Sumber gambar :
https://www.google.com/amp/style.tribunnews.com/amp/2017/02/16/mengapa-simbol-cinta-berbentuk-begini-kepoin-asal-usulnya-yuk
Aku masih berada duduk di meja kerja kamar kostku. Sebenarnya waktu kuliah ini jadi meja belajar tapi berhubung sudah bekerja dan aku banyak melakukan aktivitas disini jadi kujadikan meja kerja.
Beberapa lembar dokumen aku biarkan berserakan, lampu belajarku terus menyala namun tidak ada satu katapun yang ku tulis. Aku hanya bermain pulpen dan mengoret-oret kertas yang kosong. Pikiran ku teringat pada kata-kata mnak Nita tadi siang. Tentang perasaanku ke Rino, apa benar aku masih menyayanginnya? Dihh kenapa aku malah begini. Sejak awal bertemu dengan Rino kan sudah ku putuskan untuk tidak jatuh cinta padanya lagi. Tapi mengingat usiaku, aku sudah tidak bisa main-main lagi. Mungkin benar aku masih muda tapi ayah ibuku sudah semakin tua. Ahhh.... Apa yang aku pikirkan, karena nasihat ibu dan mbak Nita aku jadi kepikiran nikah. Dan sekarang lingkungan kerjaku juga dipenuhi oleh orang yang sudah berumah tangga. Rasanya banyak faktor yang menuntutku cepat nikah.
"Kak Amara!!" suara Kevin yang memanggilku di depan kostan. Akupun menengok jam dinding di kamarku, sekarang sudah pukul 21.00 ngapain jam segini bertamu? Buru-buru aku membukakan pintunya, aku tak ingin seluruh anak kost terganggu oleh suara Kevin.
"Ada apa lagi? Mau pinjem barang? Apa mau ngajak makan?"
"Kak, tolong ceritakan gimana mantan kakak yang dibilanh kak Nita tadi siang"
"Apaan, gak jelas deh kamu. Sana pulang aja"
"Kak, aku tanya beneran"
"Aku juga jawabnya beneran"
"Dijawab apanya?"
"Pertanyaanmu tuh gak penting, dan sana pulang" ucapku dan kemudian aku menutup pintu, tapi badan Kevin menahan pintu agar tidak tertutup.
"Duh kamu nyebelin banget deh, ini tuh waktunya orang istirahat masih aja diganggu" ucapku dengan nada yang cukup tinggi.
"Mbak jangan agak pelan dikit dong!!" ucap salah satu anak kost yang menegurku. Akupun langsung diam dan melototi si Kevin, benar-benar mengganggu sekali hari ini. Dengan amat terpaksa akhirnya aku menuruti permintaan Kevin. Dengan syarat aku dan dia harus berbicara di taman komplek. Dan Kevinpun menyetujuinya. Aku mengambil jaketku dikamar dan kemudian aku dan kevin berjalan berdua menuju taman komplek.
"Kak, kakak marah dengan ku?" tanya Kevin polos
"Harusnya aku marah, tapi yasudahlah. Kamu memang keras kepala" jawabku
"Maaf, habisnya kalau gak dipaksa kakak kan gak bakal cerita"
"Hmmm.. Duduk disana aja" ajakku menuju sebuah bangku kosong di taman komplek dekat dengan kost kami.
"Ceritakan padaku kak, tentang mantan pacar kakak" ucap Kevin memaksa lagi.
"Kenapa aku harus bercerita padamu?"
"Ya haruslah kak, biar aku tahu. Siapa yang pantas buat dampingi kakak di acara pernikahan mbak Nita. Aku atau mantan pacar kakak itu"
"Astaga... Cuma itu doang alesanmu? Mending aku pulang deh"
"Kak tunggu dulu cerita dulu" ucap Kevin sambil menarik tangganku melarangku untuk pergi. Ini pertama kalinya aku melihat Kevin merengek seperti anak kecil yang minta dibeliin es krim.
"Oke baiklah, abis ini jangan tanya-tanya lagi" ucapku karena tidak tahan dengan rengekan Kevin yang menyebalkan. Dan akhirnya aku bercerita padanya sama seperti apa yang aku ceritakan ke mbak Nita tadi siang.
"Oh gitu, terus gimana?"
"Gak gimana-gimana sih kan aku dan Rino hanyalah patner bisnis, aku tidak bisa lebih dari itu"
"Tidak bisa atau tidak yakin?"
"Apa bedanya?"
"Bedalah kak, kalau tidak bisa ya karena memang kalian tidak menyukai satu sama lain. Tapi kalau tidak yakin ya berarti ada keinginan bersama tapi masih ragu"
"Anak kecil sok tahu ya lu" ucapku sambil menjewer kupingnya
"Aduhh duh... Sakit kak"
"Biarin" ucapku kemudian ku lepas tanganku dari kuping Kevin.
"Cerita kakak tuh unik tahu nggak, jatuh cinta terus diselingkuhi, gak ketemu selama 6 tahun, aku paham kakak tuh kecewa banget"
"Jangan sok tahu jadi orang"
"Aku bukannya sok tahu, tapi kakak sendiri yang cerita. Lagian 6 tahun ini ngapain sih gak cari penggantinya?"
"Gak semudah itu tahu"
"Karena kakak masih sayang kan?" pertanyaan Kevin sungguh membuatku sulit menjawab.
"Tuh kan bener, buktinya buat apa 6 tahun ini ngegalauin seseorang. Kakak masih percaya sama dia kan jujur aja"
"Udah ah ngobrol sama kamu malah gak ada habisnya. Jangan bahas soal Rino lagi denganku. Aku sebenarnya juga tidak mengerti dengan perasaanku sendiri"
"Kak, aku berjanji kalau seandainya ada orang yang membuatmu kecewa ceritakan padaku. Akan ku buat orang itu menyesal karena telah melukaimu"
"Dah apa-apaan sih kamu. Berlagak pahlawan"
"Aku serius, katakan saja jika nanti Rino menyakitimu. Atau siapapun"
"Ayo udah pulang ini udah jam 10 malam. Besok kamu masih ujian"
Akhirnya aku dan Kevin kembali ke Kost-kostan. Terkadang aku berpikir mengobrol dan bercerita dengannya cukup menyenangkan bila dibanding harus ku pikirkan sendirian.
"Terima kasih" ucapku pada Kevin saat berjalan bersama.
"Terima kasih untuk apa?"
"Ya, berkat bercerita denganmu tadi. Setidaknya aku lebih lega sekarang. Akhir-akhir ini aku terlalu banyak mengalami tuntutan. Tuntutan kerja, tuntutan orang tua yang memintaku segera menikah dan tuntutan dari perasaanku"
"Santai saja, sampai kapanpun aku akan tetap jadi pendengar kak Amara. Mulai sekarang jangan pernah ragu untuk bercerita denganku, cepat atau lambat kakak akan menemui pengganti Rino"
"Ya terserah kau saja"
"Lagian kakak tuh cantik, coba dikasih polesan sedikit make up dan senyum manis. Pasti akan lebih mudah buat kakak memikat hati laki-laki"
"Duh apaan sih kamu ini" ucapku sambil tersenyum padanya.
"Berjanjilah padaku" ucap Kevin sambil mengulurkan jari kelingkingnya.
"Berjanji untuk apa?"
"Berjanji, kalau nanti kakak telah menemukan seseorang yang memang kakak cintai berceritalah denganku"
"Kayak anak kecil aja"
"Ayolah janji. Akupun juga begitu kalau nanti aku bertemu dengan orang yang ku cintai aku akan cerita pada kakak" ucap Kevin dengan muka yang serius. Kemudian dia mengambil tanganku dan memintaku berjanji padanya. Akupun mengiyakan janji itu, entah kenapa permintaannya yang kekanak-kanakan ini selalu ku turuti.
Sumber gambar :
https://www.google.com/amp/s/www.brilio.net/amp/film/13-drama-korea-tentang-sahabat-jadi-cinta-ini-sukses-bikin-haru-181130e.html
Entah sejak kapan kami menjadi sangat dekat sekarang. Dia seperti adikku sendiri tapi terkadang dia malah menjadi temanku. Dan terkadang dia hampir seperti Rino dulu.