Benarkah Semua Permasalahan Akan Selesai di Meja Makan?

in culinary •  6 years ago 

DSC_4597.JPG

Beberapa waktu yang lalu salah seorang staff dari SOS Children’s Village mengajak saya untuk bertemu karena ingin membahas kelanjutan dari program yang sudah kami rencanakan sebelumnya. Kami berinisiatif untuk mengadakan kelas menulis secara rutin agar setidaknya bisa lebih teratur dalam membuat laporan bulanan atau mengirimkan berita-berita narasi yang dibutuhkan perihal perkembangan organisasi. Walaupun hal tersebut belum terealisasi karena kita masih melakukan rutinitas masing-masing yang belum bisa ditinggalkan.

Siang itu tempat yang kami sepakati adalah Café di daerah Ringroad, Banda Aceh. “Meet Up” café ini berada di tengah-tengah dari tempat kami bekerja, jadi tidak terlalu jauh dari jangkauan saya, begitu juga dari jangkauan Kak Lia. Sebenarnya kita janjiannya bertiga dengan @dyslexicmom, tapi berhubung beliau sudah melakukan konfirmasi akan telat hadir, jadinya kami langsung melakukan diskusi santai.

Sebenarnya bagi saya pemilihan tempat merupakan salah satu hal penting untuk melakukan deal-deal bisnis yang selama ini saja jalani. Karena kenyamanan tempat dan cita rasa dari makanan (kalau di Café/rumah makan) akan sangat mempengaruhi mood saya untuk bisa berpikir lebih santai. Saya tidak terlalu suka tempat-tempat ramai dengan berbagai macam hiruk-pikuk yang bisa memecah konsentrasi. Karena di tempat tersebut saya akan menghabiskan waktu berjam-jam, jadi kalau dari awal pemilihan tempatnya sudah salah, maka akan berujung mood yang jadi tak karuan hingga akhir pertemuan.

Suasana di Café Meet up


Bagi saya pemilihan tempat dalam pertemuan kali ini sangat tepat karena di café meet up selain tempatnya luas, juga tidak terlalu berisik, karena saya melihat masing-masing dari pengunjung saling menjaga privasi pengunjung lainnya.

Untuk soal rasa juga terbilang enak dan masih bersahabat di kantong, cukup membawa uang lima puluh ribu, kalian masih dapat kembaliannya, dengan catatan makannya jangan sampai nambah tiga piring. Kalau sudah begitu jangan protes ke saya dan bilang mahal.

DSC_4600.JPG

Nasi + ayam geprek level 3

DSC_4601.JPG

Sate taichan + mozarella

Nah, untuk pertimbangan selanjutnya bagi saya adalah kamar mandi, kalau tempatnya sudah buat nyaman tapi kamar mandinya “ya… begitulah”, saya akan segera menolak bila ada yang mengajak untuk kembali lagi ke tempat tersebut. Namun, di café meet up ini kamar mandinya terbilang bersih, begitupun airnya. Itu artinya karyawan disini sangat menjaga performa dari tempat tersebut.

Di café ini juga terdapat mushala kecil yang bersih dan bisa dijadikan tempat istirahat di pojokannya, jadi bila tiba-tiba merasa lelah dan ingin merebahkan badan sekejap, bisa kita lakukan di mushala tersebut, tapi jangan sampai ketiduran atau pura-pura lupa pulang.
Walaupun begitu, café ini tidak menyediakan wifi, mungkin dengan alasan agar pengunjung bisa benar-benar melakukan diskusi di dunia nyata bukan di dunia maya. Kalau sudah ada wifi pastinya kita akan sibuk dengan barang elektronik masing-masing, jadinya pertemuan tidak optimal lagi.

Bagi saya pribadi, tempat ini bisa jadi rekomendasi untuk membuat pertemuan serius atau sekedar bersilaturrahim, bahkan menyendiri. Tapi, kalau lagi menyendiri jangan lupa bawa uang yang banyak karena menyendiri itu butuh energi.

DSC_4599.JPG

Balik ke Judul Postingan


Ingatan saya tiba-tiba kembali ke beberapa tahun yang lalu saat masih berstatus mahasiswa, seorang dosen ekonomi yang sedang mengajar di kelas kami memberikan satu pertanyaan serius, karena pada saat itu kita sedang membahas tentang konflik dan perdagangan.

Beliau bertanya, “kalian tahu di mana semua permasalahan bisa diselesaikan? Yang benar jawabannya langsung dapat A dan tak perlu ikut ujian semester.” Kata dosen tersebut.
Semua mahasiswa di kelas banyak yang mencoba menjawab dengan memberikan alasan-alasan yang diplomatis, dan saya seperti biasa selalu duduk di pojokan, kalau tidak pada barisan paling depan ya pada barisan paling belakang. Saya tidak pernah menjawab pertanyaan jebakan tersebut, karena jawabannya hanya Sang Khalik dan dosen tersebut yang tahu.

Setelah beberapa saat karena tidak ada satupun jawaban yang benar, dengan santainya beliau menjawab, “Segala bentuk permasalahan mau serumit apapun itu akan selesai di meja makan”. Jawaban tersebut diikuti oleh tawa mahasiswa serta beberapa ada yang terdengar menggerutu karena kesal.

Tapi… kalau dipikir-pikir lagi apa yang beliau katakan ada benarnya, dan hal tersebut terjadi pada saya. Saat sedang mengurus skripsi, saya bermasalah dengan salah satu dosen pembimbing, hal ini karena ada kesalahpahaman mengenai waktu bimbingan yang menyebabkan pembimbing saya merajuk dan tidak mau mendengar alasan apapun dari saya. Dan yang paling membuat marahnya bertambah pada saya adalah, pembimbing yang satunya selalu mendukung apapun tindakan saya sampai saya pun bisa lancar-lancar saja melewati seminar proposal bahkan seminar hasil. Tapi celakanya, pada saat sidang berlangsung, saya “dibantai” habis-habisan sama dosen yang merajuk tadi, dan hal itu mempengaruhi nilai akhir.

Dari pengalaman tersebut saya banyak belajar dan memperbaiki diri untuk sebisa mungkin menyelesaikan permasalahan di meja makan.

Tapi cukup sampai di meja makan saja ya, jangan berakhir di "meja-meja" yang lain.

Salam,
@fararizky

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Betoy cut kak.. karna meja hijau ka terlalu #maistrem 😀

hahaha.. kalau meja hijau di kampus hana masalah kan?

Iya.. semoga bebagah sidang behh cut kak

As a follower of @followforupvotes this post has been randomly selected and upvoted! Enjoy your upvote and have a great day!

Apalagi meja hijau. Hahahaha. Duhai jadi teringat tentang program ituu...kapan dieksekusi, ya?

Saya sudah merasakan pahitnya diserang di meja hijau..haha
Hayooo loooo... Eksekusi terus kak, nanti di lama-lamain jadi lupa.

Makan itu kegiatan sakral untuk saya. Jadi, nggak mau bawa permasalahan. Tapi, mending meja makan, sih, daripada meja hijau. Hehe.

Hahahaha... Iya, kalau udh kena meja hijau apalagi di kampus.. Ampun dehh..