The tradition of "Pesijuk builds a new home" in the culture of the people of Aceh

in culture •  7 years ago 

The tradition of "Pesijuk" builds a new home in the culture of the people of Aceh

CollageMaker_20180327_194701657.jpg

A few days ago, beside our house Insha Allah has increased yet another house of a neighboring family that has been excavated land for the installation of the foundation of the house.

As usual in the village, before in the location of the first stone then there is a customary activity that has been handed down hereditary "pesijuk". The activity of the peusijuk almost all the events undertaken in Aceh before entering into the core event.

In the customs and culture of the Acehnese, the work of "pesijuk" can only be done by certain people only and among them are often seen in ordinary villages performed by Faith, clerics, religious and adat figures as well as people who have been elded in society.

CollageMaker_20180327_194309244.jpg

The purpose of "pesijuk" is for salvation, peace, happiness and noble purposes in life. The Islamic element is very strong because it contains the word of praise to Allah Ta'ala, blessings of prayer and salutation to the Messenger of Allah who is read by the perpetrator.

Apart from the prayers that are read, there are other equipment to support the process. Sijuk leaf, sticky rice, flour cake, gold, and some glass of coffee or tea coffee provided by who have intent for the alms as a feast.

The meaning contained in the activities of "pebbles", apart from the rich tradition. For the Acehnese is meant to be gratitude for the blessings of Allah Almighty, the pleas and wishes are always safe, sound, prosperous and blessed.

CollageMaker_20180327_194540122.jpg

The Acehnese believe that this tradition of wisdom is the result of local cultural wisdom inherited by the ancestors that culture and religion must be carried out in tandem with all the inner content of the good. We must be respectful and guarded together so as not to be lost.

Thank you for visiting
regards
@murizalpangeran

20180327_192718.gif

Tradisi "Peusijuek" Peudong Rumoh dalam budaya masyarakat Aceh

Padum uro ka lupah, disampeng rumoh kamo Insya Allah ka mutamah lom jiran saboh keluarga truk yang ka di buka uruk untuk pondasi rumoh.

Beberapa hari yang lalu, disamping rumah kami Insya Allah sudah bertambah lagi satu rumah keluarga tetangga yang sudah digali tanah untuk pemasangan pondasi rumah.

Lage biasa di gampong, segalom di lhom bate phon maka na saboh kegiatan adat yang ka tren mutren kamo pubut nyan berupa "Peusijuek". But peusijuek karap mandum acara di Aceh sabe di mulai segalom acara inti.

Seperti biasa di kampung, sebelum di letak batu pertama maka ada satu kegiatan adat yang sudah turun temurun dilakukan berupa "Pesijuk". Kegiatan pesijuk hampir semua acara yang dilakukan di Aceh sebelum masuk ke acara inti.

Dalam adat ngon budaya ureung Aceh, but peusijuek hanya juet dipulaku oleh urung-urung mutunte sagai dan diantara yang paleng sereng takalon dalam gampong-gampong nakuh lage tengku imum, ulama, tokoh-tokoh agama dan adat laen suruta ureung yang di peutuha dalam masyarakat.

Dalam adat dan budaya orang Aceh, pekerjaan pesijuk hanya boleh dilakukan oleh orang-orang tertentu saja dan diantara mereka sering dilihat di kampung-kampung biasa dilaksankan oleh Iman, Ulama, tokoh Agama dan Adat serta orang yang sudah dituakan dalam masyarat.

Nakuh mutujuan dari peusijuk untuk keselamatan, kedamaian, kebahagian dan tujuan-tujuan mulya laen dalam hudep. Unsur Islami sangat brat terasa karena mengandung kata pujo-pujo kepada Allah Ta'ala, doa-doa keberkahan dan sulawut kepada Rasulullah yang gubacakan oleh ureung yang pubut.

Adapun tujuan dari peusijuk adalah untuk keselamatan, kedamaian, kebahagiaan dan tujuan-tujuan mulia dalam hidup. Unsur Islami sangat kental terasa karena mengandung kata puji-pujian kepada Allah Ta'ala, doa-doa keberkahan dan shalawat kepada Rasulullah yang dibaca oleh pelaku.

Selaen dari doa-doa yang gubaca, na alat-alat kerja laen sebago pendukung prosesnyan. Oen sinijuk, bu lukat, tumpo, muh dan bruh pade yang gupuritek ngon gusipruk. Tunte yang hana tinggai meu padum boh glah kupi atau teh yang geu sedia oleh yang po hajat untuk disedekahkan sebago khanduri.

Selain dari doa-doa yang dibaca, ada perlengkapan lain sebagai penunjang proses tersebut. Daun sijuk, ketan, kue tepung, emas, dan beberapa gelas air kopi atau teh yang disediakan oleh yang punya hajat untuk di sedekah sebagai kenduri.

Makna yang terkandong dalam kegiatan peusijuk, sulaen dari tradisi sangat kaya. Bagi urung Aceh gupumakna sebago rasa syukor atuh segala nikmat yang Allah ta'ala bri, permohonan dan harapan beusabe dalam keadaan selamat, sehat, sejahtera ngon berkah.

Makna yang terkandung dalam kegiatan pesijuk, selain dari tradisi yang kaya. Bagi orang Aceh dimakna sebagai rasa syukur atas nikmat Allah Ta'ala beri, permohonan dan harapan selalu dalam keadaan selamat, sehat, sejahtera dan berkah.

Urung-urung Aceh gupucaya bahwa tradisi peusijuknyo hasil kearifan budaya lokal yang gukubah le indatu bahwa budaya dengon Agama harus dipujalan seireng dengon mandum kebaikan yang na didalam. Harus ta hormat dan tajaga bersama nak bek gadoh.

Orang-orang Aceh mempercaya bahwa tradisi pesijuk ini hasil kearifan budaya lokal yang di wariskan oleh nenek moyang bahwa budaya dan Agama harus dijalan beriring dengan semua kandungan kebaikkan yang ada di dalam. Harus kita hormat dan di jaga bersama supaya tidak hilang.

Terima Kasih sudah berkunjung
Salam
@murizalpangeran

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!