Bandung - Di era globalisasi saat ini, buku sering dianggap media pengetahuan dan hiburan yang kuno. Ini membuat Fiersa Besari dan Aw Angesti membuat komunitas literasi bernama komunitas pecandu buku.
Komunitas pecandu buku ini mulai berdiri pada 18 Juli 2015 lalu. Awalnya dari dua orang yang saat itu masih berstatus sebagai mahasiswa yakni Fiersa Besari yang kini dikenal sebagai musisi dan Aw Angesti seorang blogger.
Saat itu keduanya merasa resah terhadap minat baca masyarakat yang sangat kurang. Mereka pun berpikir ingin membuat gerakan yang meningkatkan minat baca. Akhirnya mereka membawa sebuah gerakan untuk menyulut dan menebar virus membaca. Salah satunya menggunakan media sosial sebagai gerbang literasi.
"Cara mengajak anggota buat masuk ke sini itu lewat media sosial kami @pecandubuku. Di sini sangat terbuka semua bisa masuk jadi anggota, tapi ada syaratnya yaitu mengulas sebuah buku yang sudah mereka (calon anggota) baca. Terus nanti akan ditampilkan di Instragram kami," ujar Dyanti, Gate Utama Komunitas Pecandu Buku belum lama ini.
Sampai saat ini, kata Dyanti, anggota komunitas sudah mencapai 416 orang. Komunitas ini tidak hanya berada di Bandung, tetapi juga ada di Medan, Jakarta, Yogyakarta dan Makassar.
Menurutnya sosial media sangat banyak digunakan oleh anak muda. Ini menjadi target utama dari komunitas. Agenda yang ditawarkan pun beragam seperti lapak baca, surat untuk Februari dan peringatan ulang tahun komunitas.
"Kalau lapak baca kita gelar di pusat-pusat kota. Seperti menyediakan ruang baca gratis. Kalau surat untuk Februari itu adalah kegiatan lomba menulis untuk umum. Semua acara itu kami umumkan lewat Instagram. Buku-bukunya didapatkan dari anggota dan beberapa sumbangan," katanya.
Ia berharap ke depan komunitas ini bisa terus memberikan kontribusi yang baik dalam dunia literasi. "Saya harap ke depannya semoga komunitas ini bisa menyebarkan virus membaca secara merata buat seluruh masyarakat Indonesia," ujar Dyanti.