke kampung.
Tak lama terdengar teriakan lagi, "harimau...harimau...tolong...ohh domba ku....", Kali ini terdengar begitu memilukan. Para peladang saling pandangan akhirnya kembali mengejar arah suara.
Begitu sampai, dengan nafas terengah, "mana harimaunya... Mana...", Sambil menghunus senjata.
Pengembala kembali tergelak. Langsung ia nyanyikan lagu, "tertipuuu... Uuu...kalian...an..an..", ia kembali terkekeh.
Para peladang langsung menghardikanya,
"Awas kalau sekali lagi. Kami tidak akan menolong...", Ancam mereka dengan kemarahan.
Setelah mereka marah-marah bersumpah serapah, barulah kembali masuk kampung.
Kali ini begitu mereka membuka pintu rumah terdengar sayup2 suara pengembala. "Tolong...tolong harimau menerkamku...tolong...tolong...", Suara sayup pilu itu tidak membuat mereka kembali.
Hingga akhirnya, setelah satu minggu para warga menemukan si toke telah mati akibat diterkam harimau. Warga kampung pun hanya bisa menghela nafas dan menguburkannya.
"Itulah akibat suka tipu2. Mati juga dimakan harimau...".
Ide cerita:
https://m.detik.com/news/berita/3877464/habib-rizieq-batal-pulang-presidium-212-tuntut-pa-212-minta-maaf
Refrence Foto: