Rute Perdagangan Kuno di Pidie

in history •  7 years ago 

image

Sore ini saya melewati rute perdagangan kuno di wilayah pesisir Pidie. Sebagaimana sejarah telah mencatat bahwa kegemilangan Aceh masa lampau Abad ke 12 merupakan masa berjayanya Nanggroe Aceh Darussalam meliputi seluruh wilayah Aceh. Termasuk rute yang saya lewati sore hari ini.

Kuala Lheue merupakan jalur interaktif dunia yang terhubung dengan jalur laut selat Malaka dan laut Hindia. Pelabuhan ini sangat berperan penting pada masa itu bahkan menjadi denyut perekonomian bagi para pedagang Aceh. Begitu pula dengan kuala Gigieng yang berbatasan langsung dengan wilayah jalur laut letaknya di wilayah barat pesisir Aceh, Pidie.

image

Jalur kuala lheue ini terhubung langsung dengan pasar Kota Sigli. Dahulu kala, kapal-kapal pedagang dari Cina Selatan, India, Inggris, menjadikan pelabuhan kuala Lheue tempat persinggahan untuk membeli atau membongkat bahkan mengangkut hasil rempah-rempah dan palawija hasil pertanian Aceh melalui pedagang Pidie; seperti kopi, kelapa, pala, kunyit, lada, jahe, cabai, dan lain sebagainya untuk dibawa pulang ke negeri mereka.

image

Kuala Lheue merupakan denyut nadi perekonomian bagi masyarakat wilayah Pidie pada umumnya kini yang tersisa hanya beberap situs sejarah untuk dikenang langsung, tentu sekarang menjadi tempat berangin-angin bagi kaula muda pada sore hari, mereka memanfaatkan jembatan bekas pelabuhan itu sebagai wahana santai, mengabadikan senja di sore hari atau sekedar memotret keadaan alam sekitar dengan pemandangan laut yang indah.

image

Sepanjang rute jalur dagang ini yang pernah dibangun oleh pendatang Belanda, dijajari oleh beragam pedagang. Kebanyakan dari mereka adalah pedagang pakaian dan pedagang emas. Kuala Gigieng juga sangat berperan penting bagi pedagang Pidie pada masa itu, dimana kapal-kapal sering berlabuh disana. Bahkan sampai sekarang sepanjang jalan kuala Gigieng masih meninggalkan sisa-sisa ruko zaman dulu yang pada umunya dari mereka sekarang menjadi warung-warung kopi dan tempat penampungan ikan.

Sayangnya, pasar itu sore hari nampak sepi, bangunan ruko banyak yang tertutup dan sudah terbengkalai tanpa penghuni. Semenjak konflik dan Tsunami melanda, kuala Lheue sampai ke kuala Gigieng, sudah jarang pengunjung, kecuali muge-muge yang membeli ikan para nelayan. Padahal pengaruh besar pelabuhan Lheue untuk ekspor-impor barang keluar negeri sangat mudah jalur tempuh, selain jarak dekat hanya membutuhkan waktu sedikit untuk melalui beberapa mil dari daratan Pidie.

Menurut nelayan setempat, mereka sering melaut sampai ke daerah Hindia, Thailand. "Kalau ke Malaysia, hanya beberapa menit saja sudah sampai," jelas mereka. Kini, pelabuham Lheue ibarat sebuah hamparan padang sabana yang tandus di tengah-tengah gurun Afrika.

Jika Anda pernah ke Ie Leubeu, maka kuala Lheu dan kuala Gigie merupakan jalur alternatif yang berbatasan langsung dengan kota Sigli..

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!