Saya adalah penggemar berat kopi, khususnya kopi hitam. Sepuluh tahun belakangan ini saya beralih ke kopi susu. Macam macam ragamnya dari latte, capucinno hingga Sanger. Yang terakhir adalah latte versi Aceh. Saya mulai mengenalnya sejak 13 tahun yang lalu. Tepatnya sejak saya sering mengunjungi kota Banda Aceh dimana pusat Sanger terbaik ada disana. Setidaknya menurut saya :p
Dulunya saya hanya menikmati minuman ini saat duduk mengopi di sebuah warkop di sebrang Mesjid Baiturrahman Banda Aceh atau ke beberapa warkop di daerah Ulee Kareeng. Lalu saya dapati di beberapa tempat di beberapa kota di Aceh lambat laun mulai menyediakan si Sanger itu, meski rasanya masih jauh dari tempat asalnya.
Lalu beberapa tahun belakangan (mungkin dalam 7 tahun belakangan) si Sanger ini sudah merambah ke berbagai pelosok warkop di Aceh. Artinya jika ingin menikmati kopi Sanger tak perlu jauh jauh ke Banda Aceh, karena 99 persen warung kopi modern di Aceh sudah menyediakan minuman ini. Tapi kalo soal rasa jangan dibahas ya. Itu persoalan lain lagi.
5 tahun lalu saya kembali menjejakkan kaki ke ibukota dan menetap disini. Saat kerinduan saya terhadap kampung halaman muncul tiba tiba, terkadang saya hanya ingin menuntaskannya dengan segelas Sanger. Tapi itu bukan hal yang mudah di kota ini. Berkali kali saya mendapati warung kopi/cafe/ resto Aceh yang mengaku menyediakan Sanger tapi saat saya sambangi dan mencobainya ternyata sajian mereka tak lebih dari segelas kopi susu biasa saja. Bertahun tahun pencarian saya akan Sanger di belantara Jakarta ini berlangsung tanpa lelah. Hingga kurang dari setahun lalu saya diperkenalkan pada sebuah warung kopi di kawasan Setiabudi yang bernama Fakultas Kopi. Disini pencarian saya berakhir. Fakultas Kopi memberikan Sanger yang saya inginkan. Meski harus ditebus dengan harga mahal. Literally mahal. Bayangkan, jika di Aceh untuk segelas Sanger panas kita cukup membayar Rp 6ribu- 8ribu (tergantung lokasi warkop), di warung ini : anda harus membayar Rp 27ribu. Harus diakui kekentalannya memang berbeda (plus saya mencurigai espressonya dibikin pake mesin wkwkwk, bukan kopi saring). Untuk versi dingin tersedia dua versi : yang premium dan non premium. Konon kabarnya si versi premium ini bijinya jenis peaberry. Untuk yang premium anda harus merogoh kocek 35 ribu per gelas, sedangkan versi non premium ‘hanya’ Rp 20 ribu saja (dengan rasa yang gak karu-karuan). Cukup mahal memang jika dibandingkan harga di tempat asalnya. Tapi, apa boleh buat. Minuman ini memang cukup langka. Terima saja semua kenyataan pahit ini. :D
Congratulations @moeldjanee! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit