Since the last few years Agus is so familiar with Solomon State. He often rides in helicopters to reach remote islands of the country.
The man smiled as soon as he got off the helicopter. His body looked athletic, indicating he was young. Meanwhile, behind him a female pilot was still sitting in the cockpit also smiling.
Lelaki itu tersenyum semringah sesaat setelah turun dari helikopter. Tubuhnya terlihat atletis, menandai ia masih muda. Sementara itu, di belakangnya seorang pilot wanita masih duduk di kokpit ikut tersenyum.
The female pilot named Linda Owen held up two fingers forming the letter "V". "Traveling on International Women's Day with Linda Owen, one of Solomon's female pilots, has flown Sol Air for 9 years, navigating a difficult and remote airport ..."
Pilot wanita bernama Linda Owen itu mengacungkan dua jarinya membentuk huruf "V". "Bepergian di Hari Perempuan Internasional bersama Linda Owen, salah satu pilot wanita di Solomon. Ia telah menerbangkan Sol Air selama 9 tahun, menavigasi bandara yang sulit dan terpencil..."
He wrote the phrase in his twitter status on March 9, 2018. The man is Agus Wandi. Since the last few years Agus is so familiar with Solomon State. He often rides in helicopters to reach remote islands of the country.
Ia menulis kalimat itu di status twitternya pada 9 Maret 2018. Lelaki itu adalah Agus Wandi. Sejak beberapa tahun terakhir Agus begitu akrab dengan Negara Solomon. Ia kerap menumpang helikopter untuk menjangkau pulau-pulau terpencil di negara itu.
Geographically, Solomon is located in the southern Pacific Ocean or the east of Papua New Guinea and is part of the Commonwealth. Solomon consists of 992 islands that form a total area of 28,450 square kilometers. In that country, Agus Wandi served as UN ambassador for peace-building issues.
Secara geografis Solomon terletak di Samudra Pasifik bagian selatan atau sebelah timur Papua Nugini dan merupakan bagian dari Persemakmuran. Solomon terdiri dari 992 pulau yang secara keseluruhan membentuk wilayah seluas 28.450 kilometer persegi. Di negara itu, Agus Wandi bertugas sebagai duta PBB untuk isu-isu pembangunan perdamaian.
His position is fairly strategic, as the project manager. Agus often encounters officials and policy makers in the country. For the public in Aceh the name of Agus Wandi was ever known during resistance of Aceh people against Suharto regime in 1998.
Posisinya terbilang strategis, sebagai manajer proyek. Agus kerap menemui para pejabat dan pengambil kebijakan di negara itu. Bagi publik di Aceh nama Agus Wandi sempat tenar di era perlawanan rakyat Aceh terhadap rezim Suharto tahun 1998.
He is also known as an activist who intensively urged the lifting of military operations in Aceh, and demanded justice for various cases of human rights violations. For almost the last 10 years, the name of Agus Wandi seemed lost in the earth. Especially after the 2009 legislative elections that made the People's Party of Aceh (PRA) which pioneered by him lost the election.
Ia juga dikenal sebagai aktivis yang gencar mendesak pencabutan daerah operasi militer di Aceh, dan menuntut keadilan atas berbagai kasus pelanggaran HAM. Selama hampir 10 tahun terakhir, nama Agus Wandi seperti hilang ditelan bumi. Terutama pasca pemilu legislatif 2009 yang membuat Partai Rakyat Aceh (PRA) yang dipeloporinya kalah dalam pemilu.
Since then Agus Wandi chose for a career abroad. His career went successful. It could say he was the only brilliant man of Aceh who get into the circle of UN headquarters.
Sejak saat itu Agus Wandi memilih untuk berkarier di luar negeri. Perjalanan kariernya berjalan sukses. Bisa dibilang ia adalah satu-satunya putra Aceh yang berhasil masuk dalam lingkaran markas PBB.
Proficient in English, make Agus Wandi success roamed to various countries during perform his duties under the banner of the UN. He also visited some conflict countries, such as Syria and Afghanistan
Kemampuan bahasa Inggrisnya yang baik, membuat Agus Wandi berhasil menjelajah ke berbagai negara menjalankan tugasnya di bawah bendera UN. Termasuk negara-negara yang tengah berkonflik, seperti Suriah dan Afghanistan pernah ia kunjungi.
Now Agus Wandi, who was born in Sibreh, Great Aceh District, Aceh Province, Indonesia, in 1977, actively campaigns on development issues of Pacific countries, nationalism, tolerance and peace building program under the Office of the UN Secretariat. [*]
Kini Agus Wandi yang lahir di Sibreh, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Indonesia pada 1977, aktif mengampanyekan isu-isu pembangunan negara-negara Pasifik, nasionalisme, toleransi dan program perdamaian di bawah Kantor Sekretariat PBB. [*]
Baca juga