CINTA SEJATI

in eucharist •  7 years ago 

Makhluk Pencari Makna

Manusia itu makhluk yang mencari makna. Dia memikirkan, mengatakan dan melakukan yang bermakna. Ibadat sabda hari raya Kamis Putih kaya dengan pesan dan makna yang relevan.

Kitab Keluaran mengingatkan orang akan Perjamuan Paskah, perjamuan makan Domba Paskah yang dikorbankan sebagai tanda Tuhan yang menyelamatkan. Peristiwa ini penuh makna.

Surat Santo Paulus kepada jemaat di Korintus mengajarkan tentang makna merayakan ekaristi. Di sana Yesus menyerahkan diri-Nya, yakni tubuh dan darah-Nya. Setiap kali orang merayakannya orang mengenangkan korban-Nya dan mewartakan wafat-Nya.

Injil Yohanes selalu kaya dengan simbol, tanda, makna dan pesan. Yesus menanggalkan pakaian-Nya, membasuh kaki para murid-Nya, menyeka kaki mereka dengan kain, mengenakan kembali pakaian-Nya dan mengajarkan kepada mereka maksud dari tindakan-Nya.

Korban ekaristi: jiwa dan semangat dasar kehidupan umat kristiani.

Merayakan hari raya Kamis Putih berarti merayakan beberapa peristiwa dan ajaran penting dalam kehidupan kristiani.

Pertama, pada hari raya Kamis Putih rangkaian puncak perayaan Paskah, yakni sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus dimulai. Semua dimulai dengan penyerahan diri. “Bapa telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya.” (Yoh 13:3) Injil Yohanes tidak berbicara tentang Yesus diserahkan, tetapi Dia menyerahkan Diri-Nya. Dia adalah subjek; bukan objek. Dialah pelaku utama karya penyelamatan itu.

Kedua, Yesus memberikan Diri-Nya sebagai korban, makanan dan memberikan teladan. Dia yang menyerahkan Diri tidak menjadi korban, tetapi mengorbankan Diri. Tidak ada korban yang lebih besar daripada korban orang yang menyerahkan nyawa bagi sahabat-sahabatnya (Yoh 15:13). Pemberian diri sampai habis dilakukan dengan memberikan diri sebagai makanan. Dia menghilangkan identitas dirinya dan menyatukan diri dengan yang memakannya. Dia memberikan Diri-Nya sebagai makanan-minuman yang kehilangan seluruh identitas Diri-Nya supaya dapat menyatu dengan mereka yang menyantap-Nya. Ini terjadi lewat perayaan ekaristi. Peristiwa penuh makna.

IMG_7201.JPG

Ketiga, ekaristi adalah pusat kehidupan kristiani. Perayaan ekaristi itu puncak dan sumber kehidupan Gereja dan seluruh umat-Nya. Semua karya Gereja dan umat Katolik mengalir dari ekaristi dan dipersembahkan kembali kepada Allah lewat ekaristi pula. Tidak ada kehidupan kristiani sejati tanpa ekaristi. Semakin sering merayakan ekaristi, semakin orang dekat dengan pusat kehidupan orang kristiani. Sebaliknya, semakin jarang merayakannya, semakin jauh orang dari pusat. Bagaimana kondisi kehidupan masyarakat yang jauh dari pusatnya? Sering menyedihkan. Masuk akal, pembangunan yang dilakukan oleh Presiden Jokowi mulai dari pinggiran. Dari pusat pemerintahan beliau ingin membangun daerah terluar supaya tidak tertinggal dan merana kondisinya.

Keempat, dalam perjamuan terakhir itu Yesus menunjukkan identitas Diri-Nya sebagai Guru dan Tuhan (Yoh 13: 13). Dia menanggalkan pakaian-Nya, membasuh kaki para murid-Nya, menyekanya. Kemudian mengenakan kembali pakaian-Nya dan mengajar mereka tentang makna perbuatan-Nya. Intinya, bahwa Dia itu pelayan dari murid-murid-Nya dan ingin supaya para murid-Nya juga bersedia melayani. Semangat pelayanan ini diberikan kepada Gereja dalam bentuk pelayanan umum dan pelayanan khusus. Semua umat Katolik adalah pelayan. Namun ada pelayanan-pelayanan khusus yang diberikan kepada para imam. Mereka menghayati sakramen imamat khusus. Seluruh umat Katolik yang memperoleh rahmat imamat umum mendukung karya para imam dengan imamat mereka. Misalnya, dengan mendoakan para imam dan bekerjasama dalam pelayanan mereka.

Akhirnya, keempat hal di atas terlaksana karena satu semangat terbesar dan terpenting dalam kehidupan ini, yakni cinta kasih. Berapapun besarnya korban dan pelayanan tanpa disertai dengan cinta kasih akan sia-sia (bdk Madah Kasih dalam 1 Kor 13:1-7). Santa Teresa dari Kalkuta berkata:”Orang dipanggil bukan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, tetapi melakukan karya-karya kecil dengan cinta kasih yang besar.” Sedangkan Carlo Caretto, seorang penulis rohani, dalam bukunya Surat dari Padang Gurun menulis:”Orang akan diadili oleh cinta kasih.” Artinya, seluruh kehidupan seseorang pada akhirnya akan dievaluasi berdasarkan cinta kasih. Bagaimanakah orang telah menghayati cinta kasih dalam hidup, pelayanan dan perjuangannya?

Relevansi Kamis Putih

Kini banyak orang sedang hidup di tengah situasi-kondisi masyarakat yang semangatnya tampak berlawanan dengan makna perayaan hari ini. Terus-menerus orang mendengar dan membaca berita tentang orang-orang yang memperebutkan kekuasaan untuk bisa memperoleh yang terbanyak bagi diri dan kelompoknya.

Semakin orang mencari dan mementingkan diri sendiri, semakin dia hancur dan mati. Sebaliknya, di mana ada orang-orang yang siap meneladan Yesus Kristus (Guru dan Tuhan) yang siap berkorban, di sana dengan mudah orang menemukan kehidupan dan keselamatan.

Memberikan diri berdasar semangat Yesus Kristus, Tuhan dan penyelamat adalah jalan terbaik untuk memperoleh kebahagiaan dan kehidupan. Itulah jalan keselamatan untuk diri sendiri dan sesama.

Hal itu dapat diwujudkan dalam setiap pribadi, keluarga, Gereja, masyarakat dan negara. Orang-orang Katolik mesti menjadi aktor utama karena mereka senantiasa menimbanya dari Yesus Kristus lewat perayaan ekaristi.

MoBert300318

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!