“Visi kita yang utama adalah membikin motor besar tidak liar sehingga tidak menjadi geng-geng motor besar yang menjadi momok yang dibenci oleh masyarakarat.”
Rahmad Nuthihar Tampil gagah dengan motor pacuan berkapasitas 400 CC serta dilengkapi dengan bermacam aksesori touring, serta mengeluarkan suara gede membuat siapa pun terperanjat saat melihat kawanan komunitas motor gede (Moge) melintasi di jalanan. Meskipun demikian kawanan Moge tetap memiliki hak yang sama dengan pengguna jalan lainnya sehingga tidak ada perlakuan khusus atau hal yang membedakan antara masyarakat biasa dengan anggota komunitas Moge.
“Visi kita yang utama adalah membikin motor besar tidak liar sehingga tidak menjadi geng-geng motor besar yang menjadi momok yang dibenci oleh masyarakarat. Bahkan, kita akan menegur setiap anggota bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan jika terbukti anggota kami melanggar peraturan lalu lintas kita akan meminta aparat kepolisian untuk menahan motornya” ungkap ketua Ikatan Motor Besar Indonesia Pengurus Daerah Aceh (IMBI Pengda Aceh) Ir. Iskandar Hadipriatna kepada Pikiran Merdeka saat ditemui di sekretariatnya di Gampong Ateuk Jawoe, Kamis (3/9/2015).
Menurut Iskandar, setiap anggota Moge memliki hak yang sama dengan masyarakat hanya saja anggota Moge memiliki motor yang berkapasitas mesin yang lebih besar untuk bermanuver sehingga tidak perlu menampakkan hal-hal yang aneh. Ir. Iskandar Hadipriatna atau kerap disapa Pak Ketua menceritakan setiap anggotanya yang bergabung dalam IMBI Pengda Aceh sudah dibekali pengetahuan mengenai safety ridding (keamanan berlalu lintas) sehingga jarang sekali anggota Moge Aceh yang tidak patuh pada lalu lintas. Begitu pun dengan profesi yang bergabung ke dalam IMBI Pengda Aceh mencakupi semua profesi antara lain, wirawasta, PNS, Polri/TNI, dan mantan kombatan.
“Di sinilah butuh kekompakkan sehingga sangat solid dan di Aceh ini tidak ada yang menganggu. Semua mendengar perintah dari ketua, bahkan dalam touring petinggi Polri harus mengikuti perintah ketua,” Menurut Pak Ketua awalnya IMBI Pengda Aceh terbentuk pada 2008, akan tetapi secara sah IMBI Indonesia mengeluarkan SK terbentuknya IMBI Aceh pada 27 September 2009. Saat ini, menurutnya IMBI Pengda Aceh sudah memiliki 80 unit, akan tetapi 20 unit Moge sudah bergabung dengan Harley Davidson Club Indonesia (HDCI).
“Awalnya IMBI Pengda Aceh terbentuk atas inisiatif saya sendiri. Saat itu kita memiliki tujuh unit, selanjutnya bergabung T. Darmawan sehingga menjadi delapan unit. Syarat bisa terbentuknya IMBI pengurus daerah, mengharuskan memiliki 10 unit sepeda motor minimal. Akan tetapi, meningat Aceh merupakan ujung tombak provinsi paling barat di Pulau Sumatera, posisi delapan unit dibenarkan oleh IMBI pusat, dan terbentuklah IMBI Aceh,” paparnya.
Adapun progam IMBI Pengda Aceh menurut Pak Ketua berupa, bakti sosial, mengunjungi rekan-rekan di daerah sebulan sekali, mengunjungi even di luar daerah/negeri selama dua tahun sekali. IMBI Pengda Aceh pun memogramkan usai Idhul Adha mendatang mereka akan melakukan touring lintas tengah dengan rute, Medan – Kutacane – Blangkejeren – Takengon – Banda Aceh.
Ajang Promosi Aceh
Terbentuknya IMBI Pengda Aceh juga memiliki tujuan untuk mempromosikan Aceh dengan menggunakan Moge terutama di sektor pariwisita. Menurut Pak Ketua, selain daripada IMBI yang terdapat di daerah-daerah, bahkan dari berbagai dunia datang mengunjungi Aceh setelah terbentuknya IMBI Pengda Aceh. Tanpa disadari saat ini ada banyak moge yang datang ke Aceh. “Anggota IMBI dari berbagai dunia yang mengunjungi ke Aceh saat ini sudah ada, Jerman Belanda, Inggris, Spanyol, Turki, Jepang, Hongkong, Australia, Newzeland, Malasysia, Thailand, Singapore, dan Vietnam.
Rata-rata mereka sudah mengunjungi kilometer nol,” Ia pun menghadiahi setiap kawan-kawan dari IMBI yang datang ke Aceh akan diberikan kenang-kenangan dalam bentuk plakat. Artinya ada kenang-kenangan dari Aceh yang mereka bawa pulang. Menurut Pak Ketua, IMBI Pengda Aceh memiliki misi wisata dengan mendatangkan kawan-kawan motor besar dari luar Aceh sebanyak-banyaknya. “Supaya orang lain dapat berwisata di Aceh. Ketika orang berwisata ke Aceh, berdampak positif bagi masyarakat Aceh terutama yang memiliki jasa kuliner, cinderamata, jasa penginapan, akan laku dan yang terpenting Aceh aman untuk dikunjungi dan membuat mereka senang,” ungkap Pak Ketua.
Syarat Bergabung
IMBI Pengda Aceh memiliki unit dari yang lawas keluaran tahun 80-an hingga unit yang teranyar yang diproduksi pada era 2000-an. Menurut Pak Ketua untuk bergabung menjadi anggota IMBI Pengda Aceh diharuskan melewati tiga tahapan, yakni mengikuti tes safety ridding, touring selama tiga kali bersama anggota IMBI, dan penilaian kelayakkan. “Yang jelas dia harus memiliki unit 400 CC ke atas dan brand terserah. Dan justru IMBI yang tidak membatasi brand,” jelasnya. Pak Ketua menambahkan saat melakukan touring ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Anggota Moge saling menjaga posisi di jalan raga sehingga tidak merugikan orang lain sesame pemakai jalan, Jangan mengintiminasi masyarakat dengan suara besar menggeber. “Semua unit Moge kita dilengkapi dengan sinyal-sinyal motor besar yang lengkap. Saya marah ketika ada anggota saya unit Moge-nya tidak lengkap. Masyarakat yang berkeinginan dan sudah memiliki motor besar silakan dan kita tampung.”
Artikel ini sudah pernah dimuat di Tabloid Pikiran Merdeka