Suatu hari, seekor ikan berkunjung ke rumah sahabatnya. Ikan ini tinggal di sebuah sungai di Jerman saat perang Jerman dan Perancis sedang berkecamuk. Saat itu tentara Jerman mulai menguasai sebagian wilayah Kerajaan Perancis. Bahkan tentara Jerman sudah menganggap warga Perancis di wilayah tersebut sudah mengakui menguasai kekuasaan Jerman.
Tentu saja sang ikan yang mengunjungi sahabatnya itu tidak tahu kondisi tersebut. Beberapa mayat yang mengapung di sungai, mereka anggap sebagai anugerah dari pemilik semesta. Mereka berpesta pora atas mayat-mayat tersebut. Apalagi tubuh manusia yang mengapung beberapa hari di permukaan sungai begitu mudah untuk digigit.
Sang ikan yang keluar dari tempat tinggalnya itu ingin berpetualangan kembali dengan sahabatnya. Ia melihat permukaan air sungai demikian cerah. Sebab matahari telah memberikan semangat yang besar untuk seluruh alam agar saling mencintai.
"Fredrich," panggil Goref kepada sahabatnya.
Di kamarnya di bagian tengah, Fredrich mendengar namanya dipanggil. Ia tidak bisa menebak suara siapa di luar. Kalian harus tahu, di dalam air, arus komunikasi tidak selancar di tempat yang efektif untuk gravitasi seperti di tempat kita. Fredrich keluar lewat jendela, sambil menyibak gorden, dan ia tersenyum melihat sahabatnya Goref mengapung dengan cekatan, tapi demikian indah.
"Hai," ujarnya seraya mendekati Fredrich. Goref menyambut dengan senyum yang tak kalah bahagia. "Sebentar. Aku pamitan dengan ibuku. Eh, Oya, kau pasti ingin mengajak bertualang menemukan mayat manusia 'kan?"
Fredrich mengajak Goref masuk ke dalam rumah dan bersua dengan keluarga Fredrich. Goref mengapung ke dalam dengan senang hati. Semua sudut di rumah tersebut ia pandangi dengan teliti. Termasuk bagaimana adik Fredrich memohon dibuatkan susu botol kepada ibunda mereka. Tampak dari gaya berbicara mereka termasuk ikan-ikan yang berpendidikan.
"Hai, Goref. Senang kau kemari. Tapi sebelum kalian pergi mencari manusia-manusia yang mengapung di sungai, kalian harus mencicipi dulu masakanku." Ibunda Fredrich begitu saja telah menggiring Goref ke ruang makan. Goref sendiri heran. Di meja makan mereka telah dipenuhi dengan berbagai macam makanan yang . . . hm . . . hm . . . bagi Goref, mengalahkan tubuh lembut para manusia. Dan demi kesopanan, Goref mencicipi satu jenis makanan yang ia paling sukai dengan beberapa gigitan. Hm, benar-benar kelezatan yang tidak mudah untuk diceritakan kepada ikan-ikan lain.
Lalu Fredrich dan Goref pun berenang menuju muara sungai. Keduanya yakin di sana kemungkinan besar ada mayat manusia yang mengapung. Sambil membayangkan makanan tersebut mereka mencoba mengisi perut dengan makanan biasa yang sering mereka dapat di dasar sungai. Ajaib, keduanya mendapat belahan siput yang jarang sekali mereka makan.
Tapi, tiba-tiba, sesuatu dalam mulut mereka menancap di antara geligi. Dan satu kekuatan besar menarik mereka ke permukaan. Keduanya tak kuasa melawan. Dan hampir berbarengan keduanya muncul ke atas permukaan air disambut teriakan dan tempik sorak beberapa tentara yang rupanya sedang memancing. Fredrich dan Goref meronta-ronta di ujung kail. Tenggorokan mereka luar biasa sakit.
"Ini untuk saya. Cepat dipesiang dan digoreng," ujar sesosok manusia yang menatap Fredrich dan Goref yang memang bertubuh agak gemuk dengan rasa lapar yang membuncah.
"Baik Komandan," sahut kedua tentara yang berhasil mengail kedua ikan tersebut dengan muka ikhlas. Padahal, kedua hati dalam dua tubuh tinggi besar khas Ras Aria tersebut memaki sang komandan.
Rungkom, 19 Januari 2018
Nampak kali tinggal dekat laut. Salam manis dari mak mak bedaster
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Ha ha
Terima kasih kunjungannya.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Lucu ceritanya
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Saya justru sedih :-(
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit