Poetry Terms Meaning With Simpleer Language (Essay Writing Experiment)

in essai •  6 years ago  (edited)

Hello, Steemit!

This time, I will try to make Essai by comparing the poem entitled "I want to .." by Sapardi Djoko Damono and the poem entitled "For a simple longing" by Eva Kelana. Lets, we talk about it!

I want to love you simply
With a word that can not be spoken
Wood to the fire that makes it ashes
I want to make your wishes simple
With a gesture that could not be delivered
Cloud to rain that makes it no

Aku Ingin - Sapardi Djoko Damono, (1989)

...........

I want to be with you
in the shining brightness of the afternoon
such as grass loyalty to the sun
filling in empty space and leaving quiet
through the day slowly
until the sky turns dull
we are together to accompany the night
raising the prayer to space
making love prostrate in obedient mihrab

I want to run around
chasing the field
enjoy the most wrenching smile
chanting the temple by the ancient temple
kissing it in the soul
until there will be no more smiling injuries
for he has found its light

simple,
I want to wait for you at the dusk,
accompany you before light,
and be your lover of all ages

For A Simple Home - Eva Kelana, (2011)

The two poems above are two poems that are full of simplicity in understanding my absence. For these two different Poets these creatures are obviously giving birth to an understanding with various thoughts in various contexts. I am less reliable in dissecting or altering the curiosity of each of the words above, especially with this diction. However, is in my mind, what is the 'simple' word of the two poems?

is a really simple 'simple' like what a lover often says about his simple feelings without much to demand this or that there is a particular purpose that is larger than the 'simple' word itself?

I'm a little confused myself, the simplest word over a glance just looks like 'simple. Sometimes, we can communicate something more clearly when we convey it simply, maybe that's what we can see from this poem. Unlike the generous generous poetry of love and psalms and exaggerated sentences, in this poem Sapardi emphasized the simplicity of the poem. But in its simplicity we can see a greater depth / turmoil than the simple words written by the Poet. Perhaps He wants his own poet lovers who spell what the message he wants to convey without having to speak clearly. And indeed if this is the case we want to make a man's feelings to be delivered to a woman, we know there are things we can not talk about or we go on. And the Poet also depicts his heart with simpler things with something bigger and deeper than what is being said.

"I want to love you simply
With a word that can not be spoken
Wood to the fire that makes it ashes.."

We go back to 'busy' a simple word, but here I conclude that the Poet's feelings are not as simple as what is written here. Why so? this I conclude from the line 'With a word that can not be said wood to the fire that makes it ashes', let us understand how much it feels about the reality of love that is so turbulent like the heat of fire that can make a stick can be ashes. However, the writer tries to muffle this fact and conveys that the love he has is without coercion or prejudice. Once the love that he felt but may not have time (or can not) he speaks openly.

It is also found on the line: 'With a signal that can not be conveyed clouds to the rain that makes it'. Its meaning is deeper than what is written. So terrible the fact that he made the clouds sincerely to the rain that made it nothing.

Then we find the Eva Kelana poem, For Simple Things. It is also much different from the message the writer wants to convey to his poets. However, I think this poem is really a simple feeling of absence without much to demand it. This can be found in the Temple:

"I want to be with you
in the shining brightness of the afternoon
such as grass loyalty to the sun
filling in empty space and leaving quiet
through the day slowly
until the sky turns dull
we are together to accompany the night
raising the prayer to space
making love prostrate in obedient mihrab.."

And I have never heard the expression of simple feelings with a simple delivery anyway. For Authors born November 15, 1987 this may be just what he can convey. Maybe when asked how much love he has, then he does not need to explain how big, but what. And this fact is explained in a simpler language.

In this poem, we find many wonderful dictionaries with simple language. For example, the phrase 'orange shine in the afternoon' / 'grass fidelity' / 'sky changes in the sky' / 'raise the prayer to space' and 'make love prostrate in obedient mihrab'. We can also feel the sincerity of a sincerity: 'I want to be with you in the brightness of the evening / like grass loyalty to the sun / fill the empty space and drive away the silence'

On the stanza:

"I want to run around
chasing the field
enjoy the most wrenching smile
chanting the temple by the ancient temple
kissing it in the soul
until there will be no more smiling injuries
for he has found its light.."

The author wanted to convey how his heart was so happy and wanted to overflow his happiness by hoarding past wounds so that no more pain and sorrow was left because he had found true love. This he emphasized on the line: 'until there will be no more smiling injuries as he has seen his light'

Then, we find the most beautiful expressions of this poem conveyed with the simple language of the elemental romance and deep desire in the temple:

"simple,
I want to wait for you at the dusk,
accompany you before light,
and be your lover of all ages.."

With the selection of expressions that I think is incredible because of the sincerity that you want to say so 'feels' that purpose. Love can not be separated from sacrifice and when we love someone, we will be willing to sacrifice for the sake of our loved ones even though it sometimes makes us face difficulties. But the most beautiful love is the love that love simple love without much demands. Furthermore, we need to be aware of what someone wants to say to us, because there are certain things we can not express extraordinarily and we prefer to express it in simpler language. And rest assured, there is actually a bigger and deeper intent than that simple language.

salam.

========================================================

Halo, Steemit!

Kali ini, saya akan mencoba membuat Essai dengan membandingkan puisi berjudul "Aku ingin.." karya Sapardi Djoko Damono dan puisi berjudul "Untuk rindu yang sederhana" karya Eva Kelana. Yuk, kita bahas!

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikanya abu
Aku ingin mecintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

Aku Ingin - Sapardi Djoko Damono, (1989)

Aku ingin bersamamu
dalam jingga kilauan sore
seperti kesetiaan rumput menemani matahari
mengisi ruang kosong dan menghalau sunyi
melalui hari dengan perlahan – lahan
hingga langit berubah temaram
kita bersama menemani malam
menaikkan do’a menuju angkasa
menjadikan cinta bersujud di mihrab taat

aku ingin ikut berlarian
berkejaran di padang ilalang
menikmati senyum yang paling luka
melantunkan bait demi bait purba
menghujamkannya dalam jiwa
hingga takkan ada lagi senyum paling luka
sebab ia telah menemui cahayanya

sederhana saja,
aku ingin menunggumu pada partitur senja,
menemanimu sebelum cahaya,
dan menjadi kekasihmu sepanjang usia

Untuk Rindu Yang Sederhana - Eva Kelana, (2011)

Dua puisi di atas adalah dua puisi yang yang sarat kesederhanaan dalam memahami ketiadaan menurutku. Untuk dua Penyair berbeda angkatan ini jelas sedikit banyaknya melahirkan satu pemahaman dengan berbagai pemikiran dalam berbagai konteks. Aku kurang handal dalam membedah ataupun mengebiri lika-liku dari tiap kata di atas, apalagi dengan diksi yang seperti ini. namun, terbetik di pikiranku, maksud kata 'sederhana' dari dua puisi ini apa?
apakah 'sederhana' yang benar-benar sederhana layaknya apa yang sering diucapkan sepasang kekasih tentang perasaannya yang simple tanpa banyak menuntut ini-itu atau ada maksud tertentu yang sifatnya lebih besar dari kata 'sederhana' itu sendiri?

Aku sendiri sedikit bingung, kata sederhana di atas sekilas hanya terlihat seperti 'sederhana saja. Terkadang, kita bisa menyampaikan sesuatu dengan lebih jelas ketika kita menyampaikannya secara sederhana, mungkin itu yang bisa kita lihat dari puisi ini. Berbeda dibandingkan dengan puisi cinta umumnya yang penuh puji dan puja dan kalimat yang melangit, dalam puisi ini Sapardi justru menekankan pada kesederhanaan bersajak. Namun dalam kesederhanaannya kita bisa melihat kedalaman / gejolak yang lebih besar dari kata sederhana yang dituliskan sang Penyair. Mungkin Beliau ingin para penikmat puisi sendiri yang mengeja apa maksud pesan yang ingin disampaikannya tanpa harus berbicara secara gamblang. Dan memang jika hal ini kita ibaratkan suatu perasaan seorang lelaki yang ingin disampaikan kepada seorang wanita, kita pun tahu ada hal-hal yang tak bisa kita utarakan atau kita terusterangkan. Dan Penyair pun melukiskan isi hatinya dengan lebih sederhana dengan sesuatu lebih besar dan lebih dalam dari apa yang disampaikan.

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikanya abu.."

Kita kembali lagi di 'sibuk'kan kata sederhana, namun disini aku menyimpulkan bahwa perasaan si Penyair tidaklah sesederhana apa yang dituliskan disini. mengapa demikian? hal ini aku simpulkan deri baris 'Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikanya abu', coba kita pahami betapa ada yang dirasakan mengenai kenyataan cinta yang begitu menggelora bagaikan panas api yang bisa membuat sebatang kayu pun bisa menjadi abu. Namun, si penulis mencoba meredam kenyataan ini dan menyampaikan bahwa cinta yang ia miliki adalah tanpa paksaan atau bualan. Begitu membaranya cinta yang ia rasa namun mungkin tak sempat (atau tak bisa) ia utarakan secara terus terang.
Hal ini juga kita dapati pada baris : 'Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada'. Pemaknaannya lebih dalam dari apa yang dituliskan. Begitu dahsyatnya kenyataan itu ia ibaratkan dengan ketulusan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
Lalu kita menjumpai sajak Eva Kelana, Untuk Rindu Yang Sederhana. Ini juga tak jauh beda dengan pesan yang ingin disampaikan penulis kepada penikmat puisi-puisinya. Namun, menurutku sajak ini benar-benar kenyataan perasaan yang sederhana tanpa banyak menuntut ini- itu. Hal ini dapat kita jumpai pada Bait :

"Aku ingin bersamamu
dalam jingga kilauan sore
seperti kesetiaan rumput menemani matahari
mengisi ruang kosong dan menghalau sunyi
melalui hari dengan perlahan – lahan
hingga langit berubah temaram
kita bersama menemani malam
menaikkan do’a menuju angkasa
menjadikan cinta bersujud di mihrab taat.."

Dan aku belum pernah mendengar ungkapan perasaan sederhana dengan penyampaian yang sederhana pula. Bagi Penulis kelahiran 15 November 1987 ini mungkin hanya itu yang bisa ia sampaikan. Mungkin bila ditanya sebesar apa rasa cinta yang ia punya, maka ia tak perlu menjelaskan seberapa besar, namun seperti apa. Dan kenyataan ini ia jelaskan dengan bahasa yang lebih sederhana.

Pada puisi ini, kita banyak menjumpai diksi-diksi yang luar biasa indah dengan bahasa yang sederhana. Misalkan, kalimat 'jingga kilauan sore' / 'kesetiaan rumput' / 'langit berubah temaram' / 'menaikkan do’a menuju angkasa' dan 'menjadikan cinta bersujud di mihrab taat'. Pengibaratan ketulusannya pun dapat kita rasakan melalui bait : 'Aku ingin bersamamu dalam jingga kilauan sore / seperti kesetiaan rumput menemani matahari / mengisi ruang kosong dan menghalau sunyi'

Pada bait :

"aku ingin ikut berlarian
berkejaran di padang ilalang
menikmati senyum yang paling luka
melantunkan bait demi bait purba
menghujamkannya dalam jiwa
hingga takkan ada lagi senyum paling luka
sebab ia telah menemui cahayanya.."

Penulis ingin menyampaikan betapa hatinya begitu bahagia dan ingin meluapkan kebahagiaannya itu dengan menimbun segala luka pada masa lalu sehingga tak ada lagi rasa susah dan duka yang tersisa sebab ia telah menemukan sejatinya cinta. Hal ini ia tekankan pada baris : 'hingga takkan ada lagi senyum paling luka sebab ia telah menemui cahayanya'

Lalu, kita menjumpai kalimat penyampaian yang paling indah dari puisi ini yang disampaikan dengan bahasa sederhana yang sarat unsur romantisme dan keinginan yang mendalam pada bait :

"sederhana saja,
aku ingin menunggumu pada partitur senja,
menemanimu sebelum cahaya,
dan menjadi kekasihmu sepanjang usia.."

Dengan pemilihan ungkapan yang menurutku sangat luar biasa karena ketulusan yang ingin disampaikan begitu 'terasa' maksud itu. Cinta memang tak lepas dari pengorbanan dan ketika kita mencintai seseorang, kita akan rela berkorban demi orang yang kita cintai meskipun terkadang itu membuat kita menghadapi kesulitan karenanya. Namun cinta yang paling indah adalah cinta yang mencintai cinta dengan sederhana tanpa banyak tuntutan. Selanjutnya, kita lah yang harus peka apa yang ingin disampaikan seseorang kepada kita, karena ada hal-hal tertentu yang tak bisa kita ungkapkan secara luar biasa dan kita lebih memilih mengungkapkannya dengan bahasa yang lebih sederhana. Dan yakinlah, sebenarnya ada suatu maksud yang lebih besar dan mendalam dari bahasa yang sederhana itu.

salam.

image

Sapardi Djoko Damono.

image

Eva Kelana.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Bereh ... Bg pimen...

Eh ada dek oja risol!
Dah lama maen steemit ya!
Abg baru aja

Baru juga bg... Masih newbie
B @mahlizarsafdi yang udah senioer...

Saya menangkap dalam puisi Sapardi Djoko Darmono mengenai prison Aku Ingin di sini jelas mengatakan bahwa cinta itu sangatlah tidak sederhana, tak
sesederhana Seperti kayu yang dibakar oleh api tapi lebih kepada pada bagaimana dia berkorban untuk sesuatu hal yang sangat diinginkannya,di sini jelas mengatakan menjadi ABU Ini adalah sebuah pernyataan yang dikekalkan kematian atau kesempurnaan untuk menjadi satu.

Ya, masing-masing orang punya persepsi yang berbeda. Namun, bagi saya yang sama adalah kita sama sama tidak menganggap cinta Sapardi sesederhana puisinya.