"Jangan Tanyakan Apa yang Negara Berikan Kepadamu Tapi Tanyakan Apa yang Telah Kamu Berikan Kepada Negaramu."
Kalimat terkenal dari mantan presiden Amerika John F Kennedy inilah yang selama ini dilakukan oleh Kang Dedi Mulyadi dalam perannya membesarkan Partai Golkar. Loyalitas dan integritas Kang Dedi terhadap Golkar dibuktikan dalam wujud prestasi dan karya nyata di Purwakarta.
Purwakarta yang dulu sebagai kota kecil dan seperti tidak mempunyai peran apa-apa, sekarang telah banyak menuai pujian karena tertata apik dan mempunyai destinasi wisata yang mengundang decak kagum para pengunjungnya.
The Sukarno Center menilai Kang Dedi sebagai kepala daerah yang mampu menjaga nilai-nilai budaya dalam pembangunannya, berani melindungi hak-hak kaum minoritas, memberikan perlindungan kepada masyarakat adat serta mampu menerapkan nilai-nilai Kebhinekaan dalam setiap programnya sebagai kepada daerah sehingga dinilai layak mendapat kehormatan untuk menerima penghargaan Pemimpin Teladan Demokrasi dari The Sukarno Center, di Istana Mancawarna Tampaksiring, Gianyar Provinsi Bali. Penghargaan ini baru diberikan ke pada dua orang yaitu Jokowi dan Dedi Mulyadi.
Seperti yang diungkapkan oleh Sukmawati Soekarno Putri sebagai Dewan Pembina The Sukarno Center, Kang Dedi sebagai sosok Pancasilais mampu manghayati dan mandalami serta mengamalkan nilai-nilai Pancasila, mencintai tanah air sekaligus cinta kepada leluhur yang telah mewariskan nilai-nilai yang sangat mulia dan adiluhung.
Selain Sukmawati, pujian serupa juga disampaikan oleh Presiden "The Sukarno Center" Shri I Gusti Ngurah Arya, Kang Dedi merupakan sosok bupati yang berbeda dibandingkan dengan 517 kabupaten lainnya, konsisten dan berani kontroversi demi membela nama leluhur.
Presiden The Sukarno Center bahkan berwasiat, agar kedepan setelah memimpin Purwakarta, Kang Dedi diharapkan bisa memimpin masyarakat Jawa Barat, bahkan Indonesia, dengan tidak lupa melakukan kaderisasi terhadap generasi muda Purwakarta agar menjadi calon pemimpin bangsa.
Kang Dedi sebagai kader terbaik Golkar yang dinilai berhasil membangun Purwakarta dan diharap bisa menata Jawa Barat lebih baik ternyata tidak dihargai oleh Golkar. Justru Golkar lebih memilih mengusung Ridwan Kamil dari sosok non kader partai untuk Calon Gubernur Jawa Barat yang cenderung oportunis dan tidak mempunyai loyalitas maupun integritas dalam perjalanan politiknya.
Perubahan kebijakan politik Golkar dengan tidak memilih sosok Kang Dedi sebagai calon Gubernur Jawa Barat bisa dilihat sebagai indikator adanya ketakutan apabila sosok Kang Dedi menjadi Gubernur Jawa Barat akan mengganggu dan menghambat kepentingan para pengusaha yang berdiri di belakang Golkar.
Sementara Kang Dedi Mulyadi telah berjuang untuk membesarkan partai Golkar dengan beragam prestasi dan kinerja maksimal dalam membangun Purwakarta, citra Golkar saat ini justru dirusak oleh ketua umumnya sendiri yang menggunakan Golkar untuk kepentingan para pengusaha dan koruptor sehingga sudah tidak mewakili aspirasi rakyat lagi.
Serangkaian kasus hukum yang menjerat Setya Novanto sejak sebelum menjadi ketua Golkar diantaranya:
- Kasus Pengalihan Hak Piutang Bank Bali - 1999
- Penyeludupan Beras Impor asal Vietnam - 2003
- Skandal Impor Limbah Beracun dari Singapura ke Batam - 2004
- Dugaan Suap Pekan Olahraga Nasional Riau - 2012
- Kasus Dugaan Korupsi Pengadaan E-KTP - 2013
- Skandal Perpanjangan Kontrak Freeport - 2015
Citra Golkar dibawah kepemimpinan Setya Novanto saat ini mengindikasikan adanya gejala yang tidak ingin sosok pemimpin ideal muncul membawa perubahan pada tatanan pemerintahan yang lebih baik karena akan menyulitkan dan menghambat proyek-proyek bancakan untuk kepentingan para koruptor. Melihat indikator pergerakan politik di tubuh Golkar saat ini, menunjukan sepak terjang Setya Novanto sebagai Ketua Umum Golkar yang sepertinya masih akan menambah daftar panjang rangkaian kasus hukum lainnya, apalagi kalau sampai Ridwan Kamil sebagai Cagub yang diusung Golkar memenangkan pilgub Jabar ini.
by-BungGW