Burung Cenderawasih - The Malay archipelago #III

in history •  6 years ago 

image

Selamat malam sahabat Steemians semuanya, semoga sahabat semua dalam keadaan sehat selalu.. Aamiin....

Pada malam ini, saya kembali melanjutkan kisah Burung Cenderawasih The Malay Archipelago karya Alfred Russel Wallace, semoga dapat menyenangkan para teman-teman steemit pada saat membacanya.

Nah, mari simak kelanjutannya, Burung itu dalam membangun sarang nya tidak diketahui caranya, tetapi penduduk asli di daerah itu tidak pernah mengawetkannya. Oleh karena itu, mungkin Paradisea apoda hidup di Papua Selatan, daerah dimana Kepulauan Aru sekarang telah memisah dengannya, dimana nanti penulis (Alfred Russel Wallace) akan menjelaskan bahwa burung ini hanya ada disemananjung Barat laut. Burung Cenderawasih kecil (Paradisea Papuana Bechstein), yang oleh penulis Perancis disebut "Le petit Emeraude" adalah burung yang jauh lebih kecil dibandingkan paradise apoda, meskipun sangat mirip dengan burung Paradisea apoda.

Namun burung ini warnanya cokelat muda, tidak menjadi lebih gelap atau ungu di dadanya, dan warna kuning memanjang mewarnai seluruh bagian atas dan belakang dan pada bulu sayapnya, dengan warna kuning lebih ringan dari bulu sayapnya, dengan warna kuning lebih ringan dari bulu di sisinya, yang hanya memiliki warna oranye semburat, dan diujungnya putih bersih.

Paradisea Papuana betina berbeda dengan Paradisea apoda betina karena seluruh bulu di permukaan tubuh bagian bawah berwarna putih. Sedangkan Paradisea Papuana jantan yang masih muda, sama dengan bulu burung yang betina, dan barulah ketika burung ini tumbuh dewasa, warna bulunya berubah menjadi cokelat. Burung ini banyak digunakan sebagai hiasan kepala bagi kaum perempuan di negeri ini, dan juga merupakan komoditas perdagangan penting di timur. Paradisea Papuana memiliki jangkauan penyebaran yang relatif luas, dan spesies ini banyak ditemukan di daratan New Guinea serta di pulau Misool, Salawati, Jobie, Biak dan Sook.

Di Pantai Selatan New Guinea, seorang naturalis Belanda bernama Muller menemukan burung ini di sungai Oetanata di 136 BT, dan (Alfred Russel Wallace) penulis sendiri memperolehnya di Dorey, dan Kapten Kapal Belanda Etna memberitahu bahwa ia telah melihat bulu-bulunya di kalangan penduduk asli Teluk Humboldt, di 141 BT. Oleh karena itu sangat mungkin burung ini terdapat di seluruh daratan New Guinea. Sesungguhnya burung Cenderawasih adalah omnivora (memakan segala jenis makanan) namun ada burung yang lebih suka memakan buah dan serangga dan yang lain ada yang lebih memilih buah ara kecil, ada juga yang lebih memilih belalang, phasmas, serta kecoa dan ulat.

Ketika Alfred Russel Wallace kembali kerumahnya pada tahun 1862, sangat beruntung ketika menemukan dua ekor jantan dewasa dari spesies ini di Singapura, dan karena burung-burung itu tampak sehat, dan makan padi dengan lahap serta pisang dan kecoa, maka Alfred Russel Wallace memutuskan untuk membelinya dengan harga $ 100, dan mereka membawa ke Inggris dengan rute darat di bawah perawatan Alfred Russel Wallace sendiri.

Dalam perjalanan pulang, tingal seminggu di Mombay untuk beristirahat dalam perjalanan, dan memperoleh pisang segar untuk burung miliknya. Namun Alfred Russel Wallace mengalami kesulitan besar untuk memberi makan serangga kepada burung-burung itu karena di kapal Uap semenanjung dan di kapal Uap Oriental, kecoa tersebut langka, dan hanya dengan memasang perangkap di kamar, dan dengan berburu satu jam setiap malam, Alfred Russel Wallace bisa mendapatkan beberapa lusin kecoa tersebut, yang tidak cukup untuk memberi makan bagi burung-burung tersebut.

Di Malta, dimana Alfred Russel Wallace tingal selama dua minggu, mendapatkan banyak kecoa dari rumah panggang, dan ketika pergi, membawa satu kaleng biskuit yang penuh dengan kecoa untuk persediaan selama dalam pelayaran menuju rumah. Alfred Russel Wallace berlayar melalui Laut Medirerania di bulan maret, dengan angin yang sangat dingin, dan satu-satunya tempat di kapal di mana kandang besar untuk burung-burung tersebut bisa diletakkan terkena arus kuat udara yang terbuka siang dan malam, namun burung-burung itu tampaknya tidak pernah merasa kedinginan.

Selama perjalanan malam dari Marseilles ke Paris salju terasa sangat dingin, namun burung-burung itu tiba di London dalam keadaan yang sangat sehat, dan kemudian burung-burung tersebut tinggal di Zoological Gardens selama dua tahun, sering memamerkan bulu indah mereka sehingga mengundang ke kaguman penonton.... Bersambung....

Nah itu dia, teman-teman Steemian kisah Burung Cenderawasih The Malay Archipelago karya Alfred Russel Wallace semoga bermanfaat... Sampai jumpa lagi di pada postingan selanjutnya.

By: @iskandarishak

SALAM KOMUNITAS STEEMIT INDONESIA

image

FOLLOW - UPVOTE - RESTEEM

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Congratulations @iskandarishak! You have completed the following achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

Award for the number of upvotes received

Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

To support your work, I also upvoted your post!

Do you like SteemitBoard's project? Then Vote for its witness and get one more award!