Kondisi politik saat ini sangatlah memprihatinkan. Demokrasi yang kita harapkan agar lahir pemimpin Shiddiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah jauh dari harapan.
Demokrasi yang kita anut sekarang bisa dikatakan Demokrasi Liberal. Dimana semua warga negara bisa mencalonkan diri selama memenuhi syarat yang telah ditentukan. Yang kita sayangkan regulasi yang mengatur syarat pencalonan memberi ruang yang besar untuk setiap warga negara dengan berbagai arguntatif.
Dalam situasi seperti itu yang berpeluang menang menjadi penguasa adalah kelompok yang mempunyai logistik/finansial yang besar.
Jika salah satu kandidat didukung oleh orang-orang kaya yang jahat maka peluang besar menang karena mereka memiliki logistik yang besar.
Biaya yang harus dikeluarkan saat pemilu/pilkada yang besar sehingga mendorong siapa saja yang terpilih untuk melakukan tindakan yang salah untuk berbalas jasa kepada pihak-pihak yang sudah membantu saat pilkada berlangsung.
Kita sudah merasakan sekarang ini, dimana banyaknya kepala daerah/anggota dewan yang ditangkap karena korupsi dan yang tidak memikirkan nasib rakyatnya.
Apakah kita harus diam dengan kondisi tersebut ?
Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata :
Kedzaliman akan terus ada bukan karena banyaknya orang-orang jahat
Tapi karena diamnya orang-orang baik.
Inilah tanda kehancuran suatu kaum, saat yang baik hanya bertindak sebagai penonton atas segala kejahatan atas terjadi terhadap saudara seimannya.
Pemimpin yang terpilih merupakan cerminan rakyat. Saat pemimpin yang terpilih menggunakan cara-cara yang mungkar tidak mungkin hal-hal ma'ruf akan tegak. Kenapa bisa terpilih memimpin seperti itu? Sadar atau tidak berarti kita rakyat yang memilihnya juga melakukan cara-cara yang mungkar. Berarti jika pemimpin korupsi maka yang terlebih dulu korupsi adalah rakyat yang memilihnya.
Bagaimana supaya lahir pemimpin yang baik?
Sesuatu yang dijalankan dengan cara ma'ruf akan lahir hal-hal yang ma'ruf juga.
Untuk itu sudah saatnya kita bertobat atas kesalahan kita sebelumnya.
Mari kita lawan demokrasi liberal ini dengan cara-cara yang bijak, di mana masalah finasial bukanlah hal uang utama, yang harus menjadi perhatiaan adalah akhlak dan kemampuan leadership pada calon pemimpin.
Jika ada salah satu kandidat yang menggunakan cara "money politic" jangan terpengaruh untuk memilihnya dan laporkan kepada pihak yang berwenang.
Kita juga harua bisa mengajak teman-teman kita yang sudah apatis agar kembali bergairah untuk ikut serta dalam pemilu.
"jika anda tidak mau ikut pemilu krn kecewa dengan pemerintah & anggota DPR atau parpol islam, itu hak anda.
Tapi ingat jika anda & jutaan yg lain tidak ikut pemilu maka jutaan orang FASIK, SEKULER, LIBERAL, ATHEIS akan ikut pemilu untuk berkuasa dan menguasai kita.
Niatlah berbuat baik meskipun hasilnya belum tentu sebaik yang engkau inginkan."
(Dr. Hamid Fahmy Zarkasih, MA. M. Phil)
Mari kita menyadari akan kesalahan kita sehingga kondisi seperti yang kita rasakan saat ini. Tp kita harus tetap optimis untuk merubah semuanya.
Kita tentunya merindukan pemimpin yang Visioner, Adil, Bijaksana dan Merakyat.
Jangan salahkan pemimpin yang berbuat kejahatan, jika kita juga memilihnya dengan cara yang mungkar.
Salam
Fajar Haribowo
#20-01-2018