Ujong pancu adalah ujungnya pulau Sumatera yakni berada di kawasan Aceh Besar yang seperti Indonesia memiliki ujung yaitu Sabang dengan tugu Nol Kilometernya, tidak hanya itu tetapi juga menjadi salah satu tempat wisata dengan jajaran pantai dan terlihat pulau-pulau kecil seperti pulau Tuan, dan juga menjadi salah satu tempat favorite pemancing. Bukan hanya objek wisata, kawasan ini juga menjadi salah satu situs sejarah dengan adanya makam Tgk Ujong Pancu.
Untuk menuju makam Syech Hamzah Al-Fansuri Al-Farisi atau dikenal dengan Tgk Ujong Pancu tepatnya di Desa Lampageu, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar ini dibutuhkan waktu 20 menit dari pusat kota Banda Aceh, jika menggunakan transportasi sepeda motor. Ketika sampai di ujung pancu (tepat diujung yang jalannya putus/ habis hehe) ada sebuah warung dan pemiliknya itu sebagai penjaga ditempat itu, dan tersedia juga tempat parkir. Jalan masuk Makam Tgk Ujong Pancu sendiri tepat di dekat warung ini, ada pamlfet sebagai penanda menuju makam, ketika menuju makam juga ada aturan-aturan yang harus dipatuhi terpampang dijalan masuknya. Dari pamflet tersebut kita akan menaiki bukit untuk menuju makan dan menempuh waktu kurang lebih 10 menit, disini kita tidak perlu kawathir tersesat karena kita hanya mengikuti jalan yang sudah di semen sepanjang menuju makam.
Sepanjang perjalanan kita tidak hanya melihat jalan yang dipenuhi pohon-pohon, tetapi juga disuguhkan pemandangan laut yang indah. Tepat diatas bukit kita akan melihat makam Tgk Ujong Pancu ditandai dengan pohon besar disekitar bangunan beratap yang berpagar dan juga dikelilingi kain putih disekitar makam, disamping makam juga terdapat pondok atau balee tempat peziarah beristirahat.
Siapakah sosok Syech Hamzah Al-Fansuri ? Ia sendiri ialah ulama tasawuf dan sastrawan (sangat terkenal sebagai sastrawan Melayu) pada abad ke 16 dan 17, kata “Fansur” berasal dari daerah Aceh Selatan. Sosok ulama ini sangat banyak mempengaruhi peradaban Islam di Nusantara dan ranah Melayu. Tidak hanya mengisi peradaban Islam di Nusantara dan Melayu, Tgk Ujong Pancu juga berperan dalam hubngan kerajaan Aceh dengan kerajaan Baghdad, Syam, Messir, India hingga Turkey. Ia juga salah seorang penasehat pada masa Sultan Iskandar Muda, pemahaman wujudiyah yang dibawa olehnya telah mengiringi kerajaan Aceh dan mendapat dukungan dari kerajaan.
Biografi ringkas yang terdapat di Meuseum Aceh
Kenapa dipanggil dengan Tgk Ujung Pancu ? Ya, tentu saja semua kita terutama masyarakat Aceh tahu bahwa ulama ini di pancung pada masa Sultan Iskandar Muda, karena bertentangan dengan pemahaman Syech al-Raniry.
Ada alasan saya kenapa mengangkat untuk menuliskan sosok Tgk. Ujong Pancu ini. Karena ia memiliki 4 makam yaitu yang pertama ada di pemakaman Ma’la di Arab pada tahun 1527 M, tentu hal ini tidak mungkin bila sosok Tgk. Ujong Pancu hidup pada zaman Sultan Iskandar Muda yang mana oleh Syech al-Raniry menjabat sebagai Qadhi (1637-1647) dan dipenggal atau dipancung karena jarak tahunnya selisih ratusan tahun. Makam kedua ada di ujong pancu, Aceh Besar pada masa Sultan Iskandar Muda yang saya sebutkan tadi. Ketiga, ada yang mengatakan makamnya di desa Oboh kecamatan Rundi kota Subulussalam yang dikenal dengan Makam Oboh. Yang terakhir ada di Langkawai, Malaysia.
Sekilas tentang beliau yang terdapat di Makam Tgk Ujong Pancu
Sejauh ini saya belum mengetahui pasti mana makam Syech Hamzah Al-Fansuri ini, karena beliau pernah menempati keempat daerah yang diklaim sebagai makamnya. Untuk membuktikan bahwa benar ia pernah menempati keempat daerah tersebut kita bisa melihat dari syair berikut:
Hamzah nin asalnya Fansury
Mendapat wujud di tanah Shahrnawi
Beroleh khilafat dari ilmu yang ‘ali
Dari abad ‘Abd al-Qadir Jilani
Hamzah di negeri Melayu
Tempatnya kapur di dalam kayu
Asalnya manikam tiadakan layu
Dengan ilmu dunia di manakan payu
HamzahFansury di dalam Mekkah
Mencapai Tuhan di Baitul Ka’bah
Dari Barus terlalu payah
Akhirnya jumpa di dalam rumah
Hamzah miskin orang uryani
Seperti Ismail menjadi Qurbani
Bukan Ajami lagi Arabi
Senantiasa wasil dengan yang baqi
Maksud dari syair diatas dapat kita lihat pada bait pertama ialah Syech Hamzah al-Fansuri ialah berasal dari daerah yakni “Fansur” di daerah Aceh Selatan, Tahan Shahrnawi (Peureulak), negeri Melayu (Pasai-Malaka), Barus (Sumatera Utara).