Bangun Pagi Bersama Gelombang

in ecologicalanthropology •  7 years ago  (edited)

Screenshot_2018-01-10-19-01-03.png

Assamualaikum.. para steemians yang budiman
Pada kali ini saya sedikit menceritakan masalah Tsunami di Aceh, bahkan saya ikut merasakan atau menyaksikan tragedi tsunami di Aceh pada tahun yang lalu. Pada hari itu matahari besinar indah anak-anak rutinitas hari-hari, kaum ibuk sedang sibuk didapur anak-anak usia menikmati hari libur, sebagian pemuda sedang berolah raga sebagian lagi menuju kepantai untuk rekreasi para buruh bangunan sedang bekerja suasana di pasar hirup pikup dengan berbagai transaksi, burung-burung baru saja meninggalkan sarang. Tiba-tiba pada pukul 07:00 wib hari ahad 26 Desember 2004, bumi serambi mekah terguncang dasyat, goncangan gempa 8,9 itu berlangsung puluhan menit tanpa henti bumi bergarak ke atas dan kebawah, ke kanan dan ke kiri, berayun-ayun terusmerus orang-orang lari keluar rumah berkumpul di jalan dan di lapangan.

Kami seperti berada di dalam tampi kepala terasa pusing sehingga banyak yang terjerembap di bumi, suara adzan Allah hu akbar yang berkumandang dari menara mesjid dan menasah, suara zikirpun membahana dimana-mana, jutaan mulut manusia menyebut asma Allah dan Rasulullah secara terus menerus LAILAHAILLAH MUHAMMADAR RASULULLAH.
Screenshot_2018-01-10-19-03-23.png
Selesai gempa itu sebagian orang pergi untuk melihat situasi kerana mendengar kabar di tempat tertentu ada bangunan yang roboh dan hancur dan ada tanah yang terbelah dan ada pula rumah yang ditelan bumi akibat gempa. Tidak tefikir oleh kami apa yang terjadi setelah gempa itu, tidak adakah tanda-tanda alam yang begitu kentara dan tidak ada yang mampu menafsirkan dan menduga sebentar lagi akan terjadi bencana maha dasyat. Yang meluruh lantakan pemukiman penduduk sepanjang pesisir Aceh. Tidak ada pula yang mampu menerjemahkan berbagai firasat atas besaran nasip yang menimpa tanah rencong dan tidak ada yang memahami alam, manakah air laut surut beberapa meter, orang-orang di pesisir sedang asik-asik mengumpulkan ikan yang mengelepar-gelepar di pinggir laut air sungaipun mengering, namun tida ada yang dapat menbaca tanda-tanda itu mereka se akan-akan melupakan gempa yang berlalu.

Di berbagai tempat orang-orang sibuk memperbincangkan gempa sangat dasyat itu belum pernah kami alami, namum taklama kemudian terdengar bunyi keras bunyi dentuman itu terdengar sepanjang pesisir Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Barat dan Nagan Raya. Orang –orang mengira bunyi bom memang sebelumnya sering terdengar bunyi bom yang menghiasi kehidupan orang Aceh ketika itu, karena Aceh dalam Situasi konflik yang bersenjata. Orang-orang pun bertanya dalam hati kanapa masih ada yang berperang dalam suasana yang menakutkan imi.
Screenshot_2018-01-10-19-00-32.png
Orang-orang mengira pagi hanya sekedar gempa mereka sama sekali tidak menduga bahwa bunyi dentuman itu bahwa lempengan bumi yang berpusat di samudra Indonesia sekitar 149km sebelah selatan Aceh Jaya dan itu penyebab gempa. Di samping kehendak allah pemilik alam semesta, belum sempat kami bernafas lega dalam suasana gebalaudan kocar kacir itu, tiba-tiba daratan diterjang air laut berwarna hitam pekat itu datangnya dengan sangat tiba-tiba dengan suara gemuruh yang menakutkan ia berlari sangat cepat menerjang apa yang dilaluinya di tempat-tempat tertentu air itu mencapai ketinggian 18 meter bahkan ada yang mencapai 35 meter seperti di kawasan Lhoknga. Dari jauh air yang beringasi bagaikan rupa naga yang bergeliat-geliat mencari mangsa air dengan kecepatan 900 km perjam, orang-orang berusaha menyelamatkan diri dengan berbagai cara namun hampir semua orang, hewan,benda dan rumah di gulung air itu tanpa terkecuali semua wilayah yang dilaluinyapun hancur berkeping-keping aiar laut yang datang menyamai pesawat terbang itu ternyata namanya Tsunami. Kekuatan memang luar biasa kapal apung PLN yang di parkir di perairan Ulee Lheue Banda Aceh yang di gelendang Tsunami sampai 3 km dari darat kapal itu sekarang menjadi objek wisata.
Screenshot_2018-01-10-19-01-07.png
Seakan sebuah mimpi yang buruk yang sangat langka setelah air laut bereaksi suasana pesisir Acehpun lenggang,sunyi, sepi, senyum dan hening tidak bisa dlukiskan dengan kata-kata. Sebagian pemukiman penduduk rata dengan tanah seakan intrumental kehidupan telah berakhir disini ratusan orang ribu teudeuk teusepok teulok ngoen jaroe teuingat keudroe hanale daya atau terduduk lunglai bersilang tangan mengingat nasip taidak ada berdaya.
Banyak orang awang tidak mengenal karakteristik tsunami itu kecuali orang di pulau Seumelu sebuah pulau yang terpencir di samudra Indonesia, mereka secara turun-temurun terjadi gempa meraka langsung lari ke tempat yang tinggi untuk mehindari tsunami yang mereka kenal dengan istilah seumo pengalamam yang telah mentradisi itu menyebabkan mininya korban jiwa pada tragedi 26 Desember 2004 padahal meraka banyak mendiami kawasan pesisir.Tsunami itu datang sekejap saja tetapi telah menyisakan kepiluan dan penderitaan yang mendalam, tidak kurang 300.000 meninggal dan dinyatakan hilang dalam siklep lekap itu pula ibu kehilangan anak dalam gendongannya, anak-anak kehilangan ayah dan bundanya, istri kehilangan suami, suami kehilangan istri, murip kehilangan guru, guru kehilang murip,banyak juga orang yang tinggal sebatang kara ada yang hilang semuanya tidak satupun yang tersisa.Tsunami itu identik dengan duka tak mudah kita banyangkan betapa hancurnya hati seorang ibu manakala harus mengenang kembali bagaimana anaknya direngup tsunami padahal ia sedang menyesui dan betapa rumuknya hati sang saumi tsunami menggulung istrinya yang sedang mengandung. Coba pula kita banyangkan sang ayah saat bertarung dengan maut mempertahankan anak dan istrinya kemudian lepas dari pegangannya lalu di gulung air sampai sekarang tak pernah lagi jumpa Pada pagi itu pemandangan pun mewarni pesisir Aceh, ratusan ribu manyat berseretan dan bergelimpangan diman-mana termasuk Mesjid Raya Baiturahman, kota Banda Aceh sebagai saksi bisu tempat di semanyam ratusan orang yang telah berpulang ke Rahmatullah.
images(1).jpg
Jadi alangkah baiknya pemerintah harus membuat tempat evakuasi di setiap daerah yang dekat dengang laut terutama di Banda Aceh, Aceh Jaya, Aceh Barat,dan Nagan Raya sehingga nanti kalau terjadi lagi Tsunami orang tidak panik lagi dan tidak kocar-kacir runtuk mencari tempat yang amam.

Nama : Bunaiya
NIM : 150230015

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Post saudara @bunaiya97 sangat menyentuh hati dengan mengingatkan kita dengan bencana aceh 13 tahun yg lalu 😢

hheheh makasih pranata