"Death of Intellectual Ideology"

Selamat malam para Steemian dimanapun kalian berada, semoga pada malam ini kalian dalam keadaan keadaan sehat wal’afiat !!! ,,Amiin,,
Krisis intelektualitas di indonesia adalah tanggung jawab intelektual itu harus di bebaskan dari ideologi apa pun. Mereka pun dituntut fokus mengembangkan ilmu pengetahuan opjektif dan bebas nilai. Sejatinya kaum eintelektual itu harus berpihak dan tak bisa bebas nilai, oleh karna itu hal tersebut merupakan upaya penegakkan prinsip dan kumampuan memberdayakan kaum marginal yang tak berdaya secara struktural dan kultural. Namun dalam intelektual dan teritorial mempunyai kekuatan arus globalisasi media yang membuat konsep teritorial itu menjadi lenyap, semuanya melebur menjadi space (ruang). Oleh karna itulah yang membuat dunia kita menjadi dataf (flat). Sehingga setiap orang dapat saling berkomunikasi, dan terkoneksi secara global, referensi apa pun kini akan sangat mudah di dapat. Bisa melalui koneksi internet, kompiuter, laptop, bahkan telepon genggam sekali pun yang mudah dibawa dan di gunakan kapan saja. Bukan hanya itu saja, buku dan jurnal-jurnalis pun bisa saling berbagi secara cepat melalui aplikasi online, entah itu melalui WA, Twiter, BBM, Facebook, Line, dan lain sebagainya.
#source
Karna itu kaburnya representasi identitas subjek (agen/agensi), menjadi relevan pada konteks teori kritis dengan mazhab Frankfurnya di mana yang telah gagal membaca perkembangan kebudayaa hari ini. Di mana setiap orang bisa bersikap aktif memproduksi makna identitas bagi diri-sendiri, jadi media massa tak lagi menjadi satu-satunya penentu kesadaran dan identitas sesrorang. Meski pun struktur media massa itu memproduksi berita (encoding) para pembacanya akan berusaha medkonstruksinya.
Oleh sebanya siapa diri kita hari ini, akan berbeda dengan esok harinya. Identitas itu dapat betubah hanya sekejap mata, bahkan mahasiswa pun tak bisa lagi dianggap berjuang atas nama keberpihakan ideologisnya