Provinsi Nusa Tenggara Barat atau lebih sering di sebut NTB. Nama Lombok saat ini menjadi viral di negeri ini, seiring meningkatnya popularitas sang Gubernurnya Tuan Guru Bajang atau sering di sapa dengan TGB, yang di agung-agung oleh salah satu kelompok sebagai kandidat kuat cawapres pada pemilu tahun 2019. mengenai kondisi terkini mengenai musibah gempa tadi pagi di pulau Lombok silakan membuka di link berikut source. Rupanya viralnya lombok bukan hanya di Ibukota Jakarta, dengan tensi dan suhu politik yang semankin menajam, tetapi sampai ke Provinsi paling ujung di pulau sumatera yaitu Aceh, Lombok ada di bibir masyarakat. Ada apa dengan Lombok..?
Para Korban Gempa Lombaok
source
Antara Aceh dan Lombok
Dulunya saya seringkali mendengar sebuah lagu Slowrok yang di lantunkan oleh Poppy Merkury, Antara jakarta jakarta dan penang. kemudian ada aceh malaya. Tetapi antara Aceh dengan lombok bukan suara emasnya penyanyi, tetapi suara sumbangnya masyarakat terkait bimtek Geuchik ke Lombok.
Riuhnya masyarakat Aceh dengan lombok rupanya, bukan kali ini saja, sebelumnya Lombok pernah juga menjadi pembicaraan hangat masyarakat Aceh, terkait salah satu ahli waris raja aceh yang Alim bijaksana, rupanya menetap di pulau tersebut, yaitu Sultanah Putroe Safiatuddin Cahaya Nur'alam. Betapa tidak, rupanya kebesaran nama besar keluarga Cut Putroe, rupanya tak menjamin hidup aman dan damai di negeri sendiri. jelasnya terkait hal tersebut silahkan kunjungi link berikut source. Betapa sedihnya sang Putro, menurut pengakuannya tatkala pulang ke Aceh, tak tau harus nginap dimana..! Diam-diam rupanya Lombok punya jasa luar biasa, karena telah merawat dan menjaga salah seorang keturunan raja Aceh yang sangat Terkenal. Viralnya Lombok di Aceh bukan permasalahan itu saja rupanya..? tetapi ada hal lainnya, terkait bintemnya para Geuchik yang ada di Kabupaten Aceh Utara ke pulau tersebut, oleh sebagian masyarakat dan LSM mengecam kegiatan tersebut. Pelaksanaan Bintek tersebut terbagi kepada beberapa gelombang keberangkatan, gelombang satu dan dua telah terlaksana dengan sempurna, hari ini tanggal 29 juli 2018, merupakan keberangkatan gelombang yang ketiga para rombongan Geuchik berangkat ke Lombok untuk melaksankan Bimtek. yang terdiri dari beberapa Kecamatan dengan peserta mencapai seratusan.
Peseta Bimtek Sedang Mengikuti Acara (Dok. Tahun 2017. Bimtek di Jogyakarta)
Bimtek Yang Berkesinambungan
Dalam dua tahun terakhir, penggunanan dana desa di Kabupaten Aceh Utara, Kegiatan Bimtek Aparatur Desa menjadi usulan prioritas, hal ini jelas terlihat dari usulan usulan yang tercamtum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Gampong (APBG), kegiatan tersebut nangkrin diurutan teratas, dengan pengaloksian dana mencapai 25.000.000.00. pelaksanaan Bimtek ini merupakan keberlanjutan dari kegiatan tahun sebelumnya. Ditahun 2017 yang lalu rombongan aparatur desa juga melakukan bimtek yang terdiri dari Geuchik, Sekdes, dan Tuha Peut/BPD. Dengan daerah tujuan yaitu Kota Malioboro Yogyakarta, tepatnya di desa Ponggok, sebagai salah satu desa terbaik secara nasional dalam hal pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Pelaksanaan Bimtek tahun lalu, juga menuai kecaman dari berbagai kalangan di masyarakat, namun kritik dan protes tersebut tak sedikitpun menghalangi langkah para Geuchik untuk berangkat Bimtek. Al hasil dari 39 desa, hanya 5 desa yang tak ikut serta.
Pulang Tak Membawa Bekal
Sungguh sangat ironi sekali bila kita pikirkan, di tengah kisruh yang tak pernah henti di masyarakat, terkait pengelolaan dana desa, ada kebijakan memanfaatkan dana desa untuk keperluan Bimtek di dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Gampong (APBG). Hal tersebut berani kita katakan, pengalaman tahun sebelumnya, saat para Geuchik melakukan Bimtek ke Yogyakarta. Mareka mengakui keberhasilan desa Ponggok dalam mengelola BUMDES, mareka memuji tertibnya adminitrasi tata kelola pemerintahan desa Ponggok, mareka kagum aset yang dimiliki oleh desa tersebut, tetapi sayangnya mareka hanya sekedar memuji, sekedar menyanjung, namun apa yang mareka dapatkan di desa tersebut tidak mareka praktekkan di desa sendiri. lalu apa yang mareka bawa pulang, dalam perjalanan Bimtek tersebut..?
Bijaklah Dalam Menggunakan Anggaran
source
Dana yang digunakan dalam kegiatan Bimtek, bersumber dari APBG masing-masing desa dengan kisaran mencapai 25.000.000,- perdesanya. Melihat melihat kondisi secara personal di desa ke desa, tatkala dana tersebut digunakan untuk membangun infrastruktur desa sebagai laju pertumbuhan ekonomi masyarakat, sunnguh sangat mendukung. Berpijak pada data yang ada, hampir semua desa di daerah ini sangat tertinggal dengan pembangunan infrastrukturnya, terutama dalam hal menunjang pertumbuhan ekonomi masyrakat. seperti saluran irigasi, sumur bor, jalan usaha tani dan kegitan lainnya, sungguh sangat berguna dana tersebut. yang pertama kegiatan pembangunannya dapat dikerjakan oleh masyarakat desanya, manfaat dari pembangunan tersebut dinikmati oleh mastarakat itu sendiri.
Setiap Dan Yang Digunakan Harus Pertanggungjawabkan
Besarnya alokasi dana desa dari tahun ke tahun, membuat desa bagaikan seorang gadis nan jelita, semua mata memandang kepadanya. Mestinya Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) perlu ke hati-hatian dalam mengalokasikan dana tersebut agar tepat sasaran dan bermanfaat bagi masyarakatnya. Artinya para Geuchik tidak gegabah dalam menggunakan dana tersebut, karena pada intinya semua dana yang kita gunakan seperserpun haruas ada pertanggungjawaban secara transparans di hadapan masyarakat, harus dapat membuktikan pengunaannya kepada lembaga audit seperti, Bawasda, BPKP, BPK, atau lembaga lainnya yang memilik keterkaitan dengan alokasi dana tersebut. Memang secara kasat mata terlihat dana tersebut digunakan sesuai dengan alokasi atau prosedur, tetapi di sana kita ada tanggungjawab moral untuk mempertangungjawabkan kepada masyarakat. Intinya dengan menghabiskan anggran dengan jumlah tersebut apa kebaikan yang diterima oleh desa.
Kesimpulan
Kita berharap kembalinya Geuchik dari pulau Lombok nantinya, ada oleh-oleh yang harus dibawa oleh para Geuchik untuk warganya. Kita memaklumi kondisi yang ada di desa kita, dengan segala keterbatasan karena tak adanya sumber daya manusia yang tak memadai bahkan tak ada sama sekali, kita diberikan beban dan amanah yang sangat besar, yaitu mengelola dana desa. Sehingga kita sangat kewalahan dalam mengelola dana tersebut dengan jumlah yang begitu besar. Sehingga tepat sekali bila kita harus berguru kepada mareka yang telah berhasil membangun desanya, berhasil mensejahterakan warganya, sehingga mareka dapat hidup makmur dan sejahtera. Semoga oleh-oleh yang dibawa oleh para Geuchik tersebut menjadi sumber kerukunan masyarakat desa, bukannya sumber konflik baru antara lembaga aparatur Desa, dan masyarakat. Semoga sepelungnya Geuchik para Geuchik nantinya menjadi sumber inspirasi baru dalam membangun desa.
semoga saja membawa pengetahuan baru yang bsa diterapkan, walaupun niat yang lebih besar pada umumnya untuk dapat berpergian
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Ya, harapan kita seperti bg@mukhtaridha,
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by bukhariashraf from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit