Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Secercah Wacana

in education •  6 years ago 

Bisa dibilang sangat wajar apabila kualitas pendidikan di daerah kurang begitu meningkat pesat. Jangankan pesat, sedikitpun masih merangkak lelah. Saya sendiri berani untuk mengatakan wajar karena satu bulan ini telah menghabiskan beberapa waktu di sekolah.

Ceritanya saya bertekad untuk bekerja di sebuah sekolah untuk menjadi tenaga pendidik. Ketika sudah terjun, saya merasakan sendiri bagaimana kondisi yang dihadapi oleh para guru honorer. Para guru honorer bekerja dengan bayaran Rp. 5000/jam. Saya cukup kaget karena 3 tahun lalu saya juga sempat menjadi tenaga pendidik di sebuah SMP dengan bayaran yang sama. Saya kira setelah 3 tahun dengan sekelas SMK bayaran seorang guru honorer meningkat minimal beberapa ribu rupiah. Namun, nyatanya masih tetap sama saja.

Maka dari itu saya sangat mengerti mengapa kualitas pendidikan di Indonesia khususnya di daerah tidak begitu dapat berkembang. Coba bayangkan, guru yang menjadi penentu utama jangankan berpikir untuk meningkatkan kualitas mengajar, membuat inovasi baru, meningkatkan disiplin dan sebagainya, untuk mencari sambilan menutupi kebutuhan yang lain saja mereka kebingungan. Mungkin ini konteks guru yang di daerah, entahlah dengan nasib guru yang di perkotaan.

Rp. 5000/jam itu bukan angka mutlak untuk bayaran mengajar di sekolah. Dengan upah Rp. 5000/jam mereka disibukan dengan pekerjaan rumah setumpuk administrasi yang harus diselesaikan dan banyak aturan ini itu sana sini. Mual.
Apakah ini dikarenakan terlalu banyak sekolah? Terlalu banyak guru? HIngga pemerintah merasa kewalahan untuk membayar wajar seorang guru honorer. Atau mungkin pemerintah hanya ingin membayar wajar guru yang professional? Apakah guru yang sudah sertifikasi terjamin keprofessionalannya di lapangan? Oh tentu tidak. Malah di daerah, saya mendengar desas desus tidak semua PNS dan guru sertifikasi itu mampu bekerja dengan sangat professional.

Mungkin karena banyak sekolah juga, tapi mengapa pemerintah begitu gampang mengizinkan berjejernya sekolah sampai berdesakan di tiap kampung apabila tidak mampu mensejahterakannya? Seandainya sekolah secukupnya saja tapi berkualitas bagus dan sejahtera apakah itu tidak lebih baik?

Entahlah aku bukan ahli masalah ini, tapi aku bagian dari permasalahan ini. Kualitas pendidikan di Indonesia terutama di daerah kurang begitu bagus itu sudah wajar. Seandainya setiap sekolah memiliki kesejahteraan layaknya pekerja BUMN, mungkin ceritanya akan jadi berbeda. Kualitas dituntut meningkat, pasti mereka akan usahakan dan bisa fokus pada satu profesi. Ketika ada guru yang nyambi jualan cilok, gorengan, buruh tani, dan lain sebagaianya, kapan mereka akan bisa fokus pada perkembangan pendidikan di Indonesia. Hanya secercah wacana mungkin.

Jalan satu-satunya menjadi guru honorer hanyalah ikhlas sepenuhnya. Karena bila menuntut gaji, sangat tidak sesuai dengan apa yang dikerjakan. Saya sangat peduli pendidikan. Dengan menulis saya peduli pendidikan, dengan mengadakan kelas menulis itu salah satu cara aksi dalam implemetasi peduli pendidikan.

Tulisan aneh ini hanya curhatan senewen yang tak bermanfaat. Semoga bisa menjadi ajang tertawaan dan semoga saya salah paham. Terima kasih.

Post steemit indonesia 20180216_054511.jpg
Steemit bandung.jpg

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Ya Allah, benar-benar sangat memprihatinkan.
Semoga Allah membuka lebar pintu rezeki berlimpah dari arah yang tidak disangka-sangka :)

Amiin mudah mudahan semua bisa berkembang cepat 😀