Perahu “Asa”

in fiction •  7 years ago  (edited)

Perahu “Asa”

IMG_2095.jpg

Ilang masih menunggu, menunggu kerabat abah yang akan menjempunya, sudah tiga minggu Ilang menunggu di sebuah yang lebih tepat disebut dengan gubuk jauh harapan untuk menyebutnya rumah, dindingnya terlalu banyak bolong, atap gubuknya menembus sinar matahari, jangan tanya kalau hujan datang, basah sudah menjadi kepasrahan Ilang, ada binatang peliharaan yang berbulu cantik, burung, burung itu di dipelihara Ilang saat masih kecil, dia menemukannya di sela pohon depan gubuknya tersangkut, mungkin tersangkut karena orang tuanya lalai saat memberi makan. Bertahan dengan ilang, tumbuh besar cantik, siap untuk terbang, di temani burung peliharaannya Ilang masih belum putus asa menunggu.

IMG_2096.jpg

Abah berangkat pagi buta, masih begitu dingin suhu pagi menjelang subuh sisa hujan deras semalam, basah berhambur di lantai gubung kesayangannya. Abah hanya berbisik pamit pada Ilang, izin pulang terlambat akibat angin masih bersama di tengah lautan, perahu pengumpul rajut-rajut asa masih terparkir cantik di separuh bibir pantai, siap menunggu Abah yang mulai terlunta tapi harus dipaksa, Ilang bisa melihat dari dalam gubuk tanpa membuka pintu, dinding bolong mebuat pandangan Ilang cepat sampai pada tatapan Abah. Abah menoleh sebelum benar-benar berangkat, ingin melihat Ilang dan gubung kebanggaannya. Abah berangkat, Ilang masih melihat.

IMG_2097.jpg

Pelepah kelapa belum terlihat kering di atas kuburan, Ilang masih kuat menatap. Sedang mengelus burung cantik peliharaannya, air mata Ilang jatuh seketika, kuatnya telah lelah, lelah begitu dahsyat. Perahu Abah masih terparkir tapi patah akibat gelombang lalu. Ilang menunggu, belum mau melepas peliharan sudah menjadi kesayanngannya. Apa yang Ilang makan, tidak ada, Ilang ingin berpuasa. Angin bertiup ke arah muka Ilang mengeringkan sisa air mata yang melekat pada pipi yang masih mulus, kalau bersekolah Ilang masih disekolah dasar. Ilang mengambil cuti panjang, sepuluh kilometer jarak dari gubuk kesekolahnya, Ilang merasa patah.

Senja mulai datang, Ilang sudah memberi makan burung peliharaannya, Ilang tidak berhenti mengusap, tatapan ke samudera hindia masih kental, perahu yang datang silih berganti tak kunjung mendatangkan Abah, Ilang sudah begitu lapar, Abah dua hari lalu tidak mencari ikan. Kelapa muda jadi santapan Ilang dan Abah. Hanya bersabar pembalut luka Ilang, Abang selalu berpesan asa jangan pernah kau putuskan, kejar bersama mimpi. Abah tidak pernah menyerah untuk berpesan, Ilang tidak pernah pasrah untuk bersabar. Abah belum pulang, magrib sudah datang, Ilang sholat setelah selesai, depan gubuk masih menyamankan Ilang masih menunggu. Ilang ingat bisikan Abah, Abah hari ini akan terlambat, angin masih bersama ditengah lautan. Ilang memeluk mimpi sampai pagi buta datang mentari sampai, Abah belum pulang.

IMG_2098.jpg

Sore minggu ketiga kerapat datang ingin menjemput Ilang, mengusap kepala Ilang langsung menepi sebentar ke pusaran kuburan, sama seperti Ilang, sulit menahan air mata, Ilang lenih memilih duduk di depan gubuk menunggu kerabatnya selesai. Kerabat ingin meginap, gelap sudah datang, Ilang bilang terserah tidak mau berdebat. Pagi tiba mereka berdua berangkat, hanyak berbisik pada abah yang sudah tenang merasa surga, air mata Ilang telang kemarau, ingin menunggu hujan. Burung peliharaan Ilang begitu cantik untuk dilepas, tapi Ilang memaksa agar dia bebas, menemukan rumah idamannya, burung peliharaan Ilang bebas bersama alam singgah di udara samudera hindia, Ilang lega lalu berangkat.

Mentari datang, perahu asa Abah terlihat, hanya orang kampung yang berbicara dengan Ilang, tampak dari kejauhan Ilang begitu girang mengekuarkan air mata. Abah sudah berada di surau, perahu abah patah, hilang segala asa. Ilang tak mau meronta, Abah tetap masih ada. Surat Ilang terjawab setelah minggu ketiga, sudah biasa dengan putus asa, tapi tak ingin. Duduk di atas perahu Ilang terus menatap senja, burung peliharaan seperti tak ingin terbang, makin cantik dia, pandangan Ilang kabur padahal senja begitu indah Abah tiada, hanya bisa bersama perahu asa, burung peiharan masih tak ingin terbang. Ilang berharap semua kunjung selesai dan malam.

image

Follow Me @agusdiansyah


image

Kopi dan Air Mata

image

Keep calm and steem on

image

Salam Komunitas Steemit Indonesia

image

image

Ayo Menulis

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  
  ·  7 years ago (edited)

Sangat keren!

Penulisan yang sangat bagus, saya sangat menyukai postingan anda..

Saya harap @cheetah harus memeriksanya kembali, karna ini @originalworks

mantap @nayya24

The @OriginalWorks bot has determined this post by @agusdiansyah to be original material and upvoted it!

ezgif.com-resize.gif

To call @OriginalWorks, simply reply to any post with @originalworks or !originalworks in your message!

To enter this post into the daily RESTEEM contest, upvote this comment! The user with the most upvotes on their @OriginalWorks comment will win!

For more information, Click Here! || Click here to participate in the @OriginalWorks sponsored writing contest!
Special thanks to @reggaemuffin for being a supporter! Vote him as a witness to help make Steemit a better place!

Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://id.scribd.com/doc/290880115/Malay

I've searched, nothing resembles.

you must understand all the coffee in the black world.

mantab

Yay