Mariska Lubis
![rn4jl4ymyz.jpg](https://steemitimages.com/640x0/https://img.esteem.ws/rn4jl4ymyz.jpg)
Pernah suatu hari saya berdebat dengan seseorang yang berharap Pancasila diganti. Menurutnya, Pancasila sudah ketinggalan jaman dan hanya sekedar kata tanpa arti dan makna yang mampu diterapkan. Saya hanya tersenyum, kasihan dia. Dia tidak mampu mencerna setiap kata yang tertuang dalam Pancasila, terlalu angkuh pula untuk mau mempelajarinya dengan baik. Hatinya terlalu penuh dengan kebencian, yang bahkan sudah membuatnya membatu.
Saya bisa saja berdebat, namun untuk apa? Saya lebih memilih diskusi dan musyawarah untuk mencari solusi daripada sekedar berdebat. Buang waktu dan tidak akan menghasilkan apa-apa selain amarah yang berlanjut.
![hjg1hglhdc.jpg](https://steemitimages.com/640x0/https://img.esteem.ws/hjg1hglhdc.jpg)
Saya bisa salah, bisa juga benar. Bagi saya, Pancasila adalah sebuah lingkaran proses kehidupan. Ibarat tasbih, yang awal dan akhirnya adalah Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, bila kita semua, rakyat Indonesia mampu berpikir bahwa apapun yang ada dan terkandung di negeri kita tercinta ini, termasuk setiap manusia yang ada di dalamnya, adalah rahmat dan anugerah Allah, maka kita akan mampu selalu sujud dan hormat kepadaNya. Tidak akan ada ketamakan, kerakusan, dan keinginan jahat untuk menguasai.
Bila ada rasa hormat dan kemampuan bersujud padaNya, maka hati kita pun akan menjadi lebih lembut dan pikiran lebih terbuka. Kita akan lebih peduli, dan kepedulian inilah yang membentuk adab kita agar bisa menjadi adil dan bijaksana dalam mengambil setiap pilihan langkah dan keputusan.
Kita akan sadar bahwa tidak mungkin kita melakukan semua sendiri, manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang memerlukan satu sama lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Kita bisa merasa hebat dan berkuasa, namun kita tak mampu hebat dan memiliki kekuasaan bila tidak ada orang-orang yang bodoh dan tak memiliki apa-apa. Oleh karena itu, sebodoh dan semiskin apapun manusia di mata manusia, tetap berharga dan sama kedudukannya di mata Allah. Yang membedakan kita hanyalah amal ibadah.
Persatuan tidak mungkin terjadi tanpa ada keadilan, tidak mungkin ada bila masih ada keangkuhan dan tidak memiliki rasa peduli. Kita semua yang memiliki kekayaan ragam budaya dan berbagai keragaman lainnya, hendaknya paham bahwa semua keragaman itulah yang sebenarnya menyatukan kita menjadi sebuah negara. Indonesia tidak ada bila tidak ada keragamannya. Memaksakan kehendak dengan mematikan keragaman dan menghapuskannya, sama dengan menghancurkan Indonesia.
Hanya dengan persatuan, di mana ada kerendahan hati, keadilan dan adablah, kita bisa membangun sebuah kemufakatan yang bisa diterapkan dengan baik untuk kepentingan bangsa, negara, dan rakyat Indonesia. Kita bisa berbeda namun kita bisa juga memilih untuk memprioritaskan kepentingan bersama. Kita bisa membuat sebuah sistem yang didukung bersama dan dilakukan bersama, yang benar tepat dan sesuai bagi kita semua. Mendahulukan kepentingan bersama akan lebih berguna dibandingkan dengan mendahulukan diri sendiri dan kelompok, apapun alasannya.
Tidak ada yang perlu ditakutkan dengan musyawarah. Ini adalah sebuah bentuk demokrasi paling beradab yang ada, di mana tidak perlu kita menjadi egois dan merasa paling baik atau benar. Kita bisa duduk sama-sama menjadi solusi dan kesepakatan yang hendaknya ditepati. Konsistensi atas janji yang telah disepakati akan mempermudah kita melangkah maju mencapai tujuan.
Kita tak perlu takut berbeda dengan negara-negara lain, kita bisa mencapainya dengan cara kita sendiri. Tidak ada yang salah dengan memiliki paham dan filosofi hidup yang berbeda dengan negara-negara lain yang selama ini diyakini benar. Sebab hingga saat ini tidak ada satu pun yang bahkan diutarakan oleh pemikir-pemikir hebat dan dianggap hebat serta diyakini banyak orang, yang mampu membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik. Yang ada hanyalah kita lebih banyak dijadikan objek tanpa ada rasa hormat untuk mendapatkan kekuasaan semata. Rasa percaya diri itu penting, lagipula hanya dengan mengenal diri kita sendiri maka kita akan kenal dengan Allah.
Bila semua ini bisa dilakukan, maka tujuan untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan sejahtera bisa terwujud. Kita berpikir, berusaha, dan bekerja benar karena niat yang baik, diawali hanya karena Tuhan Yang Maha ESA, dan mengembalikan semua yang sudah diberikan olehNya, kembali kepadaNya. Kita semua akan menjadi kaya karenaNya.
Sekedar ungkapan rasa dan pemikiran atas keinginan sebagai rakyat biasa, dalam situasi dan kondisi Indonesia yang sedang memprihatinkan saat ini. Semoga Allah memberikan jalan dan terangNya kepada kita semua.
Bandung, 1 Juni 2019
14:18 WIB
Mariska Lubis
Luar biasa, jiwa Nasionalisme nya. Semoga cintanya terbalas!!!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Pancasila is my live
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit