PERINGATAN
Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat bersembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar
Bila rakyat berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!.
(Wiji Thukul, 1986)
Pagi tadi setelah mengantar anak sekolah, saya Jogging. Dua bulan sudah tidak berolahraga , syukurnya 5 Km/Jam masih bisa saya lewati. Sepanjang jalan, walaupun seminggu telah berlalu namun masih terlihat merah putih plus umbul-umbul lengkap dengan tulisan semacam Nasional is me (Nasionalisme), begitu pula dengan orang-orang yang lalu lalang pergi bekerja atau ibu- ibu yang sedang jumpa fans dengan mas-mas tukang sayur. Tentu tak lupa sampah-sampah yang dibuang sembarangan padahal didekatnya ada tong sampah, atau pak Satpam yang pasang musik Dangdut dengan volume cukup membahana.
Bukan, saya bukan hendak mengkritisi orang-orang itu, walaupun dua aktivitas yang terakhir cukup layak dikritisi. Saya sebenarnya sedang berpikir, seandainya saya ditanya oleh wartawan dalam kapasitas saya sebagai pejabat teras walaupun itu teras di depan rumah, apa makna kemerdekaan? Gampang saja jawabnya ya, merdeka itu ya bisa pasang bendera merah putih tanpa takut di dor penjajah, bisa jogging dengan tenang tanpa khawatir dengan granat yang ditanam, merdeka untuk ikut lomba balap karung atau makan kerupuk atau merdeka mengkomunikasikan gagasan tanpa takut dicap subversif kata yang berbau Orba . Bayangkan kalau kita di Jalur Gaza, kita mencoba berjogging supaya sehat, yang ada kita dibombardir karena dikira membawa bom bunuh diri.
Namun jauh di luar itu benarkah itu makna kemerdekaan? Tentu saja benar, kemerdekaan itu adalah ketika bisa melakukan apapun tanpa ada hambatan, ketakutan, halangan, paksaan dari orang lain. Merdeka karena memiliki pilihan-pilihan hidup (free to make choices). Kalau kita hidup di masa peperangan, tak akan sempat kita Jogging, atau ikut lomba atau dengar dangdut. MERDEKA ATAU MATI, merupakan pilihannya.
Jadi bersyukurlah kita yang memiliki banyak pilihan- pilihan hidup, mau menjadi apa, ingin melakukan apa, apakah menjadi seseorang yang dikenal orang banyak atau cukup menjadi orang baik, atau bahkan menjadi orang jahanam seperti boss First Travel. Itu adalah pilihan anda, yang tentu anda sudah paham akan konsekwensi dari pilihan-pilihan anda tersebut. Betapa asiknya mempunyai pilihan-pilihan hidup, tak terbayang rasanya ketika seorang hanya punya satu pilihan hidup.
Oleh karenanya di masa sekarang ini kita berjuang supaya kita makin banyak memiliki pilihan hidup, apalagi bisa membantu orang lain supaya memiliki lebih dari satu pilihan. Salah satu nya melalui pendidikan. Ada yang mengatakan untuk apa sih Sekolah, apa yang dicari ? toh ibu Susi saja lulusan SMP bisa jadi menteri. Saya jawab, ibu Susi bisa jadi menteri karena dia punya puluhan pesawat, kamu harus punya pesawat sebanyak bu Susi supaya orang mengakui kamu. Sementara dengan berpendidikan, kamu tidak perlu puluhan pesawat untuk meyakinkan seorang Presiden agar mengangkat kamu menjadi pembantunya.
Apapun itu, betapa menggembirakan bila kita bisa memiliki pilihan-pilihan yang baik, karena jika tidak hanya ada satu kata seperti puisi yang dituliskan oleh Wiji Thukul : LAWAN!!
mantab that
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
thanks
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Congratulations @nadiyarusjdi83! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit