TIDAK MATI DIBUNUH

in cerpen-mini •  7 years ago 

karya: Nizam Al-Kahfi PKB
‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍
Jadi orang itu muncul lagi di rumahku setelah sekian lama aku merasa aman dari gangguannya. Seperti orang yang tersesat jalan, tidak diundang, tiba-tiba muncul begitu saja. Dari dulu ia bersikeras mengatakan yang ia mengenaliku. Orang itu memang tidak mau mengakui bahwa ia salah orang. Ia hanya merasa mengenaliku.
‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍ "Aku tau kau," kata orang itu dengan keyakinan seorang tua yang keras kepala. "Aku tau bapamu. Aku tau nenekmu. Aku tau datukmu. Aku tau buyutmu, dan aku bijak dari kau jadi aku bisa bilang apa sukaku."
‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍ Karena ia bijak dan yakin tahu itu maka ia merasakan bolehlah ia sesuka hati masuk ke rumah orang, berbicara dengan tidak peduli, menaruh kedua kakinya di atas meja, menyalakan tv, naik atas meja, lompat-lompat, berludah di atas lantai, dan berlaku kurang ajar dan biadab secara umum. Jika anak-anak yang belum dikhitan berperilaku seperti ini kita bisa memaafkan, mencegahnya dan menkhitannya tetapi jika orang dewasa dan tua biadab dan tidak tahu malu, kau harus bangun meninggalkannya, dan pergi ke dapur mengambil pisau pemotong daging. Itulah yang aku lakukan.
‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍ Dengan tenang aku kembali ke kamar tamu lalu melibas lehernya sehingga kepalanya hampir-hampir terputus, menetak kedua-dua tangan dan kakinya. Darah menyembur menodai lantai, meja dan gorden di kamar tamu yang telah dimasukinya tanpa malu-malu. Aku menarik lidahnya dan mengerat lidah itu. Aku menarik celananya, memotong penisnya; pantaslah ia kasar dan tidak pemalu, ia belum dikhitan atau mungkin sunatnya kulup kembali.
‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍ Aku ke dapur untuk menyuci pisau, mengambil kain pel dan ember lalu kembali ke kamar tamu.
‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍ "Shit, bloody shit!"‍‍‍‍‍‍ ‍‍ kataku.
‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍ Di situ ia memasang semula tangan-tangannya, kaki-kakinya, meluruskan kembali letak leher dan kepalanya yang hampir-hampir terputus, menaruh balik lidah dan penisnya yang kulup itu.
‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍ ‍‍ ‍‍‍‍‍‍ "Aku gak mati dibunuh," katanya memandangku dengan tersengih-sengih lebar memamerkan gigi-gigi palsunya. "Orang sepertiku gak akan mati dibunuh. Hehehe!"

© cerita-secangkir-kopi-pkb27092012-edisi-revisi-nak11072017

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!