Sabtu, 3 Maret 2018
pukul 01.00 dini hari di Simpang Seulayang, Medan
Sepulang menjemput keluargaku yang baru tiba dari Aceh, aku bersantai di tempat usaha kuliner yang baru sebulan kurintis di kota Medan sembari menyeruput kopi khas daerah asalku, Aceh. Aku adalah seorang pebisnis yang sudah berpuluh tahun merintis usaha di kota horas ini, banyak sekali usaha yang sudah kulakukan hingga menjadikan aku warga medan ber-KTP Aceh. Hanya saja usaha kali ini termasuk baru bagiku. Aku mencoba merambah dunia kuliner, khas daerah asalku. Selain untuk mencari rezeki, Aku juga kerapkali rindu dengan mie dan kopi Aceh. Meskipun di Medan warkop Aceh sudah banyak tersebar diseantero kota. Namun, milik sendiri tetap terasa lebih nikmat.
Kebanyakan pelanggan yang datang adalah teman, kerabat, tetangga ataupun kenalanku dari masyarakat Aceh, melayu bahkan Karo. Alhasil, jadilah aku duduk menemani mereka makan sambil berdiskusi santai.
pukul 01.18
Tiga pemuda tanggung datang dan memesan nasi goreng di kedaiku. Aku memperhatikan gelagat mereka. Sepertinya salah satu dari mereka terlihat mabuk. Mungkin dia baru saja menenggak minuman keras, pikirku.
Setelah memakan ludes nasi goreng dan teh manis dingin yang pegawaiku sajikan. Pemuda yang kuasumsikan sedang mabuk menahan kedua temannya untuk membayar apa yang sudah mereka makan.
Sambil memukul meja dan menggeser piring yang sudah kosong dia berkata dengan logat medannya.
"sudahlah, tak perlu kau bayar, pulang ajanya kita. Kita preman disini"
Kedua temannya yang tahu pemuda itu sudah tidak waras akibat tuak, dengan enggan memilih mengikuti perintahnya tanpa berkata apapun.
Disudut lain, aku memperhatikan gerak-gerik pegawaiku, yang terlihat kesal namun masih bersabar untuk tak meladeni pemuda gila itu. Dan aku membiarkan mereka pulang tanpa membayar.
Biarlah kali ini aku merugi, aku tak ingin bisnis yang baru saja kurintis bermasalah di usia mudanya.
pukul 01.28
Sepuluh menit kemudian, pemuda mabuk itu datang lagi dengan berjalan kaki, yang kutahu post atau tongkrongan mereka tidak jauh dari kedaiku. Kali ini dia datang sendirian. Tanpa teman-temannya.
Sambil berkacak pinggang dia berteriak ke arah pegawaiku yang sedang melayani pelanggan lain.
woy, bang. Bungkus mie goreng tiga, antar ke pos !
Sambil menunjuk ke arah pos kecil di ujung jalan, kali ini ketiga pegawaiku terlihat kesal. Salah satunya yang adalah adik iparku berkata.
bayar dulu yang tadi bang. Abang gimana, yg tadi kan belom bayar. Gak ingat kau bang ?
Pemuda mabuk itu semakin terlihat kesal. Sambil berjalan balik ke arah pos dan berteriak.
kau antar gak ? Kutunggu di pos.
Pegawaiku yang tidak lain adalah sepupuku,kali ini tersulut amarahnya bergumam dalam bahasa aceh.
han ek kuyak intat, hayeu that kah, kajak #$@$@#@$ kedeh
Gak akan ku antar !! Hebat kali kau. Go to hell.
Aku yang duduk disudut kedai bersama teman- teman Karoku melihat ketiga pegawaiku tetap santai dan tidak menggubris perintah pemuda mabuk itu. Untungnya pelanggan yang lain pun tidak merasa terganggu dengan ulah si pemuda. Aku menarik napas lega.
Namun, alangkah terkejutnya aku saat melihat pemuda itu kembali ke kedai,dengan gaya sombongnya, kali ini dia membawa pisau kecil yang disematkan di celana pendeknya, dia berjalan sambil menyibakkan kaos agar terlihat pisau yang dibawanya.
aku gak mau ribut bang, kau bungkus sekarang, ku tunggu di pos
Kali ini, aku dan pegawaiku agak was-was melihat tingkah pemuda yang merusuh ini. Aku bangkit dari tempat dudukku dan berjalan ke arah pegawaiku.
tunggu dulu, jangan terpancing emosi. Biar Aku pulang ambil "Parang" panjang yang tajam di rumah.
Kataku kepada mereka, sambil menstarter sepeda motorku ke arah perumahan tempat aku dan keluargaku tinggal.
Bersambung ...
Tunggu kelanjutan kisah ini di post @udasfrow selanjutnya.
Di tunggu kisah selanjutnya ya
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Siap bg @dodiaceh2
Hehehe
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Nyan gawat..
Kamoe aceh bek ka mayang.
Munyoe hate kateupeh, bue leubeh hana teume peutaba. Tapi munyoe hate hana teupeh aneuk keris jeut ka raba. Nyan ban..
He he he
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Hahahaaha
Gawat that memang bang @only.home
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Oma hawa teuh neuk tabaca pemaboknyan di parang
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Hahaha
Nantikan post selanjutnya bang @bahtiarlangsa
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit