Empat tahun setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965/G30S, suhu politik Indonesia masih diliputi oleh semangat "ganyang" Komunis. Gejolak politik kala itu benar-benar tak mengenal belas kasihan, setelah pembunuhan masal dan penangkapan besar-besaran orang-orang yang dituduh sebagai kader/simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1966, orang-orang yang sebelumnya dekat dengan Presiden Bung Karno pun tak luput dari penangkapan dan pengucilan dari pentas politik nasional. Tidak sedikit dari mereka, yang mau tidak mau, harus menerima label "Komunis" dari lawan-lawan politiknya penyokong Rezim Orde Baru.
Perseturuan antara dua tokoh agama Pakistan, Abul 'Ala al-Maududi (Konservatif) dengan Allama Bashani yang mendukung Ali Bhutto (Sosialis Pakistan). Koleksi @akukamaruzzaman [1]
Tidak hanya dari kalangan militer dan nasionalis-Sukarnois, dari kalangan agama pun tak kurang yang kena cap "Komunis", salah satunya adalah tokoh ulama sekaligus politikus Partai Pesatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI), K.H. Sirajuddin Abbas. Adalah tokoh-tokoh Masjumi yang baru saja menghirup udara bebas setelah pada masa rezim Orde Lama dipenjara tanpa melalui proses pengadilan, yang kemudian "membalas" tokoh-tokoh yang sebelumnya dikenal pro-Rezim Sukarno, termasuk K.H. Sirajuddin Abbas.
Prof. Dr. Deliar Noer dalam tesisnya menyebutkan, bahwa Sirajuddin Abbas sering menghadiri kongres yang diselenggarakan oleh organisasi atau negara-negara Komunis. Dia aktif di Gerakan Setiakawan Rakyat Asia dan Afrika, yang sering mengadakan konferensi di Aljazair, Tanganyika, Irak, Karachi, Cairo, Colombo, Beijing dan Stolkholm. Sikap Sirajuddin terhadap negara Komunis seperti Uni Sovyet dan RRC, umumnya simpatik. Sikap demikian sebenarnya juga ditunjukkan oleh kalangan Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), namun tidak sekuat yang ditunjukkan Sirajuddin Abbas. Hal lainnya adalah, PERTI pada saat Demokrasi Terpimpin, selalu bersedia bekerja sama dengan kegiatan-kegiatan yang diprakarsai oleh PKI, Komunis Sovyet atau Komunis RRC. Diantara partai-partai Islam pendukung Demokrasi Terpimpin ala Sukarno--PSII, PERTI dan Partai Nahdatul Ulama (NU)--hanya PERTI yang mengirimkan utusan pada Konfrensi Perdamaian Dunia untuk Asia dan Afrika, di Beijing, Oktober 1952. [2]
Dalam susunan Dewan revolusi yang disiarkan oleh Letkol Untung Syamsuri--Komandan G30S/Ketua Dewan Revolusi-- pada tanggal 1 Oktober 1965, nama Sirajuddin Abbas masuk dalam daftar anggota Dewan revolusi. [3]
Sumber referensi:
- Pandji Masjarakat No. 40, Djuni 1969; Oleh redaksi Pandji Masjarakat, Bashani disebut-sebut sebagai Pemimpin Komunis Pakistan dan disamakan dengan Sirajuddin Abbas.
- Deliar Noer. (1987) Partai Islam Di Pentas Nasional 1945-1965. Djakarta: Grafitipers (Tempo)
- Staf Angkatan Bersendjata. (1965). 40 Hari Kegagalan "G.30.S" : Pusat Sedjarah Angkatan Bersendjata
Mantap bung. Tulisan sejarah sangat dibutuhkan oleh generasi jaman now.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terimakasih maman ujank, ini juga bagian menyadarkan generasi jaman now untuk baca kembali sejarah..hehe
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Sebelum baca buku sejarah, jangan lupa beli buku lawas di lapak @akukamaruzzaman..heheh
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit