Santri Jurnalistik #Deadline
Tak ada batasan usia untuk menjadi seorang penulis atau jurnalis. Selama Anda mau dan mampu, you can do that!
Hai Steemians...
Ini adalah bagian kedua artikel saya tentang pengalaman berbagi bersama santriwan-santriwati boarding school Al-Muslimun, Lhoksukon, Aceh Utara, Aceh, Indonesia.
Buat yang belum sempat membaca bagian pertama silahkan baca di sini: https://steemit.com/indonesia/@zulfikarhusein/santri-jurnalistik-fame-f3d21f0528444
Setelah di sesi sebelumnya saya dan peserta menggabar, menulis dan memberi judul bersama, kali ini peserta menulis bebas. Saya meminta peserta menulis apapun sesuai minat dan kesukaan dari masing-masing peserta.
“Ada yang mau nulis berita?,” tanya saya. Sepi, tak ada yang tunjuk tangan
ataupun mengangguk. Hehe...
“Puisi?.”, “Cerpen?.”
“Saya, saya,” jawab peserta bersamaan.
“Opini?.” Hmm,,, hening lagi.
Sebenarnya mereka bukan tidak suka menulis berita dan bukan tidak mau menulis opini. Namun, mereka sedang punya inspirasi fiksi di pikiran mereka. Maka alangkah lebih baik, saya membebaskan mereka mau ‘merangkai’ apapun. Tujuannya agar mereka mulai menemukan ‘ritme’ menulis dulu.
Saya dan mereka sepakat, waktu untuk menulis hanya 5 menit. Minimal tulisan yaitu dua paragraf. “Mari mulai, tidak ada tulisan yang jelek ya, tulislah apa yang ingin kalian tulis. Do the best, and then let Allah take the rest,” sesumbar saya.
Tahun 2015, saya pernah ikut sebuah forum nasional. Di forum itu saya diharuskan melakukan perjalanan dari Semarang ke Jakarta dengan bekal Rp100ribu per orang bersama dua teman. Kami beradu pacu dengan yang namanya deadline.
Kami bertiga, diharuskan singgah di dua kota sebelum tiba di Jakarta. Kami diberi waktu hanya dua malam dan dua hari setengah. Singkat cerita, kami berpacu dengan waktu dan yap, mampu melaksanakan tugas dengan baik. Tiba sesuai jadwal. Kami tiba di Jakarta tanpa menggunakan uang bekal tadi, juga tidak menggunakan dana pribadi kami. Itu perjalanan yang asik buat saya. Mudah-mudahan nanti saya sempat menulisnya di sini.
“Last minutes ya teman-teman,” saya mengingatkan peserta bahwa kita sedang bekerja di bawah kejaran deadline.
Deadline tiba. Akhirnya mereka selesai menulis. Kemudian saya meminta peserta menaruh tulisan mereka di tengah (oya, kami duduk membentuk liter O). Terus saya minta satu persatu ambil, dengan catatan tidak boleh ambil punya sendiri.
Lalu saya minta mereka membaca tulisan teman-temannya. Dalam waktu 30 detik, mereka diminta setidaknya memberi catatan, komentar, atau masukan di tulisan teman-teman mereka itu. Dibaca satu persatu, diberi masukan lalu di edarkan lagi ke teman sebelah kirinya. Melakukan hal sama, lalu edar lagi hingga sampai beberapa kali.
Setelahnya, masing-masing peserta mengambil lagi tulisannya. Arahan selanjutnya adalah, membaca dan meresapi masukan dari teman-teman yang lain.
Disini saya pikir sangat menarik. Selain menulis, mereka juga berperan sebagai editor. Mereka menulis, membaca, lalu mengedit dan memberi masukan. Itu adalah langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang penulis, terutama terhadap tulisannya sendiri agar menghasilkan tulisan yang baik. Bahkan harus dilakukan berulang-ulang.
Hasilnya, semua peserta mendapat catatan di tulisan mereka. Mulai dari; puisinya kurang puitis hingga tidak ada judulnya. Hehe... ternyata ada yang lupa memberi judul tulisannya. Lalu saya memberi kesempatan mereka untuk membaca lagi dan memperbaiki tulisan mereka.
Begitulah keseruan mereka dan Saya di sesi ini saat mengisi dan berbagi di Ikatan Jurnalistik Al-Muslimun (IJA), Lhoksukon, Aceh Utara. Kami saling tertawa dan lucu-lucuan seraya belajar.
Masih ada lagi dua sesi terakhir yang tak kalah seru. Akan saya sajikan di artikel selanjutnya.
Terima kasih kepada ketua FAMe chapter Lhokseumawe, @asmaulhusna91, kepada pembina IJA @steemitilmu, terima kasih foto-fotonya, juga teman-teman FAMe yang juga Steemian yang ikut hadir @muaziris, terima kasih juga dokumentasinya, @benimardaniat, @lingga dan teman-teman yang belum bisa berhadir.
Sampai ketemu di artikel selanjutnya
Wah, lage sinetron keudeh. Bersambung. Memang bereh that droe neuh 😄
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Takoet meunyoe sigoe beh lagee filem India @asmaulhusna91 euk...
Hehehee
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
😂
Bereh. Yg penting ada sambungannya, nak penasaran pembaca
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit