FEATURE-SEJARAH-Siapa yang tidak kenal dengan nama “Datu Beru”, namanya kian familiar dan kian dikenal di kalangan masyarakat Gayo secara khusus. keberadaan makamnya hari ini ialah tepatnya di Buntul Kubu, Desa Tunyang. Jika datang dari desa Lampahan, akan jumpa pintu gerbang di sebelah kiri sebeleum kampung Tunyang.
Dalam catatan sejarah yang sering di sebut, bahwa Datu Beru yang bernama Qurrata ‘Aini meninggal karena jatuh sakit saat berpulang dari Koeta Radja, Darussalam, Banda Aceh. Menurut catatan alm. Drs Mahmud Ibrahim MA, dalam bukunya “Mujahid Dataran Tinggi Gayo”, Datu Beru merupakan wanita yang 'alim, bijaksana, tangkas, cerdik serta memahami seluk beluk keturunan suku-suku bangsa di Aceh. Dia diutus ke Darussalam memenuhi perwakilan Kerajaan Linge atau Lingga, dalam majelis Sultan Alaidin Ri’ayat Syah Al-Qahhar.
Datu Beru ini bukanlah nama Datu Beru anak kerajaan lingga pertama yang dicatatat banyak dalam sejarah. Namun Datu Beru ini adalah anak dari kerajaan Lingga ke XIV (empat belas).
Kembali kerujukan goresan pena ulama Gayo, alm. Dr. H Mahmud Ibrahim ini, dalam judul buku diatas pada halaman 88 dituliskan, kata Datu beru artinya “Empu Beru”. Empu beru sendiri merupakan, sebuah gelar yang diberikan kepada seorang putri raja secara turun temurun, yang dinobatkan kepada setiap putri sulung kerajaan yang lahir. Baik dari kerajaan Linge pertama hingga pada masa akhir kerajaan Linge.
Empu Beru mempunyai pengertian, wanita yang tetap mempunyai hubungan mendapat kemuliaan dan diperhatikan oleh sultan-sultan di Aceh pada masanya. Maksudnya ialah, mereka diperhatikan akan kebijaksanaan, kecerdikan serta ke 'aliman yang dimiliki oleh Empu Beru.