Burung Cenderawasih - The Malay archipelago #1

in history •  6 years ago 

image

Selamat Pagi Para Sahabat Steemians!!

Pada postingan saya di pagi ini, ingin menceritakan kisah Burung Cenderawasih sebagaimana yang dituliskan dalam buku The Malay Archipelago karya Alfred Rusel Wallace. Tentunya teman-teman steemian ingin membaca tentang burung Cenderawasih yang sangat indah tersebut.

Nah, teman-teman Steemian. Ketika para pelayaran Eropa terdahulu telah mencapai Maluku untuk mencari cengkeh dan pala yang saat itu merupakan rempah-rempah yang langka dan berharga, mereka diberi hadiah berupa burung kering yang aneh dan indah sehingga mengundang kekaguman mereka.

Saat itu para pedagang melayu memberi nama burung tersebut "Manuk Dewata" atau burung Tuhan dan orang-orang protugis ketika melihat bahwa burung itu tidak memiliki kaki atau saya dan tidak bisa mengetahui bentuk nya yang asli, mereka menyebutnya burung itu "Passaros de Col" atau burung Matahari.

Sedangkan seorang ahli dari Belanda yang menulis dalam bahasa Latin menyebut burung itu "Avis paradiseus" atau Paradiseus Bird (Burung Surga). Jhon van Linschoten memberikan Nama-nama ini pada tahun 1598 dan mengatakan kepada kita bahwa tidak ada yang melihat burung ini hidup, karena mereka hidup di udara, selalu terbang kearah matahari dan tidak pernah menginjakkan kakinya di bumi sampai mereka mati. Karena mereka tidak memiliki kaki atau sayap, karena burung itu terlihat dibawa ke India dan kadang-kadang ke Belanda, tetapi menjadi sangat mahal sehingga kemudian jarang terlihat di Eropa.

Lebih dari seratus tahun kemudian, Mr. Wiliam Funnel, yang menemani Dampier dan menulis kisah pelayaran mereka, melihat spesimen tersebut ada Ambon dan diberitahu bahwa burung itu datang ke Banda untuk makan pala, yang menyebabkan burung itu mabuk dan membuat mereka jatuh dan tidak sadarkan diri, dan mereka dibunuh oleh semut.

Pada tahun 1760, ketika Linnaeus menyamai spesies terbesar ini Paradisea apoda (burung surga tanpa kaki), tidak ada spesimen sempurna yang telah terlihat di Eropa, dan benar-benar tidak ada yang diketahui tentang keadaan mereka. Dan bahkan sekarang, seratus tahun kemudian, sebagian besar buku menyatakan bahwa burung-burung itu berimigrasi setiap tahun ke Ternate, Banda dan Ambon, padahal kenyataannya burung itu benar-benar tidak dikenal dipulau tersebut dalam keadaan liar sebagaimana di Inggris.

Linnaeus juga berkenalan dengan spesies kecil yang diberi nama Paradisea regia) Raja Burung Surga) dan sejak saat itu sembilan atau sepuluh lainnya telah diberi nama, yang semuanya pertama kali dijelaskan berdasarkan kulit yang diawetkan oleh manusia liar di New Guinea, dan umumnya relatif tidak sempurna.

Nah, teman-teman Steemian, burung ini sekarang dikenal di kepulauan Melayu sebagai "Burong coati" atau burung mati, yang menunjukan bahwa para pedagang melayu tidak pernah lagi melihat burung itu hidup. Paradisidae adalah sekelompok burung yang berukuran sedang, yang memiliki struktur dan kebiasaan yang mirip dengan gagak, jalak dan burung pengisap madu dari Australia, tetapi Paradisidae memiliki perkembangan bulu yang besar yang berwarna cerah muncul dari setiap sisi tubuhnya dibawah sayap-sayap nya, dan membentuk rangkaian, kipas, atau perisai.

Dan bulu tengah di ekornya memanjang dan membentuk tali yang terjalin dan memiliki gradasi warna. Beberapa spesies Cenderawasih lain memiliki bulu perhiasan di kepala, punggung, atau bahu. Keindahan bulu Cenderawasih terutama berwarna kekuningan, tidak dapat disamai oleh burung-burung lain. Ini adalah famili Cenderawasih yang utama. Pada umumnya, Cenderawasih diklasifikasi dalam dua famili yang berbeda, yakni Paradiseidae dan Epomachidae.

Famili Cenderawasih yang disebut paling akhir, Epimachidae, memiliki paruh yang panjang dan ramping sehingga diperkirakan ada hubungan keluarga dengan Hoopoes. Walau demikian, kedua famili Cenderawasih memiliki banyak kesamaan dalam ciri fisik dan prilaku oleh karena itu, dianggap keduanya sebagai bagian dari satu famili.

Halo sahabat Steemians, didalam buku The Malay Archipelago, juga diberikan uraian singkat tiap-tiap spesies Cenderawasih yang telah dikenal, selanjutnya dalam buku tersebut juga ditambahkan beberapa komentar umum tentang sejarah alam mereka (Cenderawasih).

Teman-teman Steemians untuk pagi ini sampai disini dulu kisah tentang Burung Cenderawasih, semoga menyenangkan.!!. Cenderawasih besar (Paradisea apoda Linnaeus) adalah burung terbesar yang dikenal.... Bersambung...

By: @iskandarishak

image

FOLLOW - UPVOTE - RESTEEM

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Burung cendrawati di Indonesia sudah langka karena maraknya penagkapan liar yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawan dan mereka hanya mengambil keuntungan sendiri demi mendapatkan seikat uang. Padahal burung butuh kehidupan yang bebas di alam terbuka tapi kenapa dimaksukkan ke sangkar.