Ramadan tahun lalu saya pernah menjadi moderator sebuah kajian ilmiah yang dilaksanakan di sebuah kantor pemerintah. Setiap pembukaan untuk mempersilakan pemateri saya selalu mengucapkan kalimat tahmid (alhamdulillah) sebagai rasa syukur sudah berada pada Ramadan ke sekian hari.
"Hadirin sidang jamaah salat Zuhur yang dirahmati Allah. alhamdulillah, kita sudah berada pada Ramadan keempat," begitulah kira-kira pembukaan saya kala itu.
Waktu itu, yang memberi materi adalah salah satu ustaz dari Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh, saya lupa namanya. Sebelum masuk ke materi, dalam mukadimahnya penceramah menyinggung soal ungkapan saya mengucapkan tahmid.
Menurut pendapatnya, kalimat "alhamdulillah" yang saya ucapkan pada pembukaan tadi merupakan kalimat yang tepat. Pasalnya, selama ini orang-orang bahkan penceramah sekali pun sering mengucapkan kalimat "tanpa terasa".
"Tanpa terasa kita sudah memasuki hari keempat Ramadan,".
Secara bahasa kalimat itu tidak salah, jika memang tujuannya mengatakan tidak terasa. Sebagai contoh, "Tanpa terasa kita sudah sampai" artinya sambil santai tanpa perasaan apa pun.
Namun secara psikologi komunikasi kalimat ini memiliki makna lain dan rasa berbeda jika dicerna secara teliti. Kita kadang tidak sadar mengucapkan kalimat tersebut, padahal sangat berpengaruh terhadap si pengucap dan yang mendengar.
Ketika kita mengucapkan kata-kata "tanpa terasa" ini memberi makna bahwa kita tak mensyukuri bulan penuh berkah ini. Kita tak menjalankan dengan penuh kesadaran. Kita menjalaninya dengan biasa-biasa saja.
Artinya, kita lalai dengan hal-hal lain tanpa mensyukuri bahwa begitu bahagia kita berada pada bulan tersebut. Kita tak henti-hentinya mengucapkan tahmid karena dipertemukan dengan bulan yang lebih baik dari seribu bulan.
Bagi orang-orang yang beriman, mereka sangat mengharapkan bisa dipertemukan dengan Ramadan. Ketika Ramadan hendak berakhir, mereka sedih, bahkan menangis tersedu-sedu karena takut tidak bisa bertemu dengan Ramadan selanjutnya.
Mereka takut Ramadan yang tengah ia jalani adalah Ramadan terakhir baginya. Sehingga Ramadan yang ia jalani tak akan disia-siakan. Setiap detik dan hela napas ia pergunakan untuk berserah diri kepada Allah.
Maka, kembali ke pembahasan soal kata-kata "tanpa terasa" tadi, bagi salafussalih (orang-orang saleh terdahulu), ini merupakan ungkapan yang salah, jika kita benar-benar mencintai dan mensyukuri bulan Ramadan, tentu mengucapkan tahmid sebagai bentuk syukur.
Namun mengapa selama ini dalam banyak retorika menyebutkan kalimat tersebut, bisa jadi karena ikut-ikutan dan kebiasaan. Boleh jadi niat si pengucap mensyukuri, tetapi secara subtansi dan makna membuka kemungkinan orang yang mendengar menafsirkan berbagai arti.
Semoga kita semua menjadi orang-orang yang bahagia bertemu dengan bulan Ramadan. Walaupun kita tak mampu melakukan ibadah sekuat para Nabi dan sahabatnya, setidaknya kita melakukan semampu kita.
Nabi dan para sahabat begitu masuk bulan Ramadan melakukan ibadah lebih dari hari-hari biasanya. Semakin dekat mendekati akhir Ramadan semakin meningkatkan amalan ibadahnya.
Di sini mungkin letak perbedaan yang sangat jauh dengan masyarakat kita hari ini. Semangatnya di awal Ramadan, begitu Ramadan mulai berakhir, semangat tersebut semakin pudar. Apalagi menjelang lebaran, sebagian besar masyarakat sudah sibuk dengan baju baru dan kue-kue lebaran.
Oleh karena itu mari kita jadikan Ramadan ini berbeda dengan Ramadan lalu. Kita perbaiki apa yang kurang tahun lalu, kita ubah pada tahun ini. Buatlah perbedaan yang lebih baik agar kita menjadi orang yang beruntung. []
Amiin bang, semoga Ramadhan kali ini dapat bermanfaat bagi kita untuk meraih fitrah diri, amiiin. followme bang @kirfan dari ujung Barat Selatan Aceh
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Ooh terimakasih Irfan.. Peu haba..
Bang follow jinoe
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Tanpa terasa seperti tidak melakukan apa2. Mantap lanjutkan
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Hana terasa kabeh khutbah jumat, ka tenget lam masjid
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
duhhhh iya juga yaaa..... kesalahan-kesalahan yng tidak kita sadari...terimakasih ustaz sudah tuliskan ini...
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Hati2 orang yang mengatakan itu bisa jadi ia tak puasa hahaha
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Nindi sering kali buat dipostingan pake kalimat itu. Wah, harus diganti besok. Terima kasih bang tulisannya
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Hayoo, @nindimtr tak terasa berada di bulan Ramadan, toh? :D
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terimakasih sudah menggunakan tag #ramadan-tkf
Ditunggu postingan berikutnya, segala yang berkaitan dengan Ramadhan 😊
Salam hangat dari Kanada,
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Abang enak moderator IKAT, kami ini apa lah... hanya 'tanpa terasa' begitu..
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Adek cuma moderator bang yang bercita-cita jadi traktor, eh kurator maksudnya.. Hehe
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Tanpa terasa ada komentar Rio
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Dia memang gak terasa haha
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit