Banda Aceh Tak Lagi Aman?

in esai •  7 years ago 

Beberapa hari ini jagat maya dihebohkan dengan penemuan mayat satu keluarga yang tewas dibunuh oleh seseorang (Senin, 8/1/2018). Kemarin (10/1/2018) tertangkapnya si pelaku di bandara Kualanamu, Medan. Sedangkan hari ini, Kapolresta Banda Aceh beserta jajarannya melakukan konferensi pers terhadap penangkapan pelaku, serta memberikan keterangan kepada awak media terkait insiden tersebut.

Bagi saya, Aceh, terutama ibu kotanya Banda Aceh merupakan salah satu kota ternyaman yang pernah saya domisili. Kota ini ramah, religius, bersahaja, luwes, tidak kaku. Bahkan, Banda Aceh sepi dari kriminalitas jika dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia. Ironisnya, akhir-akhir ini Banda Aceh rawan terhadap kriminalitas.

Pembunuhan keluarganya Acun; istri berserta anaknya yang notabene keturunan Tionghoa, menjadi awal dari pembukaan kriminal di Banda Aceh tahun 2018. Kejadian tersebut bukanlah yang pertama kali. Sebulan atau lebih yang lalu, ada beberapa tragedi yang cukup menyesakkan dada. Parahnya, semalam, dari lini sosial media dihebohkan dengan penjambretan di kawasan Lampineung.

image

Banda Aceh yang bersahaja, lambat laun terasa angker. Dentingan gelas kopi yang riuh saban waktu, berubah menjadi senyap yang menghilangkan nyawa. Dari banjir kopi ke merembesnya darah-darah. Kota yang madani mendadak menggoda maut. Kota yang berbenah gemilang, tercoreng arang kehilangan; dari harta, harapan, bahkan nyawa.

Banda Aceh adalah serambi hati Aceh. Wajahnya harus senantiasa tersenyum menyongsong masa hadapan. Tak boleh, jangan biarkan, ia murung meratapi setiap kematian yang belum waktunya.

Kriminalitas baik kejahatan atau apapun bentuk lainnya, adalah bentuk rendahnya dan terkikisnya nilai-nilai kemanusiaan pada hati setiap warga hingga para pendatang di serambi hati kota ini.

Kita hanya bisa berbuat dan berharap, jangan sampai hanya karena satu dua kasus, kota ini tercoreng citranya. Banda Aceh masih cukup ramah dan baik untuk setiap yang bertandang dan pulang. Tapi, kota ini mulai terusik, dan (jika tak segera dicegah) akan menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja.

Seorang Aceh (teman saya) pernah hampir mengelilingi setengah Indonesia, tapi apa katanya; (terlepas dari entnonasionalisme) seglamor dan sehebat apapun kota lain, Aceh adalah arah pulang, tempat ternyaman hidup bahkan mati. Istimewa ibu segala kota; Banda Aceh. Rahimnya masih ramah, harga-harga masih cenderung murah, kita bisa menikmati kopi hanya cukup membayar tiga ribu rupiah.

Banda Aceh adalah serambi hati, jika hatinya dirusak atau rusak sendiri, maka wajahnya terus murung dalam nestapa. Banda Aceh, masih aman, setidaknya kita masih nyaman dan tak bosan berfoto wajid di Mesjid Baiturrahman.

Kota kita (Banda Aceh) tak pernah membunuh! Hanya orang-orangnya saja (tak semua) yang suka saling sikut. Kota Banda Aceh tak pernah merampok! Hanya satu dua elitnya saja yang khilaf menilip. Kota Banda Aceh tak pernah menindas! Hanya segelintir rezim saja yang mungkin mau atau pernah iseng menjengkali penghuni kotanya. Banda Aceh, bagaimanpun ia, baik-buruknya tergantung seberapa kokoh Baiturrahman tegak berdetak di jantung kota.

image

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Setujuuuu... Bagi saya pun begitu. Saya paling nyaman tinggal di Banda Aceh. Kalau kota-kota lain, kejahatannya lebih mengganas dan kemacetannya luar binasa.

Hai @fardelynhacky? Terima kasih sudah Sudi mampir dan membaca hingga selesai.

Lepas dari segalanya, kita hanya bisa berharap, berdoa, serta berbuat apa-apa saja sesuai kapasitas agar kota ini terus aman lagi nyaman. Amin

Banda Aceh adalah kota rindu hai @lontuanisme Rindu pisgor, rindu nasi uduk, rindu jus 5000, segala macam bertumpuk disitu. 😆😆

Maka pulanglah. Rindu (baiknya) dipertemukan.

Tapi, kalau jus lima ribu apa rindu. Dimana-mana udah dijual sekarang. Haha

Aku tetap pancen oye setiap postmu brader

Syukurlah bang. Alhamdulillah.

Namun memang perlu di perhatikan juga, bagaimana para orang tua mendidik anaknya agar masa depan aceh tetap dihuni oleh masyarakat yang cinta akan kedamaian, ketenangan, dan keamanan

Setuju. Sebab, lagi-lagi orang tua dan rumah tak ubahnya sekolah dan guru yang mendidik anak-anak. Tanpa keteladanan dari orang tua, rumah yang damai didalamnya, juga pola didik yang baik dan benar, maka, yang akan tumbuh dan muncul adalah generasi henk.

Saya percaya bahwa tidak ada orang yg benar2 jahat, yang ada hanyalah orang2 yang belum bahagia. Mungkin akhir-akhir ini tingkat kebahagiaan penduduk BNA sedang menurun.
Kiranya jargon ini cocok.
"Anda bahagia, kami nyaman" ☺

"Yang ada hanyalah orang-orang yang belum bahagia". Ini menarik sekali. 😊

Kota Aceh tetap menjadi kota yang paling nyaman aku kunjungi. Sudah dua kali ridepacking keliling aceh dan tetap nyaman bahkan selalu mendapat tawaran untuk singgah di salah satu rumah warga.

Ah bang, Aceh memang mencuri hatiku.

Aceh tak ada kata lain selain 'aku ingin kembali lagi ke sana'. Ramahnya Aceh pada para traveler dan bersahajanya Aceh tetap dengan adat istiadatnya selalu membuat rindu ingin menjejaki lagi.

Alhamdulillah dan terima kasih sudah berkunjung ke tempat kami. Aceh itu ramah lagi baik, hanya (kadang) media luar saja yang latah memberitakan sesuka sudut pandang mereka.

Btw, kak @elvizakiyah asli dari mana? Salam kenal kak.

dari Medan bang. Saya tergabung di KSI Chapter Medan. Salam kenal. Ijin Follow yaaa.

Iya, dan telah duluan saya follow Elvi. Hehe. Terima kasih sudah berkunjung.

Saya memilih tinggal di banda aceh karna saya merasa nyaman dan tenang...
Tapi kalau ada kejahatan seprti itu mingkin saja dipicu karna ego dan penyakit hati..

Iya, sering kejahatan dipicu karena ego dan penyakit hati. Selain, motif ekonomi. Terima kasih atas pandangannya @silvia

Sama2..

seandainya hukum diberlakukan sesuai Islam, maka akan jadi baldatun taiiyibatun warrabul ghafur, walaupun akan diprotes sama anak sekular liberal.. haha

Haha. Coment of the the day!