The word Rapai comes from one of the old ties in Aceh that uses a musical instrument (percussion) as a tool to convey spiritual messages to his followers. Tarekat itself is a path / ritual / ritual performed by a person or group to enhance his spirituality values. The famous targets in Aceh were the Tarekat Qadariyah and Naqsabandiyah. These two targets have their own methods and methods in conveying and developing concepts of understanding of Religion.
Kata Rapai berasal dari salah satu tarikat di Aceh tempo dulu yang menggunakan alat musik pukul (perkusi) sebagai alat untuk menyampaikan pesan - pesan spiritual kepada para pengikutnya. Tarikat sendiri adalah suatu jalan/ajaran/ritual yang dilakukan oleh seseorang ataupun kelompok untuk meningkatkan nilai - nilai spiritualitasnya. Tarikat yang terkenal di Aceh tempo dulu adalah Tarikat Qadariyah dan Naqsabandiyah. Kedua tarikat ini memiliki cara dan metode tersendiri dalam menyampaikan dan mengembangkan konsep - konsep pemahaman tentang Agama.
Moving from that, Kata Rapai is then paired with the word "daboh" or better known as debus, which later becomes the name "Rapai Daboh". The origin of the word daboh itself is a word used to interpret a body's immune performance against the incision / puncture of sharp objects. So it can be understood that, Rapai Daboh is an action or show that demonstrates a person 's body to sharp objects accompanied by musical instruments (percussion). Rapai Daboh in Aceh is often called "Top Daboh" which still has the same meaning and purpose.
Beranjak dari hal tersebut, Kata Rapai kemudian disandingkan dengan kata "daboh" atau yang lebih dikenal dengan debus, yang kemudian tersusun menjadi nama "Rapai Daboh". Asal usul kata daboh sendiri merupakan suatu kata yang digunakan untuk mengartikan sebuah pertunjukan kebalnya tubuh seseorang terhadap sayatan/tusukan benda - benda tajam. Sehingga dapat dipahami bahwa, Rapai Daboh adalah suatu aksi atau pertunjukan yang mempertontonkan kebalnya tubuh seseorang terhadap benda - benda tajam diiringi dengan alat musik pukul (perkusi). Rapai Daboh di Aceh sering juga disebut dengan "Top Daboh" yang masih tetap memiliki arti dan tujuan yang sama.
** Rapai Daboh Performance ** Pertunjukan Rapai Daboh
Initially rapai daboh performed as a form of exercise to strengthen the physical to be strong and strong and immune to the incision of gun incisions. Because the attraction is very interesting and inviting attention because it is an extream slowly Rapai Daboh into a show that deliberately on display and until then become an art. Rapai daboh developed in the area of West Aceh and Nagan Raya. In big cities such as Banda Aceh and other cities, the performance of Rapai Daboh has been equipped with a stage equipped with a sound system and fine lighting, which adds to the dramatic engagement.
Awalnya rapai daboh dilakukan sebagai suatu bentuk latihan untuk memperkuat fisik untuk menjadi tangguh dan kuat serta kebal terhadap sayatan sayatan senjata. Dikarenakan atraksi yang dilakukan sangatlah menarik dan mengundang perhatian karena bersifat ekstream maka perlahan Rapai Daboh menjadi sebuah pertunjukan yang sengaja dipertontonkan dan hingga kemudian menjadi sebuah kesenian. Rapai daboh berkembang di daerah Aceh Barat dan Nagan Raya. Di kota-kota besar seperti Banda Aceh dan kota-kota lainnya, penampilan rapai daboh telah dilengkapi dengan pentas yang dilengkapi dengan sound system dan lighting yang apik, sehingga menambah kedramatisan pertujukan.
Duloh's team will be divided into two teams. The first team is the eighth swordsman. 12 people. They were all dressed in black, wearing tangkulok above their heads and holding one by one rapai while sitting in a circular position in the stage. Then enter the pedabus of 2 s.d. 4 people into the circle of players reach. Then the pedabus followed every strains of the sound of the grasp while stabbing and beating him with sharp objects. This duloh training is led by a shaykh called caliph. It is this sheikh's ability that will protect the pedabus from sharp injuries.
Tim rapai daboh akan dibagi ke dalam dua tim. Tim pertama adalah para pemukul rapai yang berjumlah 8 s.d. 12 orang. Mereka semua berbusana serba hitam, memakai tangkulok di atas kepala dan memegang satu per satu rapai sambil duduk dengan posisi melingkar di arena pentas. Kemudian masuklah para pedabus berjumlah 2 s.d. 4 orang ke dalam lingkaran para pemain rapai. Kemudian para pedabus mengikuti setiap alunan bunyi rapai sambil menikam dan memukul badannya dengan benda tajam. Latihan rapai daboh ini dipimpin oleh seorang syeikh yang disebut khalifah. Kemampuan syeikh inilah yang nantinya akan melindungi para pedabus dari cedera benda tajam.
Currently the action of dabus also vary, as equipped with a show of immune to fire, self-burning action, even the action of spraying oil and lighting fire into the air. But then again, under the caliph's monitoring, all these creepy acts do not make any wounds for the pedabus. At first glance, the show is similar to a lumping horse show in Java, when players eat glass shards without fear of getting hurt.
Saat ini aksi dabus pun bermacam-macam, seperti dilengkapi dengan aksi pertunjukan kebal terhadap api, aksi membakar diri, bahkan aksi menyemburkan minyak dan menyulutkan api ke udara. Namun sekali lagi, di bawah pemantauan sang khalifah, semua aksi menyeramkan ini tidak membuat luka apapun bagi si pedabus. Sekilas, pertunjukan ini mirip dengan pertunjukan kuda lumping di Jawa, saat pemainnya memakan pecahan kaca tanpa takut terluka.
When the hit beating begins quickly, the debus begins to show the game with proficiency and courage that is high enough in using sharp weapons and burning themselves with fire that makes every audience hold their breath. In the event of injury or injury in the attraction due to an error in hitting Rapai, the Caliph will help by simply sweeping the wounded with his hand. In the blink of blood will stop flowing and burn down instantly. The show usually lasts until dawn or before dawn (Rijal and Ibrahim 2009).
Ketika pemukulan rapai dimulai cepat, para debus mulai memperlihatkan permainan dengan kemahiran dan keberanian yang cukup tinggi dalam menggunakan senjata tajam dan membakar diri dengan api yang membuat setiap penonton menahan nafas. Apabila terjadi cedera atau terluka dalam atraksi tersebut karena kesalahan dalam memukul Rapai, maka Khalifah akans egera menolong dengan hanya menyapu bagian yang terluka menggunakan tangannya. Dalam sekejap darah akan berhenti mengalir dan lukapun lengak seketika. Pertunjukan ini biasanya berlangsung sampai dini hari atau menjelang subuh (Rijal dan Ibrahim 2009).
saling vote ya mas.... sesama keluarga besar steem dlm group tele
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit