KERJASAMA: APAKAH SELALU BAIK?

in education •  7 years ago 

Kata “kerjasama” memiliki makna yang berbeda-beda di kepala saya. Pertama kali kata ini diperkenalkan kepada saya oleh para guru disekolah. Yang saya tangkap ketika itu, kerjasama bermakna negatif. “Jangan bekerjasama dengan teman. Bekerjasama berarti melakukan kecurangan.”

Tentu saja, ketika itu para guru sedang berbicara mengenai aturan main dalam situasi ulangan dan ujian, bukan dalam konteks pergaulan sehari-hari. Namun entah mengapa justru kerjasama yang berkonotasi negative itulah yang lebih melekat di kapala saya. Tambahan lagi, saya memperolahe reward yang luar biasa dari ketidakmauan saya untuk bekerjasama dengan orang lain: menjadi juara kelas! Itu semakin menguatkan pandangan saya mengenai buruknya kerjasama. Dalam kacamata saya sebagai anak-anak ketika itu, kerjasama akan menempatkan saya pada posisi yang dirugikan, karena harus berbagi sesuatu kepada orang lain dan tidak mendapatkan apa pun, padahal bekerja sendiri saja sudah menempatkan saya di peringkat pertama.

Namun pandangan kerjasama itu berubah drastis ketika saya memasuki dunia kerja. Ternyata, rumus sukses di tempat kerja berbanding terbalik dengan rumus sukses di sekolah. Di tempat kerja, kesuksesan justru hanya akan didapatkan kalua kita pandai bekerjasama dan berkolaborasi bahkan boleh dibilang adalah keahlian terpenting seorang professional. Itulah sebabnya, kata “kerjasama” boleh dibilang menjadi primadona di tempat kerja.
Akan tetapi, sesungguhnya pandangan ini mengandung jebakan yang berbahaya. Pandangan ini menempatkan orang kedalam dua kategori: orang yang bias bekerjasama versus orang yang tidak bekerjasama. Orang yang bias bekerjasama disukai dan menjadi orang yang sukses, sementara orang yang tidak bisa bekerjasama dibenci dan menjadi orang yang gagal. Ini tentu saja sebuah pandangan yang sangat dangkal dan salah kaprah!

Yang ingin saya katakan di sini adalah: tidak semua kerjasama itu baik, bahkan banyak situasi ketika bekerjasama itu justru berarti buruk dan merupakan bencana bagi banyak orang. Salah satu hal yang paling saya ingat dari mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) adalah ketidakmauannya untuk bekerjasama dengan anggota DPRD. Bahkan, beberapa rapat yang diselenggarakan dengan DPRD berlangsung panas. Menurut Ahok, ia sengaja melakukan hal itu untuk membongkar banyaknya proyek siluman dalam APBD versi DPRD yang mengakibatkan penggelembungan anggaran lebih dari RP 12 triliun.

Kesimpulan: teamwork Ahok dengan DPRD sangat buruk. Namun, sebagai rakyat yang membayar pajak saya justru merasa bersyukur dan beruntung. Saya percaya bahwa Ahok bisa menjaga uang rakyat dari potensi penjarahan para politisi. Justru kita akan merasa ketar-ketir bila memiliki pemimpin yang mau bekerjasama dengan para politisi untuk menyalahgunakan uang rakyat.

Intinya, kerjasama itu tidak selalu baik. Ada beberapa catatan yang penting saya sampaikan di sini. Pertama, kerjasama itu sesungguhnya hanyalah merupakan nilai sekunder, bukan nilai primer. Jadi, tidak semua hal yang baik itu bernilai sama. Kebenaran, kejujuran, dan keadilan adalah nilai primer. Nilai itu harus ada di atas nilai apa pun. Ketika sebuah nilai primer diabaikan, akan rusaklah sendi-sendi kehidupan.

Kerjasama, betapapun baiknya, hanyalah sebuah nilai sekunder. Ia menjadi tidak penting, bahkan menjadi salah dan berbahaya, bila tidak didasari kebenaran, kejujuran, dan keadilan. Bukankah semua penjahat yang sukses memiliki teamwork yang baik? Bukankah penjarahan uang rakyat senantiasa dilakukan dengan kerjasama yang sangat baik dan sangat efektif? Namun ketika kita tidak melakukan nilai primer, nilai sekunder hanya akan mendatangkan bencana bagi kita semua.

Kedua, kerjasama itu hanya akan baik bila ia mementingkan empat kepentingan sekaligus: Kepentingan Saya (My Win), Kepentingan Anda (Your Win), Kepentingan Orang Lain (Their Win), dan Kepentingan Tuhan (God’s Win).
Inilah yang seharusnya menjadi landasan ketika ingin bekerjasama dengan orang lain. Banyak orang yang tidak memahami prinsip menang-menang dengan empat kepentingan ini. Ketika berniat bekerjasama dengan orang lain, kita hanya mementingkan kepentingan dua pihak ini terakomodasi dengan baik, kita kemudian menyebutnya dengan “win-win solution”. Padahal bila hanya dua pihak yang menang, ini sesungguhnya lebih tepat disebut “win-win collution”.

Mau bukti? Lihatlah apa yang terjadi bila penguasa bekerja sama dengan penghusaha untuk memanfaatkan sumber daya alam. Bukankah yang sering terjadi adalah kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak tetapi merugikan masyarakat banyak? Bukankah berbagai kebijakan yang dibuat penguasa di masa lalu sering hanya memikirkan kemenangan kedua belah pihak? Atau tak usahlah jauh-jauh, bukankah perselingkuhan itu sendiri sesungguhnya merupakan pengejawantahan dari prinsip win-win? Ini sekali lagi merupakan bukti bahwa ada banyak kerjasama yang menghasilkan ketidakbaikan. Kerjasama hanya akan berlangsung dengan baik bila ia melibatkan empat kepentingan seperti yang saya sebutkan di atas.

--ARVAN PRADIANSYAH--

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Benar sekali😇

Kerjasama penting untuk mencapai hasil yang baik.