Atas Nama Senja Kita Kerap Menduga Ketidakadilan Adalah Saya

in essay •  7 years ago 

Hampir saban hari, sore datang dengan segenap kelelahan yang menggantung di punggungnya. Segala aktivitas yang segar sedari pagi hari, memilih jeda, bahkan berhenti saat matahari hendak pamit kembali ke asalnya. Di batas sisa lelah, asa megendur, dan semangat yang keletihan, senja (tak) tiba-tiba datang dengan segala kilau jingga keanggunannya.

Bagi pemujanya (senja), ia dipandang tak ubahnya aquarium imajinasi Tuhan. Yang padahal, pada batas hakikat agak berbahaya. Tapi, pada pikiran yang merdeka dengan segala konsekuensi yang ada, senja adalah (hampir) segalanya. Saat menatapnya, seakan segala lelah memuai bersama semilir angin yang berhembus halus. Senja, di hadapan mata yang mengantuk adalah teduh memejam lega. Senja, di tubuh yang payah ialah nadi pendetak semangat. Senja, pada jiwa yang rapuh tak ubahnya pelecut penggelora bara harapan.

Tunggu dulu, senja kadang hanyalah persakitan bagi siapa saja yang tak menghendakinya, hanya karena, status, ataupun, terlalu melow. Tahukah engkau, sungguh, senja amat kejam bagi mereka-mereka yang hatinya kesepian dengan jiwa-jiwanya yang kosong.

Ketika yang lain bisa bercumbu dengan senja entah melalui tatapan sesaat lalu memejamkan mata sembari dua tanggan membantali kepala, dalam angan dan imajinasi berpuisi untuk kehidupan. Mulai dari curhatan hari-hari yang lelah untuk hari-hari yang cerah, hingga puisi berpayung senja kepada seorang kekasih yang terus saja nyaman mengisi relung hatinya.

Tapi, segala yang indah tak selamanya berlaku sama terhadap yang lainnya. Beberapa justru terjerambat dalam nestapa. Tentu, di hadapan senja:

image

Mungkin, Seno Gumira Ajidarma (SGA) perlu menulis buku lanjutan, setelah buku "Sepotong Senja untuk Pacarku", dengan buku baru; "Sepotong Senja yang Kusedekahkan Untukmu yang Kesepian". Agar tak ada (lagi) yang merasa, bahwa; di hadapan senja, ketidakadilan kerap mengintai mangsa-mangsa yang terlanjur kesepian. Padahal, yang (mungkin) benarnya; ketidakadilan kerap mengatasnamakan senja. Beberapa kasus, memang, senja hanyalah kambing hitam. Baik untuk mereka yang (sok) terduga bahagia, atau mereka yang (sok) kebaperan kesepian.

Bukankah setiap senja selalu berpayungkan langit? Dan di bawah langit siapa saja bisa memandanginya? Lalu, siapa aku, kau, mereka, dan siapa saja, yang seenak hati mengkapling-kapling senja?

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Banyak inspirasi datang saat senjakala tiba :)

Sepakat bang. Ada ketenangan, kadang misteri turut menerka-nerka akan teka-teki imajinasi, bahan, tak jarang ide dan gagasan lahir saat kita melamun menatap senja.

Senja adalah milik semesta... Kita hanya menumpang indera untuk memujanya...

Tak ada yang boleh memonopoli senja!

@lontuanisme bereh. Kata-katanya bagai menanti pacar pertama datang, dag dig dug..😁🙌🙌

Haha. Entah apa-apa kutulis. Kakeuh jadi maka jadilah.

Jadi teringat sama liriknya payung teduh - Menuju Senja.
"...Baru saja ku beranjak
Beberapa saat sebelum itu
Ada yang mati menuju sore
Menuju senja bersama.."

Nice post!
Salam kenal :)

Wah payung teduh ya. Lirik dan nadanya kerap membuat kita berfikir ulang. Sarat makna, tapi sederhana.

Salam kenal kembali, terima kasih sudah sudi mampir dan membaca.

Iya, lirik lagunya bagus. Tinggi nilai sastranya. Hehe

Iya, sama-sama ;)

Hallo

Hallo @fauzanghazi. Saleum rakan. Ruoanya, na droe neuh sit lagoe. Hehe

Kereeeeeennnnn

Suka kali sama postingan ini..

Syukurlah bisa menghibur kak Mira @rahmanovic. Setelah sekian lamaaaaa. Haha

Makasih ya kak, sudah membaca.

Senja dan hujan acap kali dikaitkan dengan kenangan-kenangan. Walau terkadang itu hanya lelucon untuk terus berimajinasi liar.

Tentang senja seperti halnya pagi, ia adalah awal untuk sebuah babak baru.

Senja adalah apa-apa yang masih bebas ditafsirkan.

Saya pernah mempelajari teori menulis dengan kutipan "show, don't tell".

Dari tulisan Anda, saya dapati contohnya.
Tulisan yang mengajak kita bermain-main dengan imaginasi. Pokoknya, suka. :)

Terima kasih sudah mampir di bilik kami @betterperson. Untuk teori itu, saya bahkan baru tau itu sebutannya. Syukurnya, saya jadi teringat lagi. Salam kenal @betterperson, salam hangat nan damai dari kami.