Ketika berkunjung ke Kota Banda Aceh, maka jangan lupa untuk mendatangi Bank Indonesia yang berada di Jalan Cut Meutia No.15, Kp. Baru, Baiturrahman, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Ada segudang sejarah yang dapat kita pelajari pada bangunan megah bertiang besar ini. Arsitekturnya bergaya Eropa Kuno dengan atap bergaya cupola, gedung bercat putih, dan dikombinasi dengan jendela yang banyak di desaint.
Dari sejarah, dulunya gedung BI ini merupakan gedung De Javasche Bank yang dibangun pada 2 Desember 1918 oleh Pemerintah Hindia Belanda. Desain gedung De Javasche Bank pada umumnya memiliki kesamaan dari setiap cabang-cabang bank tersebut yang dibangun. Javasche Bank sendiri, pada awalnya didirikan di Amsterdam, Belanda, 29 Desember 1826 atas usulan Raja Belanda masa itu, yaitu Raja Willem I. Namun Bank tersebut baru beroperasi sebagai bank dalam pengertian sesungguhnya pada 24 Januari 1828 melalui Surat Keputusan yang dikeluarkan Komisaris Jenderal Hindia Belanda No. 25. De Javasche Bank yang berpusat di negeri Belanda kemudian membangun kantor pertamanya di Hindia Belanda (Indonesia), yang didirikan di Semarang pada 1 Maret 1829. Baru kemudian pembangunan kantornya disusul daerah lainnya, seperti: Batavia, Surabaya, Bandung, Cirebon, Yogyakarta, Solo, Kediri, Malang, Surabaya, Manado, Padang, dan Banda Aceh.
Ketika Belanda kalah terhadap Jepang tahun 1942 dan angkat kaki dari Indonesia, maka masuklah Jepang melakukan pendudukan, termasuk ke Kuta Radja (Banda Aceh). De Javasche Bank pada masa pemerintahan Jepang sempat ditutup dan dilarang pengoperasiannya mulai 20 Oktober 1942. Ketika Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya 17 Agustus 1945, De Javasche Bank sempat vacum dan baru kemudian timbul kebijakan pemerintah untuk menjadikan bank tersebut sebagai Bank Indonesia (BI) berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1951. BI yang sebagai Bank Sentral diatur dengan Undang-Undang No. 11 Tahun 1953 tentang Undang-Undang Pokok Bank Indonesia. Pada 2 Maret 1964, kantor De Javasche Bank Banda Aceh resmi dijadikan sebagai Kantor Bank Indonesia, Banda Aceh.
Gedung yang terlihat kokoh dan megah tersebut tidak dapat menjamin ketahanannya terhadap gempa maha dahsyat dan Tsunami yang melanda provinsi ujung barat Sumatara ini, Aceh, pada 26 Desember 2004. Kerusakan parah terhadap gedung diharuskan tindakan pemerintah untuk membangunnya kembali, disamping sebagai infrastruktur negara dan juga sebagai penjagaan terhadap bangunan bersejarah. Selama proses renovasi, Bank Indonesia Banda Aceh terpaksa harus dipindahkan sementara ke salah satu rumah dinas Bank Indonesia yang bertempat di Jalan Jenderal Sudirman No. 82 Banda Aceh, dan kemudian Bank Indonesia Banda Aceh beroperasi normal kembali pada 2007 setelah selesai pengerjaan renovasi gedung hasil amukan gempa-tsunami.
Dalam proses renovasi, pengerjaannya sungguh sangat hati-hati dan mempertahankan arsitektur bangunan semula. Hal tersebut demi menjaga keaslian bangunan yang menyimpan segudang kenangan dan cerita sejarah Indonesia di pesisir Krueng Aceh (Sungai Aceh).
(Bantaran Krueng Aceh)
Note: Kru @lingkananggroe sengaja melakukan pengambilan foto pada malam hari. Tujuannya untuk mendapatkan estetika dari gambar yang dihasilkan kamera.
mantrap gambar-a, keren @lingkananggroe
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terimakasih @miflinux
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Mantap foto-fotonya 👍
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terimakasih @zahratulsuci. Perjuangan malam2 untuk mengabadikannya. Hehe
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit