Awal Februari lalu, tujuh rumah sakit di Gaza terpaksa ditutup akibat nihilnya pasokan listrik untuk perawatan dan operasi pasien. Dua di antaranya adalah RS Beit Hanoun dan RS Anak Al Durra. Pasien-pasien rawat inap di dua rumah sakit tersebut mau tidak mau harus dipindahkan ke sejumlah rumah sakit yang masih berfungsi di Gaza. Tidak sedikit pula pasien yang terpaksa dibawa pulang.
Nasib yang sama menghantui pasien-pasien yang tengah dirawat di rumah sakit lainnya. Menurut mitra Aksi Cepat Tanggap di Gaza, jika krisis listrik terus berlanjut, pasien-pasien terancam dipindahkan atau dipulangkan sewaktu-waktu.
“Misalnya Rumah Sakit Shifa yang kini sedang kekurangan bahan bakar untuk suplai listrik. Diprediksikan dalam beberapa hari ke depan, 800 lebih pasien di rumah sakit tersebut akan mengalami hal serupa (dipindahkan atau dibawa pulang),” ungkap mitra ACT di Gaza.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah sakit di Gaza, dibutuhkan $6,5 juta. Menurut OCHA, angka tersebut setara dengan jumlah minimum bahan bakar yang diperlukan untuk mencegah tutupnya seluruh rumah sakit di Gaza.
Selain berdampak pada layanan kesehanan, krisis listrik juga mengancam fungsi fasilitas sanitasi serta 48 titik desalinasi di Gaza. Berbagai aspek kehidupan di Gaza pun akan kian terpuruk, jika dunia tidak memberikan solusi nyata bagi krisis tersebut.
Selengkapnya https://act.id/…/det…/pbb-gaza-di-ambang-bencana-kemanusiaan
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://act.id/news/detail/pbb-gaza-di-ambang-bencana-kemanusiaan
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit