Kisah Aditya Subekti Sembuh Dari Epilepsi

in epilepsi •  5 years ago 

Piano bagi Aditya Subekti seperti belahan jiwanya. Perjalanan kehidupan yang dilaluinya pun seperti tombol piano yang renyah dan memberikan suara. Bunyinya rancak dan merambat pelan di udara menemukan paduan musik yang sejati. Seperti epilepsi yang dideritanya sejak kecil. Ia tak mau menyerah, sampai pada satu kesempatan untuk bisa terbebas dari epilepsi.

3.JPG

Mungkin mimpi ini tak akan terwujud, mimpi menjadi pianis. Jadi musisi kelas dunia, rasanya belum percaya kalau sekarang sudah sembuh, ujar Adit. Wajahnya sumringah. Senyum manis itu benar-benar menempel di pipinya ketika memulai cerita tentang perjalanan panjang terbebas dari epilepsi. Keyakinan untuk berubah dan terbebas dari penyakit yang sejak kecil selalu membuntuti. Dulu, katanya, hanya sekadar untuk belajar main piano saja begitu sulit. Banyak keterbatasan yang membuatnya ciut nyali. Namun, keyakinan itu kini terus bergelora. Bangkit dari rasa tidak percaya diri menjadikan dirinya benar-benar bisa memainkan piano penuh sukacita, tanpa beban. Sebenarnya dulu hanya untuk membantu motorik saja ketika main piano. Karena pasca sakit yang panjang, motorik menjadi rusak, ungkapnya.

Jarinya masih begitu lincah menari di atas tombol piano. Bergerak dari rangkaian tombol yang serupa bentuknya. Memunculkan lantunan lagu indah. Minatnya dalam menguasai piano sempat terhenti ketika menderita epilepsi. Demikian juga dengan harapan lain yang ingin diraihnya. Setelah operasi, memori saya membaik, jadi bisa belajar piano. Ini kesempatan yang langka dan harus dimaksimalkan, ungkapnya. Melalui piano itu juga, Adit bisa memulai kehidupan yang sebenarnya. Imaginasi kecilnya benar-benar terwujud. Adit sendiri tidak pernah kuliah, tapi ia memilih kuliah online dengan komposer United Kingdom (UK) untuk memahami komposisi orkestra. Pilihan jalan hidup yang diyakini mampu meretas cita-cita besarnya. Mudah-mudahan tahun ini sudah bisa launched CD nya, jelasnya.

Rasa Optimis Tinggi
Penyakit epilepsi yang diderita Adit bermula dari dirinya terkena penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) stadium akhir. Sehingga ia mengalami masa koma selama dua bulan. Sejak saat itu dirinya didiagnosis encephalitis, hydrocephalus, dan epilepsi. Kerusakannya pun cukup parah, karena Adit kehilangan short and long memory. Kabar itu menjadi pukulan telak bagi keluarganya. Mereka harus menerima kenyataan pahit buah hatinya mengalami kehilangan rangsangan dalam daya ingat. Parahnya, ia kemudian sulit untuk register karena epilepsinya. Pertama kali setelah divonis terkena epilepsi, berbagai pengobatan pun langsung dilakukan. Karena ia dan seluruh keluarganya tinggal di Jakarta, maka akses untuk mencari layanan kesehatan lebih mudah.

Untuk hydrocephalus dua kali ditangani oleh salah satu rumah sakit swasta di Jakarta dan juga epilepsinya. Terakhir kami pasang VP-Shunt dipasang oleh Prof. Zainal Muttaqin pada Mei 2005. Pertemuan itu memberikan banyak harapan untuk lebih baik. Ada optimisme yang terbangun untuk bisa sembuh dengan banyak jalan. Hingga pada 2014 pihaknya sudah banyak membaca dan browsing di internet. Apalagi setelah serangan epilepsi yang dialami Adit terjadi setiap dua minggu sekali. Ia pun memutuskan untuk intervensi. Pada saat itu PET Scan yang dilakukan sudah dilakukan di Singapura untuk operasi. Tapi kami tidak yakin dengan dokternya, kemudian dalam masa penantian operasi saya browsing lagi Neuro Surgeon di Asia yang melakukan operasi epilepsi dan menemukan Prof. Zainal, katanya. Bermodal keyakinan itu, pihaknya kemudian segera terbang ke Semarang dan bertemu Prof. Zainal. Kedatangannya pertama kali ke RS Telogorejo juga begitu mengesankan. Penanganan epilepsi yang dilakukan sudah modern dan tetap mempertahankan layanan yang prima. Hasil pertemuan dengan Prof. Zainal juga berjalan lancar. Komunikasi yang baik antara pasien dan dokter terlihat jelas di RS Telogorejo.

Proses pengobatan yang dilakukan memang tak hanya terjadi secara konvensional. Ada pendekatan yang luar biasa dilakukan untuk meringankan beban pasien. Kami langsung klik dengan Prof. Zainal. Kami waktu itu jadi pasien pertama dan diterangkan sampai 1,5 jam, jelasnya. Penjelasannya pun diterima dengan baik oleh Adit. Termasuk tawaran untuk dilakukan operasi yang bisa membantunya terbebas dari epilepsi yang sudah dideritanya sejak kecil. Adit langsung memutuskan setuju. Pelaksanaan operasi pun dilakukan esok harinya, tegasnya. Keputusan itu tentu saja cukup mengagetkan. Karena sebelumnya Adit belum sempat kepikiran untuk dilakukan tindakan operasi. Ia tak perlu memikirkan lama untuk mengambil keputusan dilakukannya operasi. Keyakinan dalam dirinya sudah bulat dan mantap untuk segera terbebas dari epilepsi yang terus saja menganggunya. Ia ingin merasakan kehidupan yang normal tanpa adanya lagi serangan epilepsi. Keyakinan yang kuat itulah menjadikan dirinya untuk memutuskan dilakukan operasi. Selain itu, penjelasan dari Prof. Zainal memberikan keyakinan bagi dirinya untuk segera menjalani operasi. Prof. Zainal menerangkan dengan jelas dampak epilepsi yang tidak terkontrol. Dirinya sendiri merupakan jenis pasien epilepsi yang tidak terkontrol. Sehingga rentan terkena serangan epilepsi.

Bahkan, beliau juga menerangkan dengan jelas semua prosedur-prosedurnya ketika tahapan operasi dilakukan. Prof Zainal juga memberikan referensi pasiennya yang mungkin kita ingin hubungi, tegasnya. Untuk mematangkan keputusan, Prof. Zainal menyarankan pada dirinya untuk pulang terlebih dahulu ke Jakarta. Tapi Adit sudah sangat yakin. Kami juga sudah memiliki keputusan tanggal pelaksanaan operasi, sepakati 31 Desember 2014, jelasnya.

Hasil Operasi Sukses
Pelaksanaan operasi sendiri berjalan lancar. Semua yang diharapkan bisa terwujud dengan baik. Adit sendiri adalah pasiennya yang paling siap. Hal itu dibuktikan dengan keyakinan dan mental untuk sembuh yang begitu kuat. Bahkan, Adit sudah biasa keluar masuk rumah sakit setelah pelaksanaan operasi. Keesokan harinya ia langsung minta obat minum. Bahkan, pada hari ketiga setelah operasi ia sudah pulang. Selama beberapa hari kami tetap di hotel dekat RS Telogorejo sampai 10 hari lepas jahitan, ungkapnya.

Saat ini kondisi Adit begitu baik. Hasil operasi memberikan dampak yang luar biasa dalam penyembuhan epilepsi. Serangan epilepsi yang biasanya terjadi kini tak lagi ada. Ini memberikan kenyamanan bagi Adit untuk beraktivitas seperti biasanya. Pemilihan RS Telogorejo sebagai tempat penyembuhan epilepsi sangat tepat. Selama perawatan sampai masa penyembuhan setelah operasi dilakukan dengan menyenangkan. Pelayanannya sangat menyenangkan, kami bersyukur memilih RS Telogorejo, jelasnya. Ia juga menjelaskan, keberhasilan saat persiapan, pelaksanaan dan setelah operasi epilepsi tak bisa dilepaskan dari layanan prima RS serta handalnya perlatan medis seperti hepa filter rumah sakit dan lain sebagainya. Bila belum tau hepa filter itu apa, bisa membacanya di https://abimanaseo.com/standar-ruang-operasi-rumah-sakit/.

Makanya, sejak awal ia langsung menyatakan kesediaan untuk dilakukan operasi setelah adanya keyakinan yang tinggi di RS Telogorejo. Saat ini, tak ada kehidupan yang lebih indah lagi selain bebas dari serangan penyakit. Kesehatan menjadi anugerah paling utama dalam menjalani kehidupan. Ayo kita jaga kesehatan kita. Dan kita semua pasti bisa, tegasnya.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!