Novel PULANG Karya LEILA S. CHUDORI

in esteem •  6 years ago 

image

Despite the political situation that year. Which saw the fall of the Soeharto's new order. Through the eyes and lenses of Lintang, the readers find heartfelt testimony from those suffering expulsion from society.

Testimony: Amahl S. Azwar, wartawan dalam The Jakarta Post, 6 Januari 2013

Pulang by Leila S. Chudori is a story of families and friends entangled in the cruel snare of history. Released in mid-December, the novel centers on Indonesian political exiles who are abroad during the purge and later end up in Paris during the height of the 1968 leftist students protests there. (Pulang, a six-year labor of love for the author, was partly inspired by a group of exiles who ran an Indonesian restaurant in the French capital). Meanwhile, their relatives back home are persecuted, ostracized and treated as pariahs.

Testimony: Yenni Kwok, dalam Time.com

Pulang is also a wonderful exercise in humanism. It is first and foremost a story about love, passion as well as a sensual-almost primordial-attachment to the land. The characters, last notably, Dimas Suryo and his half-French daughter Lintang Utara, drive the narrative as they search for love, peace and reconsiliation.

Chudori balances the grand and bloody nasional narrative with an intimate and deeply-felt evocation of how the drama and violence of those year and indeed of the subsequent Reformasi Period was played out family by family, individual by individual. On a certain level, Pulang is also an extended love letter to Indonesia, am evocation of a mood, a state of mind and a place. Chudori develops the idea of "Negeri," a homeland that is distinct from "Negara," which to her is merely a government or set of institutions.

Testimony: Karim Riskan dalam The Jakarta Globe, October 2013

Teknik novel Pulang menggunakan apa yang dalam film disebut "seamless realism". Artinya, jika dalam film, waktu menyaksikan film tidak terasa seperti sedang menonton film, melainkan terasa berada di dalam suasana yang ditampilkan. Kalau dalam konteks membaca (novel ini) artinya saat membaca terasa tidak sedang membaca, tetapi sedang berada di dalam situasi yang digambarkan novel.

Testimony: Seni Gurita Ajidarma, wartawan, dalam diskusi novel Pulang, Universitas Padjajaran, Desember 2012

Ini empat testimoni dari tiga belas testimoni yang mewakili kehebatan novel Pulang karya Leila S. Chudori yang sangat spektakuler.

image

Judul Novel: Pulang
Penerbit: KPG
Tahun terbit: 2012
Cetakan: Kedelapan, Jakarta, Februari 2017
Tebal buku: viii+461 : 13,5*20cm
Harga buku: Rp 90.000
Pengarang: Leila S. Chudori

Biodata.
Mantan redaktur senior Majalah Tempo, sukses dalam novel berlatar sejarah dengan judul Pulang yang meraih penghargaan khatulistiwa literary award.
Pulang telah diterjemahkan ke lima bahasa, yakni Perancis, Belanda, Jerman, dan Inggris.

Leila S. Chudori lahir di Jakarta 12 Desember 1962. Karya awal yang dipublikasikan saat usia 12 tahun di majalah Si Kuncung, Kawanku, dan Hai. Di usia dini menghasilkan kumpulan cerpen berjudul sebuah kejutan, empat pemuda kecil, dan seputih hati Andra.

Leila menempuh pendidikan di Lester B. Pearson College of the Pasific (United world colleges) di Victoria, Kanada. Dan dilanjutkan study Political Science dan Comparative Development Studies dari Universitas Trent, Kanada.

Selama itu ia menulis di majalah Zaman, Horison, Matra, Jurnal Sastra Solidarity (Filipina), Menagerie (Indonesia), dan Tenggara (Malaysia). Buku kumpulan cerita pendeknya Malam Terakhir (Pustaka Utama Grafiti, 1989: KPG, 2009, 2012) telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman Die Letzte Macet (Horlemman Verlag).
Leila adalah penggagas dan penulis skenario drama televisi drama TV berjudul Dunia Tanpa Koma (produksi Sinemart, sutradara Maruli Ara). Dengan penghargaan sinetron terpuji Festival Film Bandung 2007 dan Leila sebagai penulis skenario drama televisi terpuji pada festival dan tahun yang sama. Leila juga banyak menulis skenario film.
image

Novel ini bercerita tentang tiga kejadian mengerikan yang harus dialami Dimas.
30 september 1965, politik Indonesia kacau dan Dimas dianggap sebagai simpatisan komunis. Kejadian itu dalam peristiwa G 30 S PKI. Dimas dan ketiga temannya harus pergi dari negeri tercinta untuk mendapatkan suaka ke negara yang mau menerima. Status kewarganegaraannya yang dicabut pemerintah membuat mereka harus lari dan bersembunyi. Dari Santiago ke Havana, Peking dan terakhir Perancis.

Sebelum kejadian nahas itu, Dimas mencintai seorang wanita Surti Anandari. Walaupun mereka saling mencintai, Surti justru menikah dengan Hananto Prawiro, sahabat Dimas.

Paris, Mei 1968. Terjadi revolusi mahasiswa di Paris. Demo melawan pemerintah Perancis. Salah satu mahasiswi, Vivienne Deveraux bertemu dengan Dimas dan menumbuhkan kembali benih cinta di hati Dimas.

Jakarta, Mei1998.
Hasil dari perkawinan itu lahir Lintang Utara. Ia berhasil memperoleh visa masuk Indonesia untuk merekam pengalaman keluarga korban tragedi 30 September sebagai tugas akhir kuliah.
Bukan hanya tentang kisah masa lalu yang terungkap tapi ia menjadi saksi mata bersama Segara Alam, putra Hananto, dinamakan kerusuhan Mei 1998 sebagai jatuhnya rezim Presiden Indonesia yang berkuasa selama 32 tahun.

Ketiga peristiwa itu juga menjadi saksi kisah cinta Dimas, Surti dan Hananto. Menurun pada anak-anak mereka Lintang Utara dan Segara Alam.

Menurut saya novel bertema sejarah ini spektakuler. Leila tidak hanya sekadar menulis tapi riset yang panjang. Tidak hanya kelengkapan data tapi juga wawancara dengan banyak narasumber. Seolah seperti bukan fiksi tapi histori yang sebenarnya disamarkan dalam fiksi. Cerita yang sangat menggugah dan mengaduk-aduk perasaan. Keindahan diksi dan makna yang terkandung membuat saya terlena tanpa jeda untuk melahap novel keren ini.

Tema sejarah selalu melahirkan imajinasi liar untuk berkelana pada masa lalu. Seolah ada didalamnya dan menemukan makna yang dalam sebagai bahan renungan. Melalui sudut pandang setiap tokoh saya merasakan bagaimana hati dan jiwa mereka mengalir dalam pikiran saya. Alur maju mundur kisah Pulang ini membuat saya terlena.

Ada bait indah di epilog yang membuat saya tertegun.

Kalau aku mampus, tangisku
Yang menyeruak dari hati
Akan terdengar abadi dalam sajakku
Yang tak pernah mati

Sebuah kerelaan, kepasrahan hakiki dari seorang yang merindu Pulang.

Kekurangan dari novel ini, butuh pemahaman yang tinggi. Kadang mengulang berapa halaman untuk menemukan clue tentang kejadian.

Leila seorang penulis yang sangat detail, rapi eksekutor cerita yang tak di sangka. Ending yang tidak dapat diduga.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://mychiscovery.blogspot.com/2015/05/resensi-buku-pulang.html

Hhi @cheetah.The link that you shared here totaly different....

Hi @cheetah. this is my review that I wrote immediately after reading the novel. from the link you shared it doesn't look the same. maybe biodata is the same, but it must be the same and I don't dare change the author's biodata.

Posted using Partiko Android