Rateb ataupun zikir dalam bahasa Indonesia merupakan kebiasaan masyarakat Aceh yang dilakukan setelah salat wajib. Begitu juga pada saat menidurkan anak, membaca zikir (meurateb) lazim dilakukan oleh orang tua untuk menanamkan nilai-nilai keislaman kepada anak sejak masih kecil. Zikir tersebut kemudian dipadukan dengan kidung (doda idi) yang berisikan syair-syair keislaman.
Rateb doda idi hampir sama dengan syair doda Idi yang merupakan nyanyian pengantar tidur yang dibawakan oleh ibu-ibu di Aceh saat menidurkan anaknya dalam ayunan. Melalui syair-syair tersebut, konsep-konsep pendidikan karakter bagi si anak disampaikan oleh setiap ibu. Penyampaikan konsep pendidikan karakter itu dilakukan dengan bahasa bersyair khas keacehan. Nyanyian pengantar tidur atau nyanyian buaian ini dalam masyarakat Aceh dikenal dengan sebutan syair peuayon aneuk atau syair Doda Idi.
Berbeda halnya dengan rateb doda idi yang dilakukan oleh ibu-ibu, dalam masyarakat Aceh juga dikenal dengan isitlah radat, yaitu orang yang selalu membacakan ayat atau ulangan pada meulike, meurateb, meuseulaweuet yang kemudian diikuti atau diulangi oleh peserta-peserta lain secara bersama-sama (Bakar, dkk 1998:763). Meurateb ini diyakini oleh masyarakat Aceh mampu menghindari dari musibah serta berdampak positif terhadap kesehatan mental. Asumsi masyarakat Aceh ini diperkuat oleh hasil penelitian Sumantri dan Riyanto (2000) yang menyimpulkan bahwa terapi agama islam yang berisi kalimat zikir pada penderita gangguan mental mendapatkan hasil bahwa subjek yang diberikan terapi agama islam merasa lebih tenang. Akan tetapi, (Wulandari & Nashori, 2014) menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kondisi kesejahteraan psikologis antara kelompok yang diberikan terapi zikir dan kelompok yang tidak diberikan terapi zikir. Hasil penelitian tersebut belum dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah hakikat kebenarannya sebab untuk keberhasilan pemberian terapi zikir tentu memerlukan waktu bukan dilakukan dalam waktu singkat.
Kondisi saat ini khususnya yang berhubungan dengan identitas keacehan sepertinya sudah hilang perlahan. Hal itu disebabkan kurangnya upaya revitalisasi terhadap kearifan lokal masyarakat (Yunus 2016; Wardhani 2016) sebagai penguat karakter bangsa. Begitu juga halnya dengan pendidikan formal yang saat ini diterapkan di Aceh juga kurang memadukan budaya lokal dalam pendidikan. Untuk memberikan doktrin mengenai identitas keacehan haruslah ditanamkan sejak kecil dan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan (Hartley & watson, 2012).
sumber gambar: https://i.ytimg.com/vi/wuvjrq62TXg/maxresdefault
Rateb doda idi ini sangat cocok dikembangkan sebagai model pendidikan untuk memunculkan kembali marwah Aceh yang dikenal sebagai serambi mekkah. Model pendidikan yang dirancang ini seperti memasukkan materi rateb doda idi dalam pelajaran agama Islam ataupun mata pelajaran muatan lokal. Selain itu, model pendidikan ini dapat diwujudkan dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti menciptakan sangar kesenian.
Referensi
Gu, J., & Neesham, C. (2014). Moral Identity as Leverage Point in Teaching Business Ethics. Journal of Business Ethics, 124(3), 527–536. https://doi.org/10.1007/s10551-013-2028-0.
HARTLEY, C., & WATSON, L. (2012). Political Liberalism, Marriage and the Family. Retrieved from http://www.jstor.org/stable/41348333.
Neesham, C., & Gu, J. (2015). Strengthening Moral Judgment: A Moral Identity-Based Leverage Strategy in Business Ethics Education. Journal of Business Ethics, 131(3), 527–534. https://doi.org/10.1007/s10551-014-2483-2.
Wulandari, E., & Nashori, H. F. (2014). Pengaruh terapi zikir terhadap kesejahteraan psikologis pada lansia effectiveness zikr therapy for psychological well-being (pwb) in elderly, 6(2), 235–250.
Yunus, R. (2016). Transformasi nilai-nilai budaya lokal sebagai upaya pembangunan karakter bangsa. Jurnal Penelitian Pendidikan, 13(1).
Wardhani, N. W. (2016). Pembelajaran Nilai-nilai Kearifan Lokal Sebagai Penguat Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Informal. Jurnal Penelitian Pendidikan, 13(1).
Rateb or zikir in the Indonesian language is a habit of the people of Aceh who performed after the obligatory prayers. Likewise during child lullation, reading dhikr (meurateb) commonly done by parents to instill Islamic values to children since childhood. Zikir is then combined with a hymn (doda idi) which contains Islamic poetry.
Rateb doda idi is almost identical to Idi's Idi lyric, which is a lullaby singing performed by mothers in Aceh while putting their child to sleep in a swing. Through these poems, the concepts of character education for the child are delivered by every mother. The conveyor of the concept of character education is done with a distinctive language of poetry keacehan. This sleeping singing or singing song in the Acehnese society is known as the poetry of peuayon aneuk or Idda Doda poem.
Unlike the case with rateb doda idi by mothers, in Aceh society is also known as isitlah radat, that is people who always read verse or repetition on meulike, meurateb, meuseulaweuet which then followed or repeated by other participants together (Bakar, et al 1998: 763). Meurateb is believed by the people of Aceh to avoid from the disaster and have a positive impact on mental health. This assumption is reinforced by the results of Sumantri and Riyanto (2000) research which concluded that Islamic religious therapy which contains the sentence of dhikr in mental disorder patients get the result that the subjects given Islamic religious therapy feel more calm. However, (Wulandari & Nashori, 2014) concluded that there was no difference in the psychological wellbeing conditions between the groups given zikir therapy and the group that was not given the zikr therapy. The results of these studies can not be scientifically justified the nature of truth because for the success of dhikr therapy certainly takes time not done in a short time.
The current state of affairs specifically related to the identity of the deity seems to have gone slowly. This is due to the lack of revitalization efforts to local wisdom of society (Yunus 2016, Wardhani 2016) as a strengthening of the nation's character. Likewise, the formal education currently applied in Aceh also lacks the integration of local culture in education. To give the doctrine of the identity of the deity must be instilled from childhood and included in the educational curriculum (Hartley & watson, 2012).
Rateb doda idi is very suitable to be developed as an educational model to bring back the Aceh marwah known as the porch of mecca. This educational model is designed to include rateb doda idi material in Islamic religious lessons or local content subjects. In addition, this educational model can be manifested in extracurricular activities such as creating a fantasy of art.